webnovel

#15# Hari Yang Rumit

Aku mencoba berfikir positif tentang Jiwon dan Ara yang hari ini tingkahnya sangat tidak wajar bagiku. Aku ingin fokus pada pelajaran musik saja. Namun fokusku terpecah belah ketika aku melihat daftar namaku ada diatas nama Ara dan Jiwon dalam satu kelompok musik.

"Mwoya?"

Kenapa aku malah disatukan dalam satu kelompok bersama Ara disaat aku ingin menghindarinya? Apakah ini waktunya aku jujur padanya tentang siapa aku sebenarnya? Sungguh sangat berat untuk berterus terang padanya. Kemungkinan besar dia akan menerima keberadaanku dengan lapang. Namun aku? Aku tidak sanggup menerima kenyataan dan melihat matanya ketika aku tahu ternyata perempuan yang aku tinggalkan benar-benar masih menungguku dan ada di hadapanku. Aku tidak sanggup melihat kesedihan yang dia rasakan selama bertahun-tahun tanpaku. Bagiku, menunggu adalah sesuatu harapan palsu yang bahkan tidak tahu kapan kita akan sampai ditempat tujuan yang kita harapkan.

Aku melihat Jiwon masuk kelas tanpa Ara. Lagi-lagi Jiwon melihatku dengan tatapan tajam. Aku ingin tidak peduli dengannya namun dia masih kuanggap sahabatku.

"Jiwon-ssi..!!! bersikaplah seperti sebelumnya. Aku sama sekali tidak nyaman dengan suasana ini"

Aku melihat senyum tipis Jiwon sambil berjalan menuju bangkunya. Lebih baik aku diam dan menahan semua emosi dengannya. 

Atap adalah satu-satunya tempat yang bisa membuatku rilex di sekolah dengan penatnya semua fikiranku. Sambil memejamkan mata aku menikmati hembusan angin yang mengenai pori-pori wajahku. Disaat aku menikmati segarnya angin tiba-tiba ada ada suara seorang perempuan sedang bersenandung.

'Apakah ada orang lain lagi selain aku disini? kenapa ada suara perempuan bersenandung?'

Daripada penasaran aku mencari sumber suara dengan langkah kaki yang kupelankan. Dengan sangat hati-hati aku melangkah untuk mencari dimana arah suara tersebut. Aku sangat takut jika ternyata itu adalah arwah hantu siswi sekolah yang bunuh diri di atap sini.

Aku semakin penasaran dengan suara tersebut. Apakah dia manusia atau memang benar arwah hantu. Dengan kaki gemetar aku mendekati suara itu. Suaranya semakin dekat. Namun aku seperti tidak asing dengan senandung itu. Kudengarkan hingga aku mendengar jelas suara itu.

''na jeongmal geudael saranghaeyo"

Aku mengintip dari balik tangki air. Aku melihat sosok perempuan berambut pendek mengenakan pakaian sekolah. Aku melihat kakinya napak ke tanah, berarti dia manusia bukan arwah.

Entah apa yang kupikirkan benar-benar diluar kendali. Tidak mungkin sekolah sebesar dan terbaik di korea ada arwah hantu.

'Na jongmal paboya'

Aku ingin tahu siapa perempuan yang sendirian berada di atap sambil bersenandung itu. Kucoba menyapanya daripada rasa takut dan penasaranku tidak pernah hilang hingga aku berfikir dia adalah hantu.

"Heeeyy"

Perempuan itu akhirnya menoleh ke arahku. Aku benar-benar kaget ketika melihat perempuan yang kukira hantu adalah perempuan yang selama ini aku tinggalkan. Ara. Ya, aku melihatnya tanpa orang lain lagi disini. Benar-benar hanya aku dan dia.

'Apa yang dia lakukan sendirian disini? apakah ini saatnya kesempatanku untuk mendekatinya dan jujur padanya?'

"Haru oppa...?"

Dia memanggil namaku sambil menutup mulutnya dengan tangan mungilnya dan matanya terbelalak dan senyum menunjukkan eye smile. Aku tidak bisa mengondisikan jantungku yang berdegup sangat kencang. Angin yang membawa hawa dingin pun menambah suasana semakin syahdu dan menambah pula keringat dinginku ketika berhadapan dengan perempuan masa laluku.

Daripada aku terlihat salah tingkah  dihadapannya aku akan bersikap dingin  seperti biasanya.

"Haruskah aku mengatakan ini padamu? kukira hanya aku saja yang disini, ternyata kamu menakutkanku. Itu sebabnya aku mengira kamu adalah hantu. Betapa terganggunya aku dengan suaramu yang merdu..!!!"

"Benarkah?"

'Mwoya? Kenapa aku malah memujinya?'

"Ne..!! Mau kuberikan 1 pesan?"

"Boeyo?"

"Jangan meragukan suaramu"

"Heem...!"

Aku melihat wajah polos dengan pipi yang merah merona. Entah kenapa ini semua membuatku ingin terus berada disampingnya. Melindunginya dari orang-orang yang ingin menjatuhkannya.

"Suara kamu sangat merdu. Jangan takut untuk melawan guru yang sering menjatuhkanmu. Dia belum melihat saja potensi yang kamu miliki"

"Oppa...Gomawo..!!"

Aku melihat senyum dan eye smilenya. Ingin aku mengusap kepalanya sebagai tanda untuk memberitahu jika aku ada untuknya untuk melindunginya.

"Ne. Mianhe, aku pergi kekelas dulu ya. Annyeong"

Aku tidak bisa berlama-lama berdua saja dengan Ara. Hatiku sakit ketika melihatnya. Jika saja waktu bisa diputar dan aku tidak kehilangan ingatanku pasti dia takkan sesedih dan semenderita seperti ini. Karena aku orang pertama yang akan menemaninya disaat terpuruk.

"Oppa...?"

Tiba-tiba saja Ara memanggilku. Sebutan Oppa yang keluar dari mulutnya sangat tulus. Pantaskah aku menjadi Oppa untuknya sementara aku telah mengkhianatinya? Aku berhenti dan menjawab panggilannya tanpa melihatnya.

"Ne?"

"Oppa nggak mau bareng sama Ara?"

Aku memejamkan mata sekejap dan berfikir apa yang akan terjadi jika aku terlalu lama dengannya dan berbincang tentang masa lalu. Ara sepertinya ingin aku berlama-lama dengannya. Ini membuatku semakin terluka.

"Silahkan"

Sambil menghembuskan nafas panjang aku mempersilahkan Ara yang berjalan duluan didepanku. Aku yang akan melindunginya dari belakang.

Kami menuruni anak tangga dan berjalan menuju kelas tanpa sepatah kata yang keluar dari mulut kami. Kami hanya terdiam satu sama lain. Aku tidak tahu apa yang ada difikiran Ara saat ini saat bersamaku. Apakah Jiwon sudah memberitahu Ara jika aku adalah laki-laki yang selama ini dia tunggu? ataukah Jiwon dan Ara sudah mempunyai hubungan special?

Saat aku berjalan bersama Ara ternyata sudah ada yang menunggu kami di koridor. Aku tahu tatapan itu. Tatapan tajam yang sedari pagi tidak nyaman kupandang. Aku tidak mengerti kenapa Jiwon tiba-tiba memusuhiku. Aku merasa karena kejadian tadi pagi saat aku menyuruh Jiwon diam ketika dia bersama Ara.

"Jiwon Oppa...!!"

Ara memanggil Jiwon dengan antusias. Seketika itu aku melihat senyum lebar Ara yang disambut senyuman dari Jiwon. Bibirku juga ikut tersenyum melihat kedekatan mereka. Namun hatiku entah kenapa sedikit merasakan perih.

"Ooo....Ara-yya..!"

Aku melihat kedekatan mereka sangat intens.

"Oppa mau kemana?"

"Aaa...Oppa mau ke toilet. Kaliaaaan kenapa bisa bersama?"

"Tadi aku bertemu Ara di atap sedang sendirian. Jadi aku menemaninya sampai sekarang"

Lagi-lagi Jiwon menatapku sinis.

"Apa yang kalian bicarakan?"

Ara menatapku untuk menggoda Jiwon. Aku melihat Ara benar-benar gadis menggemaskan. Aku tidak bisa menahan senyumku padanya. Aku tergoda dengannya yang membuatku salah tingkah. Namun ketika aku melihat Jiwon dia seperti ingin menerkamku.

"Mwoya...?? Kenapa kalian saling menatap?"

"Oppa..!! Kenapa sih galak banget!"

Ara menjadi kecewa karena sikap Jiwon yang terlalu memendam emosinya padaku.

"Aniyo...Mianhe Ara-yya"

Aku melihat Jiwon mengelus dan mengacak-acak rambut Ara. Mwoya?? Apa yang terjadi disini? Ara menatapku diikuti oleh tatapan Jiwon. Aku tetap tersenyum meskipun ada rasa sesak didadaku.

"Ara-yya..."

Seseorang memanggil Ara dari balik jendela kelas. Saatnya aku akan menyita waktu Jiwon untuk menjelaskan semuanya kenapa dia seperti memusuhiku.

"Unnie...!"

"Oppa, Haru Oppa, Ara duluan ya"

"Ne"

Aku dan Jiwon menjawab bersamaan. Ekspresi wajah Jiwon pun berubah ketika Ara pergi. Aku menghentikan langkah Jiwon ketika Jiwon akan pergi tanpa berpamitan denganku

"Jiwon-ssi. Aku benar-benar tidak nyaman dengan suasana ini. Katanya kamu sahabatku. Tapi kenapa sepanjang hari ini kamu banyak diam denganku? Apa yang terjadi?"

"Bicara apa kamu sama Ara di atap?"

"Mwoya..? Aku sama Ara tidak bicara apa-apa. Aku tidak tahu sebelum aku datang kesini apakah kamu dan Ara mempunyai hubungan khusus atau tidak. Aku minta maaf untuk itu, karena kamu tidak bicara apa-apa sebelumnya tentang Ara"

"Haru-yya..!! Aku yang menjaga Ara selama bertahun-tahun hingga kamu datang. Apakah kamu tidak melihat kedekatan kami?"

Aku tersenyum mendengar jawaban Jiwon. Benar dugaanku jika mereka mempunyai hubungan khusus.

"Gomawo Jiwon-ssi. Sekarang kamu tidak usah merepotkan diri untuk menjaga Ara. Aku sudah kembali untuknya"

Aku menepuk bahu Jiwon. Jiwon melihat dari samping tepukan tanganku. Tiba-tiba tanganku ditampik oleh Jiwon.

"Mwoya? Kamu baru saja datang tiba-tiba ingin merebut Ara dariku yang sudah lama kujaga selama bertahun-tahun?"

"Mwo...??"

Aku benar-benar kaget kenapa Jiwon berbicara seperti itu sama aku. Aku sahabatnya tapi kenapa dia seperti tidak tulus denganku? Apakah Jiwon dan Ara sudah menjalin kasih? Aku rasa tidak mungkin! kulihat dari pandangan Ara yang menatap Jiwon, Ara hanya menganggap Jiwon sebagai Oppa.

"Jiwon-ssi, jika aku bersalah padamu. Jongmal Mianhamnida!"

Lagi dan lagi Jiwon hanya tersenyum tipis sambil meninggalkanku. Entahlah. Mungkin kami butuh waktu untuk merefleksikan diri.