Dibawah sinar lampu yang terang, mereka berdua berdiri saling berhadapan.
Tatapan mata dari keduanya, berbinar penuh cinta tanpa adanya rasa ragu. Wajah mereka merona. Menahan peliknya gairah yang masih malu untuk diungkapkan.
"Gavin!" Guin merangkul leher Gavin.
"Iya."
"Apa boleh kalau lampunya kita matikan?" tanya Guin dengan wajahnya yang tertunduk malu.
Gavin mematikan lampu. Menggantinya dengan lilin. Suasana gelap remang-remang, menambahkan sensasi berbeda.
Gavin dan Guin saling mengusap pipi hingga akhirnya bergerumul dengan ciuman mesra.
Ciuman lembut yang berjalan semestinya. Ciuman yang semakin dalam. Mereka berbagi air liur seakan semuanya nikmat terasa.
"Aku sudah katakan kalau aku pandai dalam hal ini," kata Gavin.
"Sungguh?" tanya Guin.
"Lihat saja selanjutnya."
Gavin membaringkan Guin di atas ranjang yang masih rapih. Tangan nakalnya bergerak meraba pundak dan mengusap leher Guin.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com