"Ayah..." panggilku pada ayah.
"Kemari, Nak..." sahut ayah. Aku berjalan dipenuhi rasa takut untuk duduk di antara mereka.
"Suamiku, mereka..." ibu turut mengikuti langkahku.
"Aku mengerti."
Untuk sesaat suasana di ruangan ini menjadi hening. Aku mengatupkan bibirku menatap wajah Setya juga Alex bergantian.
"Mari, kita belajar untuk hidup sesuai zaman meskipun kita adalah orang yang hidup di pedesaan."
"Tapi kita punya adat istiadat juga aturan yang tidak bisa kita buang begitu saja." ibu membantah ucapan ayah.
"Aku mengerti, dan aku juga percaya pada kakakku di sana. Tentu, mereka sudah mengetahui dan bisa melihat bagaimana anak ini sehingga mereka pun mengizinkan untuk menjalin hubungan dekat dengan putriku."
"Ayah..." lirihku memanggil. Entah apa dan bagaimana Alex berhasil membuat ayah terbuka oleh pikirannya yang tidak semua orang mampu membuka nya.
Tapi kini...
"Suamiku, aku hanya..."
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com