Aku masih memalingkan wajah meski saat ini Gio duduk di bawah menekuk lutut untuk menenangkan ku. Aku tak peduli pada Una yang terus saja meledekku. Entah kenapa rasa cemburu yang ku rasakan sejak awal biasa saja kini menjadi meledak-ledak.
"Sayang, kau sedang hamil. Minum lah dulu, tenangkan hatimu. Hem?" kata Gio padaku. "Kita tidak bisa memeriksa kandungan mu jika kau emosi seperti ini, kau harus tenang... Kasihan bayi kita." sembung Gio.
"Katakan! Apakah kau mencintai nya saat sebelum terjebak dalam perjodohan?" tanyaku pada Gio. Aku menatapnya dengan kesal.
Gio merapatkan kedua bibirnya. Dia menarik napas dalam dan menggeleng pelan. "Aku tidak pernah mencintai wanita yang satu profesi denganku di rumah sakit ini. Aku murni menganggapnya hanya teman saja."
"Tapi dia mencintaimu," bantahku.
"Lalu apa peduliku? Aku sudah menegaskan padanya bahwa aku hanya mencintai istriku."
"Wah..." Una kembali berseru menyaksikan kami saling bercengkerama dari hati ke hati.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com