webnovel

Janji Masa Lalu

Menjalin persahabatan selama lima belas tahun lamanya, bahkan waktu sudah melampaui setengah usia mereka sendiri. Tahun ini Lexi akan memasuki usia 30 tahun, sedangkan Ben akan berusia 31 tahun. Dan keduanya masih dalam status belum menikah. Di usia yang sudah dewasa, pertanyaan kapan menikah adalah hal paling tidak ingin didengar baik oleh Ben dan Lexi. Mereka bahkan kompak menghindari acara keluarga masing-masing, yang akan mencerca mereka dengan pertanyaan membabi buta tentang pernikahan. “Kapan kamu akan menikah.” “Buruan kenalkan calon kamu sama, Tante.” “Jangan menunda menikah, ya. Kamu tahu semakin berumur kamu, akan semakin sulit nantinya mempunyai keturunan.” Hari di mana Lexi memasuki usia kepala tiga, Ben mengungkapkan kembali janji yang mereka buat ketika Ben baru saja lulus sekolah menengah. Lexi sendiri bahkan sudah melupakan janji mereka, tentang ikrar yang menyangkut masa depan mereka seumur hidup. “Lexi nanti kalau di usiaku yang ke-30 dan aku belum menikah, maka kamu harus menikah denganku.” Ben yang saat itu berusia 16 tahun mengulurkan janji kelingkingnya pada Lexi. “Baiklah, jika Ben tidak memiliki pacar ketika berumur 30 tahun. Maka Lexi akan menikah dengan Ben.” Janji Lexi 15 tahun, menautkan jari kelingkingnya dengan Ben. Bersatunya jari kelingking mereka berdua pada saat itu, berdampak pada Ben dan Lexi yang bersatu sebagai pasangan yang menghabiskan seluruh hidup bersama ketika keduanya dewasa. Credit Cover by Pexels.

Chilaaa · Urbain
Pas assez d’évaluations
393 Chs

Bab 230 || Jangan Bergerak

"Apa yang aku lakukan? Hanya sekedar numpang lewat saja. Lagi pula ini `kan tempat umum. Siapapun dapat datang ke tempat ini, Fedora," balas Helia.

Stella mengabaikan Helia dia tidak meliriknya sama sekali dan hanya fokus pada makanannya. Helia dan Fedora saling memberi tatapan sengit, Helia yang terlebih dahulu memutuskan pandangan keduanya. Dia menangkap jika Stella tetap makan dengan santai tanpa terpengaruh sedikitpun dengan keberadaannya.

"Namamu Stella, bukan."

Stella mengangkat kepalanya menatap pada Helia yang memanggil namanya. Memandang datar pada Helia, seketika Helia merasa jika sekujur bulu di tubuhnya bangun karena hawa dingin yang tiba-tiba menyergap.

Tatapan Stella sangat dingin, dia masih menatap Helia tanpa mengucapkan sepatah katapun pada perempuan itu. Dia datang dengan nada sombongnya ke meja mereka, memangnya siapa dia sehingga merasa jika dirinya lah yang berkuasa.

"Kenapa kau menatapku seperti itu," nyalak Helia pada Stella dengan mata membulat.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com