webnovel

12 KESEPAKATAN DAN BERSAMA

"Hai, Callix," Aku tidak tahu harus bagaimana bersikap di depan pria yang sedang menggenggam tanganku saat ini.

"Bagaimana? karena obat itu bekerja padamu, kutukannya tidak memakanmu lagi kan?"

"Kenapa?" tanya Callix dengan suara lirih dan terbata.

"kenapa apa?"

"kau menyelamatkanku? kau tidak membunuhku?"

"ah, kalau itu... uhukkk uhukkk," Sekarang giliranku yang memuntahkan banyak darah dari mulutku.

Berkat mana yang telah ku simpan dan padatkan dijantungku, aku selamat dengan mudah dari Adolf gila itu tetapi, aku tetap terluka dan karen panah beracun itu di luar dugaanku. Racunnya mulai menyebar ke seluruh tubuhku sekarang.

"Kau tidak apa-apa? kau bisa mendengarku? hei, apa yang terjadi padamu?" pandanganku mengabur, kepalaku terasa berdengung, suara callix tidak dapat terdengar jelas di pendengaranku. Tubuhku semakin melemah, mana ku sudah habis untuk melindungi jantungku. Aku sekarang tidak punya sihir untuk menetralisir racun ditubuhku. sialan.

Hanya menunggu waktu, aku akhirnya ambruk tak sadarkan diri.

#####

"Yo," entah sudah berapa lama aku tertidur, saat pertama kali ku buka kedua mataku, ada sosok pria yang terus menatapku di atas wajahku.

"Eh?" Butuh beberapa saat untukku menyadari bahwa saat ini aku menggunakan paha pria itu sebagai bantalan kepalaku.

"Kau tidak apa-apa?" pria itu bertanya dengan wajah tanpa ekspresinya.

Bukankah harusnya dia yang kenapa-napa? kenapa Aku tertidur di pangkuannya? Aku mengubah posisiku menjadi duduk. Sesaat kemudian aku melihat banyak bercak darah di pakaianku dan ingatan beberapa saat lalu muncul lagi.

Aku duduk bersila di depannya. Dia diam memperhatikan tingkah laku ku.

"Kau baik-baik saja?" tanyaku balik, tanpa menjawab pertanyaannya lebih dulu.

"Kenapa denganmu?" pria itu balik bertanya tanpa menjawab pertanyaanku.

Hyde yang melihat kami saling melempar tanya tanpa memberi jawaban menggeram, Ash yang biasanya menyembunyikan diri juga turut menampakkan diri di bahuku, entah dari mana dia tadi. Sepertinya mereka kesal dengan situasi tanpa jawaban sekarang ini.

"ekhem, begini pangeran," Aku menatapnya serius, "Aku akan membantumu mengalahkan raja iblis itu."

Hening beberapa saat, pria itu diam. Aku tidak tahu apa yang di pikirkannya, tapi wajahnya nampak sedikit terkejut.

"Dari mana kau tahu?"

"Bisa dibilang, aku tidak terpengaruh oleh regresi yang kau lakukan. Kau tahu, karena kau terus menerus regresi, Aku menjadi kesulitan untuk hidup tenang dan bahagia bersama dua adik kembarku tahu! Jika Aku tidak terus regresi bersamamu mungkin aku sudah di negeri-negeri jauh, melintasi benua, memiliki kehidupan bahagia bersama orang tercintaku."

Pria itu diam, kepalanya tertunduk, "maaf. Kau pasti kesulitan karena Aku ya? Tapi, bagaimana kau bisa tidak terpengaruh?"

"Entahlah. Oleh karena itu, ayo bekerja sama denganku. Sulit pasti jika melakukannya sendirian kan? Kau butuh rekan yang tepat, dan ku rasa akulah orang itu." Tangan kananku terulur hendak menjabat tangannya.

"Boleh ku tahu alasannya?" Callix masih tidak berekspresi melihat tanganku.

"Aku kuat, aku tidak terpengaruh regresi mu, dan aku tahu sedikit lebih banyak darimu tentang masa depan."

"Bagaimana bisa?"

"Itu rahasia. Akan ku ceritakan jika nanti kau sudah dapat mengingat semuanya dan lepas dari kutukan itu sepenuhnya." Aku nyengir, pria ini sepertinya tidak mengingat pernyataanku beberapa waktu lalu. Baguslah.

"Baiklah. Lalu, bagaimana kesepakatannya?" Akhirnya... saat yang ku tunggu-tunggu tiba.

Callix membalas jabat tanganku. Kesepakatan kami terbentuk hari ini.

"Aku membantumu melepas kutukan mu dan mengalahkan raja iblis lalu kau harus membantuku dengan memberikanku sebuah wilayah kecil untuk tempat tinggal dan bertani. Bagaimana?"

"Bukankah itu terlalu berat sebelah? Kau tidak mau minta hal yang lain?"

"Kau mau menmeliharaku dan menyuplaiku dengan banyak koin emas? jika menuruti egoku, aku cuma mau bermalas-malasan sambil hidup nyaman, tapi pasti kau tidak akan mau memelihara orang sepertiku kan?"

"Aneh. Baiklah aku setuju." Callix memalingkan wajahnya, aku mengangkat bahu. Yang penting kesepakatannya jadi.

"Lalu, apayang harus kita lakukan sekarang?"

"Membuat strategi dan pasukan."