webnovel

Sebuah Insiden, Katanya! (2)

"Hah?" Jasmine melongo sejenak. "Kasian Kiran nggak, sih, kalo gitu? Cakep, kaya, anak manja. Eh, dapetnya spek tukang kebon kek si Jipan!."

Cindy kontan tertawa mendengar apa yang Jasmine katakan. Ia tak habis pikir jika kawan baiknya tersebut akan mengatakan hal itu dengan sangat entengnya, seolah Zivan adik kandungnya itu bukanlah sesuatu atau seseorang yang sangat berharga.

"Jahat banget, lo. Dia kan adek lo sendiri." Cindy mulai membawa minumannya keluar dengan dibantu Jasmine membawakan camilan untuk mereka semua.

Setelah Cindy dan juga Jasmine keluar, Kirana langsung beralih ke mereka dan Zivan mulai tampak diam mematung untuk sejenak. Anak laki-laki dengan poni yang menutupi keningnya itu meneguk salivanya sendiri dengan berat dan langsung menolehkan wajahnya, menghindari menatap gadis yang baru datang itu. Ia mendadak merasa gugup dan canggung, sampai tak bisa mengatakan apa pun lagi.

Kirana yang memang sudah sangat haus itu pun langsung mengambil gelas dan menuangkan minuman yang dibawa oleh si tuan rumah. Cindy duduk di kursi single samping Kirana, dan Jasmine di samping Kirana menengahi adiknya dan membiarkan ia duduk di pojok.

"Eh, tau nggak-"

"Kita mau nugas, ya, Ran," sahut Cindy dengan cepat, memotong ucapan Kirana yang terdengar menggoda telinga. "Jangan ajak gibah dulu," lanjutnya dengan nada datar.

Kirana berdecih pelan. "Siapa yang ajak gibah, sih? Gue mau kasih tau soal kejadian kemarin pagi. Kalian udah denger, belum?"

"Apaan?" Jasmine pun mulai terbujuk rayuan gibah sahabatnya tersebut.

Zivan menoleh dan mulai berpikir apa mungkin yang akan Kirana ucapkan adalah mengenai apa yang ingin ia tanyakan tadi. Ia jadi ikut penasaran dan ingin bergabung ke dalam percakapan gibah Jasmine dan teman-temannya. Kebiasaan Zivan yang satu ini adalah yang paling sulit dihilangkan. Dia sangat mudah penasaran dan ingin tahu akan sesuatu hal, hingga membuatnya bahkan sering diam-diam menguping percakapan orang lain. Cukup mirip dengan kakaknya sendiri, hanya saja Jasmine berlaku seperti itu hanya di depan teman-teman baiknya saja.

Cindy yang kesal pun langsung mengatakan jika Jasmine datang untuk mengerjakan tugasnya bersama dengan Cindy. Gadis itu tak mau jika Kirana mengusik mereka dan membuat tugas yang harus mereka kerjakan jadi lama dan tak tuntas dengan cepat.

"Ya elah, Cin. Ini tuh mengenai si Julia yang kemarin itu." Kirana mengerutkan keningnya, heran dengan Cindy yang terlihat lebih rajin dari biasanya. "Lagian tumben sih, lo rajin?"

"Enak aja! Gue emang rajin, ya!" Cindy yang tak terima pun langsung menimpuk Kirana dengan kukis kering yang ia bawa dari dapur. Kirana menangkapnya dan langsung melahap kukis tersebut dengan polosnya.

Jasmine terkikik lirih, dan memundurkan tubuhnya. Ia tak lagi penasaran dan ingin tahu mengenai apa yang akan Kirana katakan, karena Jasmine tahu pasti jika akan ada bagian cerita yang menyebut Romeo di dalamnya. Gadis dengan rambut panjang lurus itu pun langsung diam dan tak begitu merespon. Namun, Cindy dan juga Kirana yang masih berdebat pun membuatnya ikut gerah.

"Temen lo ngapa gini amat, dah?" Zivan menyeletuk dan berbisik di samping Jasmine.

Gadis itu hanya mengendikkan bahu dan berkata, "Tugasnya udah selesai kok, Cin. Tadi malem udah gua kerjain. Ternyata gampang, jadi langsung gue selesain."

Cindy diam dan langsung menatap Jasmine. "Lah? Udah selesai sama lo?" tanyanya terheran-heran.

Jasmine mengangguk. "Udah di-PDF juga. Belum gua kirim aja."

Zivan menekuk alis dan menarik bahu sang kakak, membuatnya langsung menoleh ke arah Zivan dengan paksa. "Terus ngapain ke sini, ege? Bikin gua malu aja," ujar Zivan, gregetan dengan kakaknya.

Jasmine tertawa dan nyengir menatap sang adik. "Gabut di rumah."

Zivan berdecak dan memutar bola matanya dengan malas. Kirana yang mendengar hal itu pun terkekeh dan mulai kembali membicarakan apa yang tadi sempat tertunda.

"Lo tau, nggak?" Kirana kembali memulai sesi perghibahan.

Cindy menggeleng cepat, Jasmine menyenderkan punggungnya ke sofa, dan Zivan ikut menyimak.

"Kemarin tuh, abis kejadian di kantin, di kelas sebelah ada keributan."

"Keributan paan?" Cindy tampak sangat bersemangat menyahuti ucapan Kirana.

'Yeeu! Tadi aja nyuruh diem buat ngga gibah, sekarang malah ngikut,' batin Zivan, merasa gemas dengan Cindy.

"Si Julia ini ternyata sinting, anjir!" Kirana terlihat marah-marah dengan ceritanya sendiri.

"Ya, itu juga gua tau. Yang lain, dong!" Cindy tampak tak terima dengan cerita yang hanya sepenggal itu.

"Masa, nih, dia banting hp sendiri sampek pecah nabrak tembok. Abis itu ngancem anak-anak kelasnya buat dilaporin ke BK gara-gara bully dia."

"Anjir, kok bisa?" Jasmine yang sedari tadi diam mendengarkan, pun langsung menegakkan tubuh dan menyahut karena merasa tak akan ada kata Romeo kali ini.

"Stres amat." Cindy bergidik ngeri mendengar hal tersebut.

Kirana mengangguk cepat. "Nah, makanya itu. Gue juga heran. Awalnya gue nggak tahu, tapi temen-temen sekelas gue pada ngomongin tuh anak pas istirahat. Terus Cia datengin gue dan bilang kalo cewek yang gangguin Jasmine di kantin tadi tuh ada insiden di kelasnya."

"Terus-terus?"

'Anjay. Gue ikut pergibahan cewek-cewek secara langsung, nih?' batin Zivan, menatap Cindy yang terlihat sangat antusias.

"Terus kan, dia ngamuk-ngamuk tuh, ngancem anak-anak kelasnya. Nah, pas itu si Dongok dateng dan langsung nyamperin Julia ini."

"Romeo?" Cindy bertanya untuk memastikan.

Kirana mengangguk, membuat Jasmine kontan kembali menempelkan punggungnya ke sofa dan mulai memejamkan mata. Ia mulai tak lagi peduli. Dengan tak berdosanya, Jasmine menarik tubuh Zivan dan bersandar di bahunya. Sang adik yang terlihat asik menyimak pun sampai tak begitu sadar jika kakaknya tengah menyandarkan kepala di bahunya.

Kirana mulai mengatakan jika Julia justru manipulative dan mengatakan hal yang tidak-tidak. Gadis berambut panjang nan gelombang itu menceritakan saat Romeo tiba-tiba datang dan langsung keluar karena melihat Julia yang sedang kacau. Anak laki-laki itu tak mau berurusan dan ingin langsung pergi, namun saat dirinya pergi justru Julia semakin menjadi-jadi.

"Nah! Di waktu yang bisa dibilang cukup tepat itu, si Dongok ini datang balik lagi ke kelas." Kirana berujar dengan sangat antusias, membuat Cindy menahan senyumnya mengingat bagaimana Kirana biasa marah-marah hanya karena Cindy mengajak Romeo.

"Pas udah masuk, nih, tiba-tiba si Julia langsung belagak jadi korban dong, anjrit!" Kirana terlihat sangat kesal.

"Dia bilang apa?" Zivan menyahut, membuat mata Jasmine kontan melirik tajakm padanya. Sementara Kirana dan juga Cindy secara bersamaan menoleh padanya.

"Dia bilang …, 'Romy, mereka semua ngebully aku'. Tapi langsung disahut si Dongok dan dibilang kalo namanya bukan itu." Kembali Kirana melanjutkan ceritanya.

Cindy bergidik, merasa sangat jijik dengan sikap Julia ini. Tak sampai ia berpikir jika gadis yang Romeo ceritakan padanya tempo hari itu adalah gadis yang sangat manipulative dan bermasalah.

Jasmine kontan menepuk bahu Zivan dan melotot padanya dengan masih bersandar di bahu sang adik. "Lo ngapa malah ikut gibah, Begeng?!"

Zivan ikut melirik tajam dan menjawab, "Gabut."

*****

Kamar Tukang Halu, 15 Juni 2022