webnovel

Hujan Di Langit Biru

Diujung lorong sana sesuatu hampir mencolok mata kami, fairial yang kutahu orang baik-baik yang tidak pernah sama sekali terlibat perkelahian, berkali-kali menghajar daren sampai lelaki itu terlihat parah. Daren mengeluarkan banyak darah

Apa masalah mereka ?!

Pertanyaan itu menggema seantero pikiranku, seraya berlari. Teriakanku seakan menghentikan rotasi bumi dan kerjapan mata tiap insan ''Berhenti! Fairial !"

Semua pandangan memusatkan perhatian padaku. Si gadis berkerudung putih sedada yang sudah berdiri didekat mereka. Dalam sesaat fairial memang berhenti, apalagi ketika dua bola mata itu mengepungku dengan sorot mata tajam dan penuh dendam.

Aku mendadak jadi batu, bahkan kakiku hampir goyah ketika sedang berdiri . ia sama sekali berbeda dengan yang kutahu . dia yang dulu. Yang selalu berada didekatku dan paling baik kelakuannya

Itu bukan dirinya ...

Yang kutahu Daren hampir mau mati saat itu. Sesak, berburu nafas, batuk.

Fairial mulai meninggikan lengannya lagi dengan tangan meninju, aku tak membiarkannya. Aku berteriak. "Kamu gak harus melakukan hal ini ! ''

Seluruh tubuhku hampir gemetar ketika dua mata itu kembali menatapku tajam. Tak dikenal. Di dalam sana aku bisa melihat begitu hebat rasa amarah yang meluap.

Tunggu... apa mungkin dia melakukan ini karna dia tahu?

Aku tak tahu harus memandangnya seperti apa ...juga aku tak boleh lama-lama bertatapan mata dengannya ...

Aku menghindar tatapan itu . apalagi disana orang-orang mulai mempertanyakan eksistensiku dimata fairial ... aku tak mau fitnah muncul diantara kita. Dan aku lebih tidak mau menjadi cobaan bagi dirinya .

Tapi ketika saatnya aku kembali melihat kea rah itu. Ia sudah membelakang . memunggungiku ,daren dan mereka semua.

Ia pergi ...

Fairial dan aku kembali berjalan sejajar, meski cukup jauh jarak kedua kaki kami . tapi suasana terasa sangat asing seperti yang terjadi akhir-akhir ini .

''Fiuhh..untung aja nggak diskors , Alhamdulillah ...''

Aku memang tidak sedang mengajaknya berbicara, aku hanya berusaha membuat perhatiannya teralihkan padaku

''Aneh,'' gumamnya

Seakan patung itu hidup, dan mulai berbicara

''Hampir diperkosa masih bilang Alhamdulillah... seakan-akan lo maafin dia gitu aja. ''

Dingin. Hening menyelubungi kekakuan hari itu. Tak ada yang menutupi kecanggungan antara aku dan dia.

Berusaha memaklumi.

Bagaimanapun juga ia berada dipihakku, ia coba membelaku malah.

Aku harusnya tetap mendiaminya saja. Aku tidak diizinkan marah untuk hal ini.

###

Tulisan kaligrafi Allah dan Muhammad kembali menyambutku ketika pintu coklat itu perlahan kubuka. Dengan sepatu yang sudah terlepas aku coba memasuki rumah itu seraya mengucapkan salam.

Tapi sayangnya Salamku masih terlalu kecil untuk didengar ibu. Ibu masih sibuk didapur. Aku tahu ibu sedang apa, bahkan dari depan pintu saja sudah terdengar suara nyaring dari wajan. Aku pun bergegas menghampirinya setelah sebelumnya tas itu kulempar dahulu ke atas sofa .

''Assalamualaikum ''

Ternyata ketika aku sudah memasuki dapur , ibu sudah selesai memasak . dan makanannya pun sudah tersedia diatas piring.

''Alaikum salam, gimana tadi ? fairial abis bekalnya ? ''

Pasti selalu nama itu yang disebut duluan ....

Aku mencomot makanan itu dengan tangan dan juga ucapan bismillah . dan lahap kumakan, ibu memukul tanganku.

''Pake sendok."

''Udah dicuci kok''

Kelihatannya ibu masih sibuk menyiapkan sesuatu.

''Abis ...'' Aku menjilat kelima jariku

''Yaudah sekarang bawa ini kerumahnya... dia udah kelaparan pasti ''

''Yah bu ,masa aku lagi sih ..''

''Lho emang kenapa ... ?

Aku terdiam . lalu mendesah dalam hati .

Aku berlalu keluar rumah ,kembali membawa nampan makanan itu kerumah fairial . padahal saat itu aku belum sempat berganti baju. Masih berseragam putih abu-abutapi baru beberapa langkah aku menjauh dari pintu, sesuatu seakan menyerang kedua mataku, jantungku langsungdibuat kacau oleh tanda hadir kendaraan itu didepan rumah fairial. Ayahnya datang lagi .

Aku mendekat secepat mungkin , berlari ..

Berusaha mendengar sayup-sayup suara yang sebentar lagi bakal lebih mengguncang seluruh organ tubuhku.

Hening.

Aku coba mendekatkan telingaku ke dekat pintu .aku menguping dari luar.

Aku tidak mendengar apapun .

Lantas apa yang sedang mereka lakukan didalam ?

Pelan-pelan dengan mata setengah tertutup aku coba ketuk badan pintu itu . aku takut . aku terlalu hati-hati sampai orang yang didalam mungkin tidakmendengar ketukan pintuku itu .

''A-assalamualaikum''

Tidak ada jawaban, aku coba sekali lagi mengetuknya, dengan ucapan salam yang kembali kuulang.

Tiba tiba fairial muncul setelah dibukanya pintu itu . ''waalaikumsalam .. ''

Wajahnya biasa saja ,tidak ada lebam , luka ataupun darah . ternyata ia tidak dipukuli lagi.

Aku tersenyum takut-takut. Lalu melempar muka . ''E-eh ...ini ''

''Iya .. makasih ''

Terlalu canggung. Mungkin karna kita habis bertengkar atau mungkin karna memang hakikatnya seperti itu.

''Eh yaudah ..aku ...balik kerumah ''

Mataku hanya sekilas menatap matanya , pun sama halnya dengan orang itu. meskipun ia sempat tersenyum barusan.

Aku pergi.

Tapi nampaknya si ganteng berkacamata itu masih belum beranjak dari tempatnya . ia masih melihatku dari belakang . punggungku Nampak menjadi pusat perhatiannya saat itu. Dan ternyata masih ada sesuatu yang hendak ia katakan lagi.

''Eh terimakasih banyak ya ''

Ia mengucapkannya lagi ...

Aku berhenti, lalu tersenyum dan kembali berbalik badan, aku sudah siap berjalan menuju rumahku dengan perasaan lega dan penuh syukur. Fairial pun sudah masuk ke dalam rumah, rasa-rasanya permasalahan biasa yang satu ini sudah tak perlu dikhawatirkan lagi.

Syukurlah mereka sudah berbaikan ...

Saat aku sudah separuh jalan menuju rumah, tiba tiba suara piring pecah hampir membuatku serangan jantung. Aku terdesak, perkiraanku salahkah? Dan kenapa secepat itu?

Suara itu dari dalam rumah fairial kan ? Seingatku jalanan saat itu masih sangatlah sepi, aku tak bisa meminta bantuan pada siapapun saat ini. Apalagi ibu yang sedang sendirian dirumah.

Kak rizky sedang kuliah, ayah kerja.

Aku bingung harus meminta bantuan pada siapa ...

selain aku berlari sekuat tenaga seorang diri menuju rumah itu lagi .

suara itu semakin terdengar. Baku hantam itu lagi dan kenapa harus lagi ?!

dan kukira ini semua tidak akan pernah terjadi lagi.

''TOLOL ! BEGO !ANAK MALU-MALUIN !LU TUH MASIH PUNYA GUA ! NYAMPE MAKAN AJA SEGALA MINTA BELAS KASIHAN ORANG ... GAK MIKIR APA LU ! SELAMA INI GUA CAPEK-CAPEK NYARI DUIT! MALU-MALUIN GUA LU ! ''

Pelupuk mataku mulai digenangi air mata, suaranya nyaring menyerang telingaku. Tapi kenapa dilangit sebiru ini air mata ku harus turun? Mengapa dihari indah ini semua harus terulang kembali ? bukankah langit biru itu tanda kebahagiaan ?

Aku tak yakin aku bisa kuat melihatnya dengan kedua mataku . aku harap aku tak melihat fairial untuk saat ini. Aku tak sanggup kalau aku diberi kesempatan itu lagi.

ya Allah tolong dia ....

Tiba tiba pintu itu terbuka. Mimpi buruk ini kenyataan . Air mataku yang berguguran dan isakanku yang rada berisik itu mendadak terhenti. Aku seakan dihentikan oleh waktu.

Dibalik sosok pria yang baru saja membuka pintu itu, aku melihat fairial juga sedang menangis diujung sana seraya terus memegang ujung lengannya. Berusaha kuat.Ia mendesah kesakitan.

Ayah fairial menyambut tangisanku langsung dengan tangan dan tatapan melotot . ia tahu akulah si tersangka penyebab kemarahannya saat itu.

''Ohh jadi ini !"

Si perkasa ini berjalan cepat ke arahku

''Jangan pah!'' Teriak fairial. Ia berusaha sekuat tenaga untuk bangun.

Aku tak tahu harus kemana, aku tak sempat kemana-mana. Yang kutahu Tangan kekar itu sudah memegang batang leherku .

Sakit, aku tak bisa bernafas, apalagi menelan ludah. Aku dicekik oleh ayah fairial. Dan aku harap aku tidak mati ditangannya. Siapa nanti yang akan membawakan lelaki itu makanan, memberinya bekal dipagi hari, menemani nya berangkat sekolah dan ...

Menuntunnya menuju jalan itu.

Fairial cepat-cepat meraih tangan ayahnya. Mencengkramnya kuat dan berusaha melepasnya dari batang leherku tapi nyaris disayangkan kekuatan itu masih tak banyak sebanding dengan ayahnya. Aku tahu hal ini pasti akan terjadi. Ia pasti akan selalu kalah melawan ayahnya.

Ia merasa terusik dengan kehadiran fairial yang tiba tiba datang mengganggu seperti serangga. Dalam sekali hempasan, tangan perkasa itu langsung menjatuhkan fairial hingga tumbang. Kepala fairial langsung terbentur ujung meja. Ia tak sadarkan diri.

Aku menangis cukup kuat , sampai ibu datang menyelamatkan kami dan ayah fairial pergi membawa pergi mobilnya.

Fairial langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat detik itu juga. Deras,Air mataku berguyuran sepanjang perjalanan ketika dimobil . kak rizky sibuk menyetir dan ibu berusaha menenangkanku yang terisak parah. Aku tak percaya aku menangis sehebat itu.

Bagiku, dia bukanlah lagi orang yang asing dalam hidupku. Dia bukanlah orang jahat bahkan sejak kecil aku selalu menganggapnya sebagai keluarga, meskipun dalam hati suka aku suka iri dengan yang ia miliki. Tapi tetap saja, ketika aku merasa kehilangan orang itu, aku mencarinya... kehilangan dia sama saja kehilangan salah satu anggota keluargaku

Dan ...Biru yang kutahu kau bukanlah pertanda datangnya sebuah kebahagiaan atau hujan pertanda datangnya sebuah kesedihan ...

Semua terjadi atas kehendakNya