webnovel

JANGAN PAKSA AKU

Putri Nadin Nindira, lebih dikenal dengan panggilan Rara. Gadis periang namun tersimpan banyak kejahilan dalam dirinya, bunda sering kali menjodohkan Rara dengan teman-teman masa kecilnya dulu, yang sekarang telah sukses dan mapan. Rara selalu menolak lamaran mereka, dengan alasan Rara sipenyuka sesama jenis. Namun, bunda tetap saja memaksanya. Sampai akhirnya Rara bertemu dengan pria yang benar-benar mempunyai kelainan seksual. Salam hangat: Wiky_

Wiky_98 · Romance
Pas assez d’évaluations
4 Chs

1.

Setelah selesai menunggu semua teman-temannya selesai mengerjakan tugas, lalu mengumpulkan dan memberikan kepada dosen henny diruangan. Lalu rara, mila dan hendra kembali kedalam ruang kelas. Rara merogoh saku celananya lalu mengambil benda pipih dan mulai menelpon seseorang, setelah selesai ia lalu mematikan telponnya dengan wajah lesu.

"Are you okay?" tanya Hendra hati-hati sambil melambaikan telapak tangannya kearah wajah rara. Hendra bingung dengan ekpresi wajah dari rara, beberapa menit yang lalu mimik wajahnya terlihat bersahabat, tetapi setelah menerima telpon wajahnya merah seakan-akan rara sedang menahan amarahnya.

"Hhmm," respon rara lalu menaruh wajahnya diatas meja dengan melepas nafas panjang, rara sangat kesal dengan orang yang baru sahaya menelponnya.

"Ra!" panggil mila heran sambil menoel-noel kepala rara beberapa kali, tak mendapat respon dari rara. Mila melirik hendra dengan menggelengkan kepala.

"Pengen makan beb..." sahut rara dengan suara gemetar, dan mengangkat kepala. Menatap hendra dan mila silih berganti.

"Are you kidding now rara?" tanya hendra dengan nada tinggi, berpura-pura kesal. Karna hendra mengetahui jika rara sedang berbohong.

"No!" bantah rara lalu beranjak mengambil ranselnya dan menatap hendra dan mila dengan wajah datar.

"Yaa udah, ayo makan dikantin." ajak hendra berdiri dari tempat duduknya dan diangguki rara dan mila, mereka berjalan keluar kelas menuju kantin kampus. Lalu memilih duduk diluar kantin yang ada payungnya, dan mereka memesan makanan ringan serta minuman. Beberapa menit kemudian pesanan mereka sampai, dengan semangat rara melahap makanan yang telah sampai.

Baru beberapa suap rara menyuap makanan tersebut dan tanpa sengaja dia melihat pemandangan yang tak biasa, yaa pemandangan bayu dan senior dikampusnya yang sedang bermesraan. Rara menatap malas dengan dua sejoli tersebut, dengan cepat rara mengalihkan pandangannya dan melanjutkan menyantap makanan hingga habis.

Hendra dan mila melihat kejadian tersebut terkejut, dan berbicara hanya mengangkat alis masing-masing. Mereka tidak bertindak, karena rara masih tenang dan santai menyantap makanannya. Dalam urusan percintaan rara tidak suka untuk dicampuri masalahnya, dia bisa mengatasinya dengan sangat baik. Contohnya saat ini, rara terlihat tenang dan santai memakan camilan setelah menghabiskan semangkuk mie instan.

"Beb habis ini mau kemana?" tanya hendra berpura-pura sambil mengawasi mimik wajah rara, sebab hendra mengikuti arah pandang rara yang melihat bayu bermesraan bersama dengan lutfi.

"Nonton bioskop seru kali yah!" ucap rara sembari menopang dagunya dan mengigit bibir bawahnya, menahan rasa amarahnya melihat pria yang baru tiga hari dekat dengannya.

"Enggak usah sok mikir mot!" celetuk mila menyingkirkan tangan dari dagu rara yang mengambang diudara, mila kesal dengan sikap rara yang acuh tak acuh begini. Kalau mila yang diposisi rara sudah pasti dia melabrak bayu dan selingkuhannya itu, tapi tidak untuk rara. Dia terlihat santai dan tenang meski pun melihat pemandangan yang tak mengenakkan itu.

"Tapi ini mau masuk waktu ashar mil, kita sholat dulu yaa baru ngemall." bujuk rara dengan cengir kudanya dan menopang dagu dengan kedua telapak tangannya.

"Yaa udah ayo, 10 menit lagi adzan nih." ajak hendra yang lebih dulu berdiri dan menuju kasir.

Pandangan rara tertuju kearah bayu seketika pandangan mereka bertemu, dengan cepat rara membuang muka dan berdiri disusul dengan mila. Mereka sudah sampai dimusholah kampus, hendra lebih dulu meninggal rara dan mila diluar untuk mengambil wudhu terlebih dulu. Setelah selesai hendra bergegas menuju mimbar dan mengambil mike, lalu mengumandangkan adzan dengan suara merdunya.

Yaa, hendra adalah seorang hafiz, kedua orang tuanya dari keluarga terpandang dan taat agama. Dari kecil hendra dididik dengan tegas oleh ayahnya.

Mila dan rara sudah dishaff masing-masing sambil memakai mukenah, dan mereka melaksanakan sholat ashar bersama. Setelah selesai menunaikan shalat, mereka keluar dari musholah lalu menuju parkiran dan masuk kedalam mobil.

AAARRGGGHH!!!

Rara berteriak ketika mobil hendra sudah keluar dari halaman kampus, betapa terkejutnya hendra dan mila mendengar teriak rara. Dan mereka saling bertukar pandang, bingung dengan sikap rara yang berubah tak menentu seperti saat ini. "Kesal yaa ngelihat ayang bayu berduaan sama lutfi," ledek mila sembari merubah posisi duduknya menghadap kebelakang, sambil terkekeh melihat wajah rara yang merah padam.

"Aku kesal bukan karna bayu mil," jawab rara dengan suara gemetar, bola matanya menampung air mata yang menganang seperti sungai. "Tahun ini aku enggak pulang kampung, huuuaaaa..... Sedih aku tuh mira!" ujar rara menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, sebab air matanya sudah tak bisa dibendungnya lagi.

Hendra dan mila saling bertukar pandang mendengar rara menyebut nama 'mira', "Siapa mira?" mila bingung sambil mengerutkan dahinya.

"Mila, hendra, ha... ha.." tawa rara kencang memegang perutnya melihat ekspresi wajah mila, dan mila merubah kembali posisinya seperti semula. Menghadap kejalan raya, bisa-bisanya rara menyingkat nama mila dan hendra. Wajah mila terlihat merah merona ketika tadi mendengar penjelasan rara, mila bukan kesal dengan rara. Melainkan tersipu malu namanya disingkat seperti itu.

Hendra menarik sudut bibirnya mendengar ucapan rara, memang sejak dulu hendra menaruh hati terhadap mila. Tetapi sampai sekarang belum bisa diungkapkan, entah takut karna persahabatannya akan hancur atau ada hal lain. Mila, rara dan hendra berteman sejak masuk mos kejuruan farmasi.

Dan mereka sampailah disebuah mall yang baru saja membuka sebuah bioskop, hendra memarkirkan mobilnya lalu membuka seatbell dan keluar dari mobil. Disusul mila dan rara, mereka naik escalator menuju lantai atas. Karna disana tidak ada lift, hendra lebih dulu masuk kedalam bioskop dan memesan tiket. Tak lupa membeli beberapa camilan untuk rara dan mila, hendra mengajak mila dan rara menuju studio yang tertera ditiket. Tak berangsur lama menunggu, pintu studio terbuka lebar menampakkan dua orang pegawai sedang berdiri diambang pintu. Dan mulai mengambil tiket bioskop setiap orang yang masuk kedalam ruangan tersebut.

TBC.

Wiky_