Semakin hari, Bima semakin tidak nyaman tinggal satu atap dengan mertuanya. Bukan karena Arman dan Eva berperangai buruk, tapi justru karena keduanya sering memperlakukan dia bak seorang raja dan selalu disanjung. Seolah dirinyalah sang dewa penyelamat yang sudah menyelamatkan keluarga Arman dari rasa malu waktu pernikahan itu. Membuat Bima merasa tidak nyaman. Malah kadang mereka tak segan memarahi Aliya dan membelanya.
Bima ingin minta pendapat pada kedua orangtuanya. Tapi jika dia bicara pada Mamanya, yang ada Mamanya akan salah paham dan ujung-ujungnya akan menyalahkan dia.
"Ehemm.." suara deheman seseorang di ambang pintu itu mengagetkan Bima.
"Astaghfirullah.. Papa.. ngagetin saja." ucap Bima dari balik meja kerjanya.
"Kamu ini kenapa, Bim? Papa perhatikan dati tadi kamu melamun. Ati-ati lho kebanyakan melamun. Bisa kerasukan." ucap Satya yang kemudian duduk di depan meja Bima.
"Ah iya Pa. Makasih sudah mengingatkan."
"Ada masalah?"
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com