webnovel

Jalan Pulang Tanpa Dia

Semua sudah mengumpul diruang tamu. Total semua mahluk disana ada sepuluh. Itu tergabung dari lima wanita dan laki-laki dari tim basket. Mereka saling berbaur satu sama lain. Wajar, mereka satu kelas.

Jauh berbeda dengan shafiyya yang berbeda kelas, beda pemahaman, dan beda kehidupan. Ia tak lebih cuma anak pindahan yang masih polos. Yang tak benar-benar tahu dimana ruang lingkupnya. Ia juga tak terbiasa dengan lingkungan yang dipenuhi laki-laki. Ia masih terbiasa jika itu hanya fairial seorang diri atau kak risky, tapi kalau banyak begini ia malah ketakutan. Tegang.

Shafiyya kini sibuk menyendiri didepan nampan berisi minuman dan bahu nya masih bersandar pada dinding dapur. Ia makin ragu-ragu untuk melangkah menyusul canda tawa mereka. Ia masih berdiri kokoh disana. Malu.

Daren yang tak sengaja melihatnya kebingungan langsung berpura-pura izin ke belakang, katanya sih mau kekamar mandi tapi nyatanya ia menikung ke dapur.

Ia tahu shafiyya sedang apa. Gadis itu terlihat malu dan berpura-pura mencuci tangannya ketika Daren datang . Matanya terlihat bingung. Masih seperti memikirkan sesuatu.

Daren menghampirinya dengan makanan yang baru ia ambil dari lemari es.

''Hey, shafiyya ya ?''

''eh I,iya ''

''Ada masalah ?''

''Eh, enggak.''

''Sini gue yang bawa '' Kata daren yang langsung mengambil nampan berisi sepuluh gelas sirup berwarna oranye dari atas meja.

''Nggak usah, aku aj-''

''Ayo ''

Daren langsung seenaknya menggandeng tangan shafiyya dan membawanya keluar. shafiyya tak paham dengan yang sedang daren lakukan. Kata-kata dari ustadzah illa makin bernyanyi ditelinganya. Shafiyya bingung. Tapi ia merasa tidak enak melepas tangan itu.

Ya allah aku merasa sangat bersalah. Ustadzah maafin aku.

''Pesanan datang !'' seru daren masih menggandeng tangan shafiyya.padahal sudah berkali-kali shafiyya paksa lepaskan. Tapi terlalu kencang. Bahkan laki-laki itu terus menuntunnya sampai mendekati semua orang yang terkumpul diatas sofa, sampai shafiyya sendiri dipaksa duduk bersebelahan dengannya. Gadis ini canggung, serba salah. daren semakin mengeratkan tangannya dan menaruhnya diatas sofa supaya dilihat.

Laki-laki ini apa-apaan sih ...

Ya Allah ...

Anehnya semua orang hanya menganggap perlakuan modus dari daren ini sebagai hal yang biasa. Dan apakah ini kelakuan semua anak ibu kota?

Fairial mengernyit. Ia agak lucu melihat shafiyya sebegitu mudahnya digandeng mesra oleh daren. Padahal ia berkerudung, dia juga baru keluar dari pesantren. Harusnya dia lebih bisa menjaga diri.

Tatapan culas tiba tiba hadir dari arah matanya. Menuju ke gadis itu. Bodoh kenapa sekarang ia justru menyalahkan shafiyya

Lihat. Gadis itu terlihat kebingungan. Ialah yang memaksa shafiyya masuk ke dalam dunianya sendiri.

Beberapa hal lantas membuatnya langsung tersadar dengan eksistensi gadis itu . ia terlalu sibuk dengan pekerjaan dilaptopnya, seolah canda tawa teman-temannya sukses melupakan hadirnya shafiyya yang merasa terbebani disana. Ia terlalu lupa dengan dunianya yang kemarin.

Dan kenapa daren??

***

Sepanjang perjalanan menuju sekolah fairial hanya mendiamiku. Aku tak paham apa yang sedang ia tutupi. Dari balik kacamatanya ia terlihat sedang membohongi perasaan, aku sering melihat hal ini waktu dulu. Tapi , itu semua ada baiknya tak ditanyakan . aku harus menggantinya dengan topik senang, mudah-mudahan dengan itu ia merasa baikan.

''Rial , aku gak pernah nyangka kamu itu populer."

Hening

''Masa yah, mereka bilang kamu itu ganteng, kayak artis... artis korea...hahaha korengan ''

Fairial membalasku dengan tatapan firaun. Dan aku pun tersingkirkan mudah.

Sudah biasa fairial tiba tiba dateng gak jelas seperti ini, ia seakan menahan jutaan ton masalah dibalik punggungnya, dibalik sorotan matanya yang mendalam, dan penuh kekosongan.

Rial... apa dimatamu itu ada Tuhan ? maksudku Rabbmu sendiri ? Kau tahu, ketika kau mengenal Allah. Kamu pasti akan merasa sangat tenang. Damai dan hidupmu dibantu. Allah akan memberi solusi dari setiap permasalahanmu.

.

Rial... aku takut sesuatu terjadi denganmu

Seusai shalat dhuha , aku lantas mengancingi tas mukenaku dan melenggang pergi dari masjid. Saat diperjalanan, tiba tiba aku langsung disambut oleh daren. Akhir-akhir ini aku selalu melihat daren. dan dia ramah menyapaku.

''Hey shafiyya, abis sholat? ''

''Iya ..''

''Wahh rajin benar kamu ...''

''Ahh nggak, ini memang sudah seharusnya ''

''Oh iya denger denger kamu pindahan pesantren ya ?''

''I,iya .. kok tau ?''

''Tahulah , fairial''

''Ahh benar-benar si mulut besar'' gerutuku

''Oh iya sambil jalan yuk ''

''eh I,iya ''

Sepanjang koridor daren banyak bertanya seputar agama, shalat dan kewajiban seorang muslim, kadang aku merasa tidak pantas, bahkan aku suka mengeluh sendiri. Kenapa laki-laki itu harus bertanya padaku ?

Padahal aku ini masih belum paham betul tentang agama, aku masih labil ,aku masih suka salah dalam menafsirkan sesuatu. Dipesantren juga tidak lama. Aku hanyalah seorang gadis plinplan dan manja yang masih miskin ilmu. Ilmuku masih diambang udara dan kadang suka tertiup angin. Aku masih terlalu goyah.

Bahkan ketika ia makin bertanya yang susah-susah aku suka jawab tidak tahu.

''Berarti kalo pacaran juga gak boleh ?''

''I,iya nggak boleh, kata ustadzah ku ahh entahlah aku kurang tahu juga tentang itu ..aku takut salah aku harus banyak belajar lagi. ''

''Tapi kamu hebat lho fiya ...''

''Hebatnya ? ''

''Bisa terus-terusan istiqamah dalam menjalankan kewajibanmu...dibanding gue ''

Rona pipiku merah jambu, aku tersipu malu. ''Y-ya itu memang harus ''

''Gue ingin belajar banyak dari kamu shaf''

''Eh ? gak bisa! Aku kan udah bilang aku masih belom terlalu paham...''

''Seekor itik tidak memerlukan ibu yang pandai dan bersarjana dalam mengajar anaknya berjalan ... ia mengajarkan apa yang ia bisa" Ucap daren.

Aku terperangah, tapi masih tak terima. Seakan-akan aku dipaksa daren untuk mau mengajarkannya mengaji. Padahal tajwidku aja masih banyak yang salah.

###

‘’Hahh ?? daren minta diajarin lo ngaji ?’’

Aku langsung menutup mulut clarissa. "Sstt nanti ketauan elsa. ‘’ aku menunjuk dagu ku ke gadis yang sedang termenung dengan adukan teh botolnya.

Ia duduk agak jauh dari kami. Dalam kesendirian itu. Ia seperti menyimpan jutaan kegelisahan yang berbentuk batu. Tapi tetap, aura kecantikannya begitu mempesona.

Kami jadi saling bisik-bisikan ketika berbicara, dan makin merapatkan jarak posisi duduk. ‘’Tapi mana mungkin orang kayak daren, dia kan playboy kelas kakap, gila bin majnun, rocker lagi, ceweknya aja nyebar seantero bumi. Pokoknya itu jelas gak mungkin, lagian elsa kan suka sama dia …’’

‘’Emang dia bilang sendiri gitu ?’’ tanyanya padaku

‘’Iya .. dia bilang begitu ya, awalnya aku sempet nolak tapi dianya maksa’’

‘’Hm konflik cinta segitiga’’ clarissa melipat kedua tangannya didada. Ia terlihat berfikir.

‘’Eh ?’’ . aku paham maksudnya.tapi bingung.

‘’Ng-nggak … kita liat aja dulu jalan pemikirannya bakalan kemana …

’’

‘’Dan lo fi …’’

‘’Eh ?’’

‘’Lo ikutin aja dulu permainannya ‘’

‘’Ehh ?’’

Permainan apa ?!

Gerbang bercat biru itu tiba tiba memuntahkan banyak kendaraan bermotor dan beberapa siswa yang memilih berjalan kaki.

Bel sekolah sudah menggema sejak enam puluh detik yang lalu. Fairial tak kunjung datang. Aku menunggunya lama didepan gerbang, berkali-kali aku menerawang ke dalam sekolah.

Mencari sosok yang biasa menungguku lebih dulu ketika pulang. Bolak-balik kakiku berjalan ditempat yang sama. Aku kembali melihat ke dalam gerbang, tapi tetap ia tidak ada.

Suasana sekolah makin kosong, satpamnya juga sudah ke laut. Sebentar lagi ashar , kelihatannya aku sudah benar-benar ditinggal pulang. Tapi kalau aku pulang sekarang dan fairial masih ada disana gimana ? Kesannya nggak enak aja, ninggalin dia.

Hufft lagi-lagi fairial meninggalkanku dengan sebuah teka-teki. Sebenarnya ada apa dengan orang itu akhir-akhir ini. Dia terlihat lebih murung dari biasanya.

Aku khawatir.

Tiba tiba sebuah motor ninja keluar dari gerbang, menghenti didepan tubuhku. Dia terlihat begitu familiar disana, dengan helm dan wajah korengannya eh korea.

‘’Belom pulang ?’’ Tanya daren

‘’Nunggu fairial ‘’ tawaku lirih

‘’Ohh jam segini ? Udah pulang kali, bareng gua aja.‘’

‘’Eh ?...’’

‘’Ayo !"

‘’T,tapi …… ‘’

‘’Udah gak ada orang didalem’’

Aku gugup, aku juga menyelisihi perkataan daren barusan. Aku pun meninggalkannya untuk berpikir, lalu aku akhiri dengan persetujuan. Yah itu agak terpaksa, daripada aku jadi telat sholat ashar nanti.

‘’Yaudah deh ‘’

Itu benar. Tak selamanya aku harus menunggunya pulang …lagipula aku sudah hapal jalan pulang, bahkan sudah lama. Bagaimana tidak hapal, Ia selalu mengenalkanku banyak arah setiap hari. Dia memberiku begitu banyak rute dan petunjuk jalan yang berbeda. Dia membantuku dewasa dengan ini…

Terlebih, kelihatannya ia mulai bosan dengan kehadiranku yang selalu hadir tanpa absen, boleh jadi ia memang berniat meninggalkanku. Dia mulai meninggalkan si gadis bodoh ini dengan pemikiran yang masih kekanak kanakan. Haha apanya yang harus kusesalkan …itu adalah bagian dari kedewasaan fairial. Dia sudah besar.ia pantas untuk berubah . dan aku…. harus paham .