webnovel

Perasaan Nyaman

Jasmine baru saja berbalik badan dan Romeo menahan tangannya begitu saja, namun langsung ditepis oleh Jasmine.

''Kenapa lagi?'' tanya Jasmine dengan ketus.

''Lo kenapa, sih?'' Romeo tampak lemah dengan cara Jasmine berbicara. Padahal selama ini di saat Romeo mengganggu gadis itu, selalu mendapat jawaban yang lembut sekalipun ujung-ujungnya Jasmine selalu pergi untuk menghindar.

''Apanya yang kenapa?'' Lagi-lagi Jasmine menjawab dengan ketus.

''Lo kenapa kasar? Biasanya nggak gini, tuh.'' Romeo mengatakan apa yang ia rasakan. ''Gue kan udah berenti gangguin lo. Harus banget lo kayak gini?''

Mendengar apa yang dikatakan Romeo, Jasmine mulai tersadar dengan apa yang ia lakukan. Benar, memang dia pun merasa jika dirinya sedikit lebih kasar. Padahal Romeo bukan siapa-siapa, tapi Jasmine justru kehilangan sifat pleasure-nya begitu saja seusai Romeo tak lagi mengganggu ia.

Beberapa saat gadis itu hanya diam sejenak tanpa mengatakan apa pun. Padahal dalam hati Romeo tengah berteriak kencang karena masih memegang ucapan Cindy tentang sifat Jasmine, namun wajahnya tampak kesal dan tak sabar menunggu jawaban dari gadis di hadapannya.

'Ngaku aja lo, udah nyaman kan sama gue? Baru juga sehari gue diemin, udah klepek-klepek aja,' batin Romeo, dengan percaya dirinya merasa bahwa ia sudah menaklukkan Jasmine dengan waktu yang singkat.

Helaan napas terdengar dari Jasmine. Gadis itu mendongak dan menatap Romeo dengan tatapan khasnya yang merasa tak enak hati akan apa yang ia perbuat. Sifat pleasure-nya kini kembali lagi.

''G-gue minta maaf, ya.'' Ia berujar dengan canggung. 'Lagian bener, sih. Ngapain gue marah-marah, coba?'

''Hah?'' Romeo sedikit menganga.

''Bolpennya udah di elo, 'kan? Gue ... mau balik kelas,'' ujar Jasmine dengan tersenyum kaku.

'Kok, balik kek gini lagi?!' teriak Romeo dalam hati, merasa langsung kalah telak oleh keadaan.

Jasmine langsung berbalik badan dan berjalan meninggalkan Romeo sendirian di lorong. Ia telah memberikan bolpoin merah muda tadi pada Romeo, dan kini urusannya telah usai. Bahkan anak laki-laki itu pun mungkin benar-benar tak akan lagi mengganggu ia ke depannya.

Melihat punggung Jasmine dengan untaian rambut lurus panjangnya yang kian menjauh, Romeo tampak tercengang. Ia tak habis pikir jika Jasmine justru kembali dengan sifat asingnya karena ucapan Romeo sendiri. Walau anak itu memang sengaja menanyakan sifat Jasmine karena sedikit tak nyaman dengan gadis itu yang mendadak sedikit kasar dan ketus.

Seperginya Jasmine dari lorong, Romeo langsung menatap bolpoin merah muda dengan nama Jasmine di dalamnya. Ia menatap benda yang tengah ia pegang itu dengan seksama. Embusan napas terdengar ringan keluar darinya. Anak itu tersenyum tipis dan langsung berjalan keluar dari lorong.

'Yang penting bolpen gue dah balik,' gumamnya dalam hati.

***

Di tengah jalannya menuju kelas, Jasmine dicegat oleh seseorang dan langsung ditarik ke lorong lain menuju taman belakang sekolah. Ia yang terkejut tak bisa melihat siapa yang tengah menariknya hingga hampir terjengkang. Usai Jasmine ditarik dan dibawa lari menuju taman belakang sekolah, Romeo yang semula berjalan di belakangnya pun tampak bingung. Bagaimana bisa Jasmine berjalan secepat itu?

Jasmine yang melihat punggung gadis yang menariknya itu langsung menepis tangannya begitu saja. Ia merasa tak kenal dengan anak yang tengah menariknya, dan bingung mengapa ia ditarik sampai begini.

''Lo siapa?'' tanya Jasmine dengan alis yang saling menyatu.

Gadis yang menariknya tadi menoleh ke belakang, membuat pupil mata Jasmine mulai mengecil lantaran terkejut.

''Mau apa, lo?'' Jasmine masih berusaha tetap tenang.

''Lo nggak tau malu banget, ya!'' sentak si gadis berambut pendek sembari menarik rambut Jasmine tanpa aba-aba.

Jasmine merintih dan berusaha menarik kembali rambutnya. ''Lo apaan, sih? Punya masalah apa lo sama gue? Perkara bangku kantin?'' Jasmine tak ingin melawan, hanya ingin membuat sebuah pertahanan.

''Lo masih aja ngga paham? Jauhin Romeo! Dia itu punya gue!" sentak si gadis, semakin menguatkan tarikan tangan pada rambut Jasmine.

''Aduh!! Sakit, woy!" Jasmine semakin merintih. ''Gue tuh nggak ada hubungan apa-apa sama dia. Lu kenapa, sik?''

Julia menguatkan tarikan tangannya pada rambut Jasmine. Sembari masih menjambak rambut gadis di hadapannya, tanpa aba-abah ia langsung menendang perut Jasmine dan melepas jambakannya. Hal itu membuat si gadis merintih dan tersungkur jatuh ke belakang.

'Ni orang stres apa, ya? Sakit anjir perut gue!' batin Jasmine terheran-heran.

''Gue peringatin ya, buat lo.'' Julia berjalan mendekat dengan tatapannya yang angkuh. ''Jangan sekali-kali deketin Romeo lagi.''

''Siapa yang dek-''

Dengan cepat Julia membungkam mulut Jasmine dan membungkuk menatap tajam matanya. ''Lo nggak sadar? Lo itu udah nyia-nyiain dia, dan sekarang dia udah mau move on. Lo musti ngerti dan nggak malah melakukan hal gila kayak gini!'' sentaknya, membuat gadis di hadapannya ingin muntah.

'Apaan, sih?' Ditepisnya tangan Julia dari mulutnya. Jasmine dengan tampang tak peduli langsung menghela napas pelan dan membersihkan roknya.

''Dari awal gue udah bilang, gue nggak pernah ada hubungan apa-apa sama tuh anak.'' Jasmine menatap mata Julia dengan santai. ''Silakan lo ambil dia. Itupun kalo dianya mau sama lo.''

''Kurang ajar!" Sebuah tamparan mendarat telak di pipi kiri Jasmine.

Gadis yang ditampar itu shock dan kontan melotot. Tanpa banyak bicara ia langsung menarik rambut Julia dan membuatnya berteriak kesakitan.

''Seumur hidup bahkan ortu gue ngga pernah nampar pipi gue. Lo siapa? Hah?'' Mata Jasmine melotot tajam, membuat Julia sedikit was-was dibuatnya. Padahal sebelumnya ia berpikir Jasmine adalah gadis lemah karena perangainya yang sering merasa tak enak hati pada orang lain.

''Lepasin!"  Julia terus merintih.

''Lo tuh, nggak ada backingan. Harusnya lo yang sadar diri!" Jasmine seolah tanpa sadar telah menjadi dirinya dalam versi lain. ''Kalo sampai temen-temen gue tau lo kayak gini ke gue, lo bisa bayangin apa yang mungkin mereka lakuin ke elo? Atau cowok yang lo taksir itu, lo tau dia bakal gimana ke elo setelah liat lo nampar gue tanpa alasan?''

Julia terdiam mendengar kalimat terakhir Jasmine. Ia bahkan tak bisa berpikir apa yang mungkin Romeo lakukan padanya jika ia menyakiti gadis yang disukainya. Yang Julia pikirkan justru ia yang akan dibela Romeo karena merupakan teman masa kecilnya.

''Lo nggak bakal-''

''Kirana itu most wanted sekolah, Cindy juga banyak yang kenal. Asal lo tau, gue juga merupakan murid kesayangan guru BK dan BP. Lo masih mau macem-macem ke gue?'' sela Jasmine begitu saja.

Julia tampak gemetar dan bergeming untuk beberapa detik. Hingga akhirnya ia ikut menjambak kembali rambut Jasmine dengan brutal dan mendorongnya hingga kembali tersungkur. Saat Jasmine terjatuh, Julia mengambil batu krikil dan melemparnya sebelum benar-benar pergi.

Batu krikil yang ternyata cukup besar itu melesat cepat ke arah Jasmine dan mengenai pelipisnya. Gadis itu merintih dan mulai berdiri. Ia tanpa memedulikan keadaannya mulai berjalan untuk kembali ke kelas sebelum jam makan siang usai.

*****

Kamar Tukang Halu, 01 Agustus 2022