webnovel

Janji Masa Lalu

Menjalin persahabatan selama lima belas tahun lamanya, bahkan waktu sudah melampaui setengah usia mereka sendiri. Tahun ini Lexi akan memasuki usia 30 tahun, sedangkan Ben akan berusia 31 tahun. Dan keduanya masih dalam status belum menikah. Di usia yang sudah dewasa, pertanyaan kapan menikah adalah hal paling tidak ingin didengar baik oleh Ben dan Lexi. Mereka bahkan kompak menghindari acara keluarga masing-masing, yang akan mencerca mereka dengan pertanyaan membabi buta tentang pernikahan. “Kapan kamu akan menikah.” “Buruan kenalkan calon kamu sama, Tante.” “Jangan menunda menikah, ya. Kamu tahu semakin berumur kamu, akan semakin sulit nantinya mempunyai keturunan.” Hari di mana Lexi memasuki usia kepala tiga, Ben mengungkapkan kembali janji yang mereka buat ketika Ben baru saja lulus sekolah menengah. Lexi sendiri bahkan sudah melupakan janji mereka, tentang ikrar yang menyangkut masa depan mereka seumur hidup. “Lexi nanti kalau di usiaku yang ke-30 dan aku belum menikah, maka kamu harus menikah denganku.” Ben yang saat itu berusia 16 tahun mengulurkan janji kelingkingnya pada Lexi. “Baiklah, jika Ben tidak memiliki pacar ketika berumur 30 tahun. Maka Lexi akan menikah dengan Ben.” Janji Lexi 15 tahun, menautkan jari kelingkingnya dengan Ben. Bersatunya jari kelingking mereka berdua pada saat itu, berdampak pada Ben dan Lexi yang bersatu sebagai pasangan yang menghabiskan seluruh hidup bersama ketika keduanya dewasa. Credit Cover by Pexels.

Chilaaa · Urbain
Pas assez d’évaluations
393 Chs

Bab 336 || Mengalir

Aries merasakan jika ada sesuatu yang menyentuh kulitnya, seperti tetesan air. Ketika Aries melihat tangannya yang sudah cukup basah, dia baru menyadari jika itu adalah tetesan air mata milik Rose.

Tentu saja Aries kaget dengan Rose yang tiba-tiba saja menangis, Aries tidak menyangka jika Rose akan beraksi seperti itu hingga dia meneteskan air matanya.

"Hei, hei. Kenapa malah nangis hm. Omongan aku barusan nyakitin atau buat kamu sedih?"

Aries mengambil wajah Rose dengan kedua tangannya, di menaikkan pandangan Rose agar gadis itu melihatnya. Pipi Rose sudah basah dan matanya sedikit memerah, Aries mengusap air mata di pipi Rose dengan lembut.

Tidak ada isakan yang keluar dari mulut Rose, gadis itu menangis tanpa suara dia membungkam erat mulutnya. Tapi dari jarak yang sangat dekat seperti ini, Rose dapat melihat jika bibir gadis itu sedikit bergetar.

"Udah ya, aku minta maaf kalau ada kata-kata aku yang salah."

Rose menggelengkan kepalanya,

"Bukan karena kamu," lirihnya.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com