Harusnya Wili tersentil, namun dia malah merasa lega karena Jeni tak mengatakan keburukannya.
'Baguslah, akhirnya Jeni tak buka mulut soal tadi pagi,' gumamnya dalam hati.
Padahal, Jeni bukan tak mau buka mulut. Ia memang tak mau aib suaminya diketahui siapa pun termasuk papahnya. Lagi pula, Jeni memang tidak dekat dengan papahnya. Berani bicara pun karena mereka hendak menikah kala itu, karena kalau bukan karena itu, rasanya Jeni tak akan mau menemui papahnya. Luka hati Jeni terlalu dalam karena papahnya, bahkan sampai saat ini ia masih saja merasakan sakit itu namun berusaha ia tutupi.
"Makanan sudah siap, ayo kita makan," ajak Sinta saat ia telah selesai menyiapkan makanan dibantu oleh Mery.
"Oke ayo kita makan," sambut Wili pada Jordi dan Jeni. Begitu ramah didengar. Ssnyuman itu bahkan jarang sekali dilihat Jeni setelah pernikahan.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com