webnovel

Ayah dan Anak

Ada yang berbeda dari upacara pagi ini. Yang menjadi petugas upacara hari ini adalah para anggota osis yang lama. Fairial terlihat mencolok ditengah-tengah lapangan. Ia bertugas menjadi pemimpin upacara sekarang.

Wajah bersihnya separuh dinaungi topi putih abu-abu. Ia tegap dan pandangannya lurus sejurus tiang bendera. Kaku, tegas.Pongkahnya bak seorang tentara. Paparan mentari tak kunjung membuatnya jengah.

Yang kutahu itulah dia. Sejak dulu ia selalu seperti itu, menjadi orang yang selalu dibanggakan dan diidamkan, sampai lucunya aku pernah merasa iri dengannya tapi yang cukup kukagumi adalah ia tidak sombong. Ia terlalu baik kepada orang dan malah ia selalu merasa kekurangan. Seolah ia seperti tidak menginginkan semua kebahagiaan itu.

Diakhir upacara, sesudah semua ditutup oleh doa. Kini giliran kepala sekolah mengumumkan siapa yang berhak menjadi ketua osis untuk tahun berikutnya. Pak danu yang merupakan nickname dari kepala sekolah segera turun dari panggung. Lelaki berusia enam puluhan tahun ini mengambil kalung karangan bunga dari tangan elsa.

Kini beliau berjalan ke depan barisan-barisan siswa dari tiap kelas yang berbanjar dilapangan. Fairial seperti sedang menahan sesuatu. Wajahnya terlihat pucat ketika matahari seolah tak berteman lagi dengannya. Terik. Pusing dikepalanya yang tadi malam kembali muncul . Ia berulang kali mengepalkan tangannya.

Ia menggigil dan ia coba tutupi itu. Diam-diam ia coba menguat-nguatkan diri. setidaknya Ia harus menyelesaikan upacara ini sampai selesai. Keringatnya keluar berbintang.

Pak danu berjalan tepat dibelakang fairial. Fairial tidak sadar. Ia mengira pak danu masih berkeliling melewati barisan siswa-siswi. Tiba tiba telinganya tak sengaja menangkap sorakan dan tepuk tangan.

Fairial tak paham karna rasa sakitnya yang membuatnya tidak perduli, apalagi ketika matahari semakin meninggi, dan seakan membakar sekujur tubuhnya. Tiba tiba dari arah belakang seseorang memakaikan kalung karangan bunga kelehernya. Ia terkejut sebentar tapi ia tetap berposisi siap seperti awal.

Pak danu kini muncul dihadapannya dan tersenyum bangga kepada fairial. Tangannya kini menjabat tangan fairial "Selamat ya nak ... terus perjuangkan prestasimu !"

Fairial menerima jabatan itu dengan senyuman. "Iya pak."

Tepuk tangan dan sorakan semakin bergemuruh. Suara ini bahkan lebih ramai dibanding yang barusan fairial dengar. Elsa, clarissa dan teman-temannya yang juga ikut menjadi petugas upacara saling bertimbalan bergabung dengan sorakan itu.

Mereka bangga bahkan tepukan mereka yang terdengar sumringah berterbangan sampai ketelingaku dan para guru.

Kurasa fairial sudah membuat sekolah ini hidup. Padahal mungkin, ia tak benar-benar berniat untuk melakukan itu.. Ia selalu tampil mengejutkan dimata orang...

Pak danu sudah berdiri diatas panggung lagi dan posisinya sudah kembali seperti semula didepan tongkat microphone. Semua pun tahu ini giliran fairial menyiapkan barisan dari posisi istirahat.

Namun wajahnya terlalu pucat. Gelinciran keringat didahi dan seluruh tubuhnya membuat nya serasa berada ditengah gurun.

Kepalan tangannya dikuat-kuatkan lagi. Ia tahu apa yang harus ia lakukan. Ia harus mengakhirinya sedikit lagi. Tapi rasa pusingnya kian bertambah parah. Ia bahkan tak sanggup mengeluarkan kata siap. Elsa dan clarissa merasa ada yang aneh dengan fairial.

Semua siswa yang ada dibelakangnya pun sama. Mereka heran mengapa fairial masih diam saja disana. Ia tak kunjung menyiapkan barisan.Yang parah ketika kulihat, lelaki itu mulai gontai dan ambruk bersama kalung karangan bunganya.

Seluruh siswa siswi dan para guru saling tersontak, panik melihat fairial pingsan ditengah lapangan. Aku tak percaya ini terjadi, padahal tadi pagi ia terlihat baik-baik saja. aku juga sudah membawakannya makanan, apa ia tidak memakannya, apa mungkin ia sedang sakit.

Mengapa ia selalu menyembunyikan sesuatu yang berujung menyakiti dirinya sendiri. Mengapa ia selalu sama seperti dulu.

Dari ujung ke ujung siswa-siswi dan guru saling berlarian menuju sang bintang itu tergeletak dari balik celah bayang-bayang para siswa dan guru aku melihatnya, dari kejauhan aku bertekanan batin. Rasa takutku menyeruak , ini sama persis seperti yang pernah kurasakan bertahun- tahun yang lalu.

Saat ketika fairial dibuat berdarah-darah oleh tangan ayahnya. Aku menyembunyikan perasaan ini bahkan ketika tubuh itu digotong oleh dua orang guru dan beberapa siswa. aku memegang dadaku yang rasanya baru diguncang bom atau rudal, tubuh lemah itu makin menghilang dari pandangku, aku ketakutan dan bahkan aku sadar aku tak bisa berbuat apa-apa.

Berjam-jam elsa terduduk didepan kasur putih, menampangkan raut muka khawatirnya didepan fairial yang tergeletak, clarissa dan kedua temannya masih belum menemukan fairial siuman dari pingsannya.

Mereka ada yang sedang membaca majalah, bermain hape, game atau membersihkan kuku. Baru-baru ini aku mengintip mereka berempat dari balik pintu uks yang ditengahnya ada kaca.

Barusan aku malah hendak masuk ke dalam ruangan itu, tapi mataku keduluan melihat bayangan clarissa dan elsa disana. Aku jadi mengurungkan niat. Padahal ditanganku sudah ada bekal yang sengaja kubawa untuk fairial. Tapi sekarang rasanya bekal ini juga tidak perlu. Clarissa dan elsa sudah membelikan makanan untuk fairial. Itu bahkan bubur. Itu adalah makanan paling baik untuk orang yang sedang sakit.

Aku pergi

Aku mengerti dunia seperti apa yang selama ini fairial berada. ia dikelilingi oleh kebahagiaan, wanita, teman dan prestasi. Ia cerdas dan membanggakan. kehadiranku disini bagai orang asing atau entah seperti alien yang muncul ke bumi. Aku pergi dan tiba tiba muncul lagi dengan gaya hidupku yang menurut mereka mungkin tak sebanding dengan dunianya itu.

Tapi, aku tak merasa canggung. Aku percaya dengan diriku, dengan jalan hidupku dengan jalan yang kupilih. Aku bangga dengannya. Tapi hanya saja, ada satu hal yang seakan memunculkan dinding diantara kita.

Bentangan dinding itu seakan ingin aku buktikan, bahwa yang kulakukan ini adalah benar dan untuk kebaikan. Bukan untuk mencari perhatian atau sekedar mencari sensasi.

Hari itu aku pulang sekolah sendirian. Fairial sudah pulang lebih dulu. Setahuku tadi, pak dian sengaja mengantar fairial pulang. Ada yang bilangfairial diajak pak dian berobat ke rumah sakit sebelum pulang.

Aku tak paham maksud pak dian mengajak fairial berobat sampai ke rumah sakit. Apakah sakitnya itu parah tapi aku tak mau berpikir yang tidak-tidak . aku yakin orang itu cukup kuat, aku tahu banyak hal tentang orang itu. Ia adalah orang yang kuat.

Di satu sisi aku bersyukur ada orang sebaik pak dian sampai rela mengantarnya berobat. Aku sangat khawatir, aku tak bisa apa-apa, mulai sekarang rasanya aku hanya bisa melihatnya dari jauh. Memantaunya hanya dengan melirikkan mata saja.

Setahuku fairial dan pak dian cukup dekat. Disekolah aku selalu melihat fairial membantu pak dian mengerjakan tugas-tugasnya dari hal kecil sampai hal berat seperti membuat panggung membopong tiang-tiangnya, membuat tenda atau masih banyak lagi.

Pak dian adalah guru IPA sekaligus wakil kepala sekolah. ia memegang dua peranan penting disekolah ini. Fairial yang disana sebagai ketua osis otomatis selalu bertemu dengan pak dian sang pelopor acara.

Mereka secara tak sengaja dipertemukan oleh berbagai macam kegiatan yang diadakan sekolah. Merekalah orang paling sibuk disini, macam ayah dan anak.