webnovel

Gadis Bermasalah

Suasana hening cukup mencekam, hingga seorang anak laki-laki dengan potongan rambut undercut-nya masuk ke dalam kelas dan menuju ke bangkunya dengan santai. Ia sendiri cukup terkejut melihat suasana yang adem dan sangat sunyi tersebut, padahal ia tahu jika geng dari gadis berbando pink tadi benar-benar sangat berisik setiap harinya. Namun, saat mendapati Julia yang masih berdiri mematung di samping bangkunya, Romeo langsung mengerutkan kening dan berbalik badan. Anak itu memilih untuk kembali keluar kelas dan tak mau berurusan dengan apa pun yang tengah Julia lakukan.

Dengan santainya Romeo keluar dari kelas dan meninggalkan ruang penuh ketegangan tersebut. Melihat bagaimana Romeo tak peduli dan memilih pergi membuat seisi kelas justru tergelitik mulai berbisik sembari terkikik geli. Mereka semua tak tahan melihat bagaimana anak laki-laki itu mengabaikan Julia yang tengah mematung dan usai melempar ponselnya.

Mendengar bisikan dan juga suara derapan kaki yang telah hilang dari kelas, Julia langsung berbalik badan dan melotot terkejut. Mendadak gadis tersebut berteriak cukup histeris hingga membuat seisi kelas bungkam seketika.

'Anjir, kok jadi horror?' batin si gadis berbando pink.

"Gue bisa laporin kalian ke komite sekolah, ya!" teriak Julia mendadak.

"Hah?"

"Karena apa, anjir?"

"Stress tuh anak."

"Dia kenapa, ya Allah?!"

Semua orang mulai berbisik saking bingungnya dengan kelakuan murid pindahan tersebut. Tak pernah menyangka jika sifat asli gadis itu terkuak dengan sangat cepat, membuat mereka berspekulasi jika Julia bukan pindah sekolah melainkan dikeluarkan dari sekolah lamanya. Apalagi dengan dia yang sejak awal masuk sekolah selalu berusaha mendekati Romeo dan tidak pernah mengguris sapaan anak-anak kelasnya.

"Gue bakal laporin kalian ke waka kesiswaan! Awas, kalian!" Julia terlihat geram dan mulai mengancam semua anak yang ada di kelas tanpa sebab. "Gue nggak bohong! Gue bakal laporin kali-"

"Atas dasar apa?" Romeo yang tadi keluar kelas, kini kembali masuk dan langsung berjalan menuju ke Julia berada.

Julia terkejut dan langsung merasa sedikit takut, takut jika Romeo akan menganggapnya jahat dan semakin menjauhi dirinya. Hingga akhirnya ia hanya bisa terdiam saat anak laki-laki dengan rambut cepaknya itu datang dan berdiri tepat di hadapannya.

"Atas dasar apa lo ngelaporin anak-anak kelas?" tanya Romeo dengan sangat dingin, membuat geng si gadis bando pink langsung tersenyum dan menahan tawanya untuk keluar.

Dengan tanpa malunya Julia langsung berlagak menjadi korban dalam suatu perundungan dan hendak meraih tangan Romeo, namun anak laki-laki itu langsung menghindarinya.

"Romy, mereka semua ngebully ak-"

"Gue udah peringatin, 'kan?" Romeo langsung memotong ucapan Julia dengan mata yang mulai melotot, ia benar-benar mulai dibuat geram oleh gadis di hadapannya. "Nama gue Romeo."

"T-tapi, mereka-"

"Kita nggak pernah ngusik lo dengan cara apa pun, ya, Ju-le-ha!" sahut seorang anak laki-laki yang berpakaian rapi dan mulai berdiri menatap Julia yang tengah berhadapan dengan Romeo.

"Bener! Kita nggak pernah ngelakuin hal jahat dalam bentuk apa pun dan sekecil apa pun," sahut gadis yang berada di bangku belakang Romeo, tepat di samping bangku milik Julia.

"Kita bahkan udah berusaha buat lo senyaman mungkin di kelas ini dengan terus nyapa dan ngajak ke kantin."

"Tapi, malah lo yang terus-terusan ngehindar dan ngikutin Romeo mulu."

Anak-anak kelas mulai mengutarakan isi hatinya karena muak dengan drama yang dibuat oleh gadis tinggi berponi itu. Julia mulai kelimpungan dan merasa ciut, ia marah dan rasanya ingin sekali menjambak rambut anak-anak kelasnya satu persatu. Namun, yang gadis itu bisa perbuat adalah diam, karena tak mau suasana semakin runyam dan membuat Romeo semakin tak mempercayainya.

Romeo masih menatap tajam Julia yang terlihat gelisah. "Kalo lo mau tinggal di sini sampe lulus, lo musti bersikap baik dan nggak usah macem-macem," ujarnya dengan mulai menundukkan wajahnya untuk mendekat ke arah gadis tersebut. "Asal lo tau, ya, Julia. Kelas ini merupakan kelas favorite nomer satu di kalangan guru-guru. Nggak usah berpikir lo mau melaporkan kelas kita dengan cara apa pun, karena lo nggak bakal bisa," lanjutnya berbisik dengan nada yang cukup kejam.

Setelah mengatakan hal itu, Romeo langsung keluar dari kelas dengan tepuk tangan dari anak-anak kelasnya yang merasa takjub padanya. Bahkan geng si gadis bando pink tampak melongo melihat bagaimana Romeo melawan gadis aneh tersebut, padahal yang mereka tahu adalah Romeo yang terkesan tak pernah peduli pada apa pun yang terjadi dalam kelasnya. Namun, kali ini mereka melihat sisi lembut Romeo yang ganas. Lembut dalam artian ia peduli dengan kelasnya yang tiba-tiba mendapat ancaman, ganas dalam bentuk perlawanan tanpa menyakiti. Mereka semakin dibuat terpanah oleh anak laki-laki itu.

Julia melihat sekitarnya yang terasa sangat menusuk. Anak-anak kelas yang mulai menatapnya dengan tatapan seolah tengah menahan amarah yang memuncak. Mereka semua semakin berani untuk melawan keanehan gadis itu karena Romeo yang mendahuluinya.

Merasa mulai terancam, Julia mendesis kesal dan langsung berlari keluar kelas dengan sangat cepat. Ia merasa geram pada tatapan semua anak kelasnya, dia juga tak melawan karena tahu ia kalah jumlah.

***

Jasmine tengah berjalan keluar dari gerbang rumah dengan menenteng helm. Zivan, sang adik tengah menunggu ia dengan motor matic-nya.

"Cepetan dong, Yash! Aelah, lemot amat!" omel sang adik yang merasa kesal karena Jasmine yang sangat lama.

Jasmine berdecak dan hanya diam sembari mulai menuju ke arah sang adik yang terus-terusan mengomel. Ia langsung duduk di jok belakang, memasang helm dan menggaruk lehernya dengan malas. Zivan pun menggelengkan kepala pelan melihat kelakuan sang kakak yang sangat malas tersebut.

"Cari pacar sono kek, Yash," celetuk Zivan yang mulai menyalakan mesin motor. "Jomblo nyusahin, lo."

"Paan sih, tiba-tiba." Jasmine dengan kesal mendorong bahu Zivan dari belakang. "Cepetan! Nggak usah banyak omong deh, lu!"

"Ya, gue capek anterin lo mulu ke mana-mana!" balas Zivan tak kalah kesal.

Jasmine hanya diam dengan wajah cemberutnya. Zivan mulai melajukan motor usai meminta Jasmine untuk berpegangan dengan erat. Mereka pun langsung berjalan meninggalkan halaman rumah.

Usai sekolah, Jasmine merasa bosan di rumah dan memiliki jadwal untuk mengerjakan tugas kelompok dengan Cindy. Ia pun meminta sang adik untuk mengantarkannya ke rumah Cindy. Semula Zivan menolak permintaan sang kakak untuk diantarkan ke rumah temannya, namun Jasmine langsung melapor pada sang mama karena memang sedang tak ada yang bisa mengantarnya selain sang adik.

Mendapat teguran dari sang mama, Zivan pun dengan terpaksa menuruti permintaan Jasmine dengan berat hati. Akhirnya ia berangkat dengan masih sempat-sempatnya memaki sang kakak.

"Mau ke mana, dah, ini?" tanya Zivan dengan setengah berteriak di tengah perjalanan.

"Temen gua," jawab Jasmine seadanya.

"Ya, temen lo yang mana, anjir?!"

"Cindy! Gitu aja marah-marah!" Jasmine ikut berteriak.

"Ya, lu bego! Dari tadi kagak bilang mau ke mana dulu!"

*****

Kamar Tukang Halu, 09 Juni 2022