webnovel

Perjalanan Seseorang

Éditeur: Wave Literature

Chen Qingtian membawa Wu Qian untuk mengalami dunia yang sama sekali berbeda, dunia yang bahkan dulu tidak berani dibayangkannya. Menghabiskan ribuan yuan untuk sekali makan dan menganggapnya hal yang biasa, membeli pakaian tanpa pernah melihat harga, asal suka saja, juga bisa sembarangan membeli kosmetik merek ternama yang sebelumnya bahkan belum pernah didengarnya…

Dan seringkali, harga untuk sebuah baju membutuhkan gajinya setelah bekerja selama sebulan penuh, atau mungkin bahkan tidak cukup.

Walaupun Chen Qingtian adalah anak dari keluarga kaya yang mempunyai banyak aset, namun di ibu kota yang di mana-mana ada banyak orang kaya dan berkuasa ini, itu sama sekali tidak cukup. Hanya saja dia adalah satu-satunya anak di keluarganya, orang tuanya juga memanjakannya. Dia sudah terbiasa memboroskan uang. Baginya, dengan menghabiskan sedikit uang sudah bisa merayu seorang wanita yang saat ini masih sangat diminatinya, ini adalah transaksi yang menguntungkan.

Chen Qingtian merangkul Wu Qian yang tersipu dan berjalan ke mobil sport miliknya.

Malam ini, Wu Qian tidak kembali ke asrama.

Keesokan harinya, Kakek Fu memang menelepon Shen Qinglan dan bertanya kapan dia pulang untuk makan di rumah. Shen Qinglan berpikir kalau sore ini tidak ada kelas, maka siang harinya dia pun langsung kembali ke kompleks.

Karena sudah kembali, maka tidak mungkin kalau tidak pulang. Jadi Shen Qinglan pun kembali ke kediaman Shen dulu. Di rumah tidak ada orang lain selain Kakek Shen. Ini sesuai dengan keinginan Shen Qinglan.

"Kakek, aku sudah pulang." Shen Qinglan menyapa Kakek Shen.

"Mengapa siang hari ini sudah pulang? Nanti sore di sekolah tidak ada kelas?" Kakek Shen tersenyum kepada cucunya. Sejak istrinya meninggal, Kakek Shen semakin banyak mencurahkan energinya kepada tanaman dan bunga-bunganya.

"Kakek Fu memintaku pulang untuk makan." Shen Qinglan berkata dengan jujur.

Kakek Shen memelototi cucunya sesaat, tatapannya itu membuat Shen Qinglan bingung.

"Mengapa masih memanggil Kakek Fu?"

Shen Qinglan tiba-tiba sadar, "Ini kan di depan kakek. Kakek, lusa aku berencana untuk pergi bertamasya, mungkin aku akan pergi untuk waktu yang agak lama."

Shen Qinglan tidak lupa dengan salah satu tujuannya datang ke sini.

"Pergi bertamasya bagus juga, apa uang yang kamu bawa cukup? Nanti kakek akan memberimu sebuah kartu lagi." Kakek Shen tidak menanyakan cucunya mau ke mana.

"Tidak usah, aku punya uang. Sebelum kembali ke kemiliteran Fu Hengyi memberiku sebuah kartu. Lagi pula papa dan mama biasanya juga memberiku." Shen Qinglan bukan orang yang suka banyak bicara, namun di depan orang yang dekat dengannya, dia selalu mempunyai lebih banyak kesabaran.

Mendengarnya, Kakek Shen pun tidak mengatakan apa-apa lagi. Setelah melihat waktu, dia mendesak cucunya untuk pergi ke kediaman Fu. Bagaimanapun juga dia sudah menikah. Walaupun belum menggelar acara pernikahan, tapi sudah membuat surat nikah. Dia sudah menjadi anggota keluarga Fu.

Huh!

Kakek Shen menghela napas. Cucu yang dirawatnya baik-baik ini diambil begitu saja oleh Fu Hengyi.

"Qinglan, cepat masuk. Di luar panas." Ketika baru sampai di depan pintu kediaman Fu, dia langsung melihat Kakek Fu yang berdiri di sana.

Shen Qinglan menambah kecepatan langkahnya, "Ka… Kakek Fu, mengapa Anda tidak menunggu di dalam rumah?"

"Aku baru keluar dan langsung bertemu denganmu. Aku menyuruh Xiaozhao membuatkan masakan yang kamu suka, kebetulan sudah bisa dimakan."

Kakek Fu menatap Shen Qinglan, wajah tuanya tersenyum berbunga-bunga. Shen tua sialan itu, dulu mati-matian tidak setuju, tapi sekarang bukankah Qinglan sudah menjadi anggota keluarga Fu?

Kakek Fu benar-benar merasakan bahwa Fu Hengyi akhirnya melakukan sesuatu yang baik.

Bibi Zhao sedang menghidangkan masakan terakhir di atas meja, "Qinglan sudah pulang, kebetulan sudah bisa makan. Hari ini ada kepiting saus jeruk yang kamu sukai. Kakek secara khusus menyuruh orang mengirimnya dari Danau Yangcheng, sangat gemuk."

Sudut bibir Shen Qinglan agak melengkung, "Terima kasih, Bibi Zhao. Terima kasih, Kakek."

Dulu Shen Qinglan adalah tamu tetap keluarga Fu, dia juga sering makan di rumah mereka. Anggota keluarga Fu sedikit banyak mengetahui seleranya.

Mata Kakek Fu langsung melotot, "Terima kasih apa? Satu keluarga tidak perlu sesungkan ini."

Shen Qinglan menyeringai kecil, dia lupa bahwa dirinya sudah menikah dengan Fu Hengyi.

Walaupun hanya ada dua orang yang makan, tapi suasananya tetap riang gembira. Shen Qinglan tidak banyak bicara, kebanyakan Kakek Fu yang sedang berbicara. Sesekali Shen Qinglan akan mengatakan satu atau dua kalimat. Mereka berdua mengobrol dengan gembira.

Setelah makan, Shen Qinglan juga memberitahu Kakek Fu bahwa dia akan pergi selama beberapa waktu. Kakek Fu juga tidak menentang. Kan anak muda, bagus juga kalau lebih banyak bepergian.

Maka, setelah Shen Qinglan makan, dia kembali dulu sebentar ke apartemennya dan Fu Hengyi di Jiangxinya Park untuk mengemasi dua potong pakaian, kemudian dia kembali ke apartemennya sendiri, Shangya Park.

Apartemennya masih seperti dulu sebelum ditinggalkannya. Sebelum pergi, Shi Feng mestinya menyuruh orang untuk datang dan membersihkannya. Tidak ada jejak yang tertinggal, hanya saja memang sudah lama tidak ditinggali orang, meja pun tertutup oleh selapis tipis debu. Shen Qinglan menelepon agen pengurus rumah tangga untuk meminta seseorang datang dan membersihkan apartemen.

Di atas meja makan ada selembar kertas, serangkaian nomor telepon tertulis di atasnya. Tidak perlu dikatakan siapa pemilik nomor itu.

Shen Qinglan hanya meliriknya sebentar, setelah itu dia langsung membuang kertas itu ke tong sampah.

Dia pergi ke ruangan yang dianggap ruang baca oleh Shi Feng. Ruangan ini sebenarnya adalah sebuah studio. Beberapa sketsa yang sudah selesai diletakkan di dinding dan lantai secara acak.

Di tengah-tengah ruangan diletakkan sebuah penyangga kanvas. Di sampingnya ada berbagai alat dan cat yang lengkap.

Shen Qinglan berjalan ke sudut dan mengambil sebuah buku sketsa dan rak kanvas portable. Kemudian dia mengeluarkan sebuah ransel dan memasukkan satu per satu semua barang yang diperlukan.

Dia tidak menunggu bibi pengurus rumah datang tapi langsung menyerahkan kunci kepada penjaga pintu, kemudian dia pun pergi dengan membawa sebuah ransel besar.