webnovel

IPA vs IPS (kelas satu)

Sofia adalah seorang siswi IPS di salah satu SMA swasta di Jakarta. Sedangkan Atlas seorang siswa berjurusan IPA di sekolah yang sama. Tidak pernah ada yang mengira bahwa kedua jurusan ini adalah kombinasi yang berbahaya. Sofia yang dikenal sebagai pembuat keonaran harus bekerja sama bersama Atlas yang di kenal sebagai siswa termanis dan serba A+ dalam segala hal untuk menyatukan kedua jurusan.

Anotherclub · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
9 Chs

Chp. 4

Sofia menyambut ayah nya yang baru saja pulang dari perjalanan bisnis nya. Hampir seminggu Sofia tidak bertemu dengan ayah nya yang selalu memanjakan nya. Menjadi anak tunggal telah memberikan banyak keuntungan untuk nya, Sofia mendapatkan semua cinta kasih dari kedua orang tua nya sehingga Sofia bertumbuh menjadi sosok yang sangat bergantung pada mereka.

Di saat mereka sedang makan malam, Sofia merasakan gestur aneh yang selalu kedua orang tua nya lakukan di setiap kali mereka sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Saling membagikan lirikan mata, ayah nya pun memutuskan untuk mulai berbicara "Sofia" panggil nya. Melihat tatapan polos yang anak nya berikan pada nya, Erik tersenyum dengan haru seakan baru kemarin ia menyaksikan tatapan yang sama di hari ulang tahun Sofia yang ke sepuluh. "hari ini adalah hari pertama di SMA kan?"

"Iya papi" Sofia mengangguk kepala nya

Sara tersenyum sambil membagikan tatapan mesra dengan suami nya "papi dan mami punya hadiah untuk mu" ungkap Sara membuat Sofia tersenyum dengan begitu riang nya.

"mobil ya?" tanya Sofia

Mendengar tebakan yang salah dari anak nya membuat Erik merasa gagal memilih hadiah yang tepat. Mobil pernah terfikirkan oleh nya tapi sayang nya Sara tidak menyetujui ide tersebut. Erik membuka mulut nya "hm... Kalung berlian yang selalu kamu inginkan, tapi kalau kamu mau mobil-"

"jawaban nya tidak" selak Sara

"tapi mami" keluh Sofia "aku sudah besar-"

"kamu bahkan belum bisa membuat SIM, Sofia" jelas  Sara

"papi bisa nyogok buat bikin SIM, iya kan papi?" tanya nya dan Erik hanya bisa mengunci mulut nya di saat Sara memberikan tatapan peringatan nya "Ma... Aku butuh mobil"

Sara memijat pelipisnya, begini lah yang akan terjadi jika suami nya selalu memanja kan anak nya. "ambil kalung nya, atau tidak sama sekali"

Sofia cemberut sambil melihat ayah nya menaruh sebuah kotak kecil yang cantik di atas meja. Erik dan Sara melihat Sofia yang hanya memperhatikan kotak tersebut. Lalu, seperti yang telah mereka prediksi, tangan Sofia meraih kotak tersebut dan membuka nya. Dan di saat itu juga, senyuman manis kembali terukir di wajah nya. "I love it, thank you..." ucap nya

Erik berdiri dari kursi nya dan membantu anak nya memakai kalung pemberian nya. Kalung itu tidak berat dan tidak begitu fancy. Kalung nya terlihat simple dan anggun, mengingatkan Sofia akan pandangan pertama nya pada kalung itu.

"kalung ini untuk merayakan kamu yang sudah melewati hari pertama di sekolah tanpa membuat masalah sama sekali" jelas Erik sebelum dia kembali duduk di kursi nya

"mami sempat heran waktu mami gak dapat telfon dari sekolah. Kamu yakin kamu gak buat masalah di sekolah?" tanya Sara

Sofia tahu berbohong adalah sifat yang buruk, tapi apa yang kedua orang tua nya fikirkan tentang nya begitu penting bagi Sofia sehingga Sofia tidak mau mengecewakan mereka "gak kok ma, aku benar-benar patuh dengan peraturan seperti malaikat"

-

Sofia sedang berjalan di dalam salah satu lorong sekolah nya, tatapan envy dan sinis ia anggap sebagai pujian. Itu adalah salah satu kelebihan Sofia, yaitu mempunyai kepercayaan diri yang begitu tinggi. Dan dia benar, Sofia mempunyai segala nya. Orang tua yang begitu mencintai nya, mempunyai sahabat yang begitu setia pada nya, dan kecantikan wajah nya yang mampu memanipulasi mereka yang melandaskan tatapan mereka pada nya. Tapi satu hal yang Sofia tidak miliki, yaitu perjalanan hidup yang sebenar nya. Sofia tidak tahu bagaimana rasa nya menjadi sebatang kara, dia tidak tahu bagaimana cara nya berjuang, dia tidak mengerti rasa nya hidup di dalam keluarga yang hancur.

Maka sebab dari itu Sofia menerima permintaan Atlanta untuk mencari tahu pemilik dari buku harian yang telah Lola temukan.

Sofia memasuki kelas yang sudah ramai akan keberadaan teman-teman baru nya. Atlas adalah orang pertama yang menyadari keberadaan nya walaupun mata Sofia tertuju pada Markus yang sedang adu panco dengan Noel.

Sofia duduk di bangku nya dan melihat Lola yang sedang fokus di layar handphone nya "jangan bilang kalau kamu lagi nonton porno" ungkap Sofia dengan tawa

Lola memutar kan mata nya "aku sedang membaca buku jurnal yang ku temukan kemarin, aku gak bisa membawa jurnal itu kemana-mana jadi aku foto dan ku baca di handphone ku"

Mendengar itu, Sofia mengecilkan volume suara nya "kamu sudah menemukan siapa pemilik buku itu?"

Lola menggelengkan kepala nya "belum... Aku gak menemukan satu nama pun. Dia bahkan tidak menyebut nama-nama orang ketiga. Itu berlian di leher mu?" tanya nya yang perhatian nya kini teralihkan

Sofia mengangguk dengan senyuman "yup, papi mami membeli kan ku ini karena aku telah menjadi anak terbaik mereka" ucap nya dengan volume yang lebih besar agar semua orang di kelas nya dapat mendengarkan nya

"anak terbaik? bukan nya kamu anak tunggal?" tanya Ash sehingga Atlas pun tertawa

Sofia memberikan Ash tatapan kesal nya "aku gak mau kalau kamu yang komen hidup aku"

Ash tersenyum menahan tawa nya "okay lain kali aku suruh orang lain yang nyuarain komen ku"

Sesaat itu seorang guru datang ke dalam kelas. Para murid terdiam dan kembali ke kursi mereka. Wanita yang masih di pertengahan umur dua puluh nya pun berbicara di depan kelas "selamat pagi kelas, nama saya ibu Grace. Saya akan menjadi guru inggris kalian selama tiga tahun kedepan. Kalian juga bisa menemukan saya di ruang konsultan-"

Noel menyelak "apa hanya aku yang berfikir ibu masih sangat muda?" tanya nya dengan tatapan genit

"ibu terlihat sangat muda, apakah ibu punya pengalaman yang cukup untuk mengajar kita?" tanya Markus

"hanya karena ibu Grace masih muda, bukan berarti kamu bisa mempertanyakan kemampuan nya" ucap Ash pada Markus

"Kita berhak mempertanyakan sesuatu jika menyangkut edukasi kita" ucap Nana pada Ash

Atlas menghelakan nafas nya "ya Nana, tapi bukan berarti kita bisa bersikap brengsek ke guru kita"

"aku sekelas dengan sekumpulan idiot..." gumam Sofia

Membela guru baru mereka, Lola bersuara "aku suka dengan penampilan nya, aku rasa punya guru yang muda akan menjadi hal yang keren"

Ibu Grace tersenyum dan memutuskan untuk menghentikan mereka "kalian tahu, di saat kepala sekolah mengatakan pada ku bahwa tahun ini junior tidak dapat memilih jurusan mereka, saya sudah memprediksi hal-hal seperti ini akan terjadi. Biarkan saya menebak, kamu, kamu, dan kamu... Kalian akan  memilih IPA?" tanya nya pada Markus, Nana dan Atlas "dan kamu, kamu dan kamu milih IPS" ucap nya pada Noel, Lola dan Sofia

"oh my God, dia peramal" bisik Lola pada sahabat nya

Mengabaikan Lola, ibu Grace melanjutkan tebakan nya pada Ash "sedangkan kamu di antara masih belum menentukan jurusan atau kamu berbeda dari yang lain nya" ucap nya

Ash mengangkat kedua bahu nya dan menjawab dengan tenang nya "aku gak suka label"

Grace tersenyum "tepat sekali, itu yang akan kita lakukan di tahun pertama. Melupakan label. Okay semua nya berdiri, saya akan memisahkan kalian, yang mengira diri nya di jurusan IPA duduk di bagian kiri saya, dan IPS di kanan saya"

Mereka yang harus berpindah tempat pun berdiri dari kursi nya sambil bermalas-malas an. Kelas itu terdiri dari empat barisan meja dan Grace berdiri di tengah-tengah mereka.

"Ibu bilang kita harus melupakan label tapi sekarang ibu membuat kita memilih?" tanya Sofia

"ya" jawab Grace "maaf Ash, tapi untuk sementara, kamu harus memilih IPA atau IPS"

Semua orang melihat kearah nya yang masih duduk di bagian IPS "kalau gitu aku IPS" ucap nya hanya karena dia terlalu malas untuk berdiri dan menentukan jurusan nya. Semua anak IPA duduk dengan rapi nya di kursi mereka, sedangkan beberapa anak IPS ada yang duduk di atas meja.

"kita mau main game bu?" tanya Noel

Markus menghelakan nafas nya "aku ragu kalau kegiatan ini akan ada guna nya untuk masa depan ku"

"panggil kegiatan ini dengan nama apa pun yang kalian mau, tapi di kegiatan ini kalian akan belajar saling mencintai" ucap Grace yang membuat beberapa murid nya tertawa

"mencintai?" tanya seorang anak IPA "aku lebih baik berpacaran dengan hewan dari pada mencintai anak IPS"

Sofia memutar mata nya dan membalas nya "Kamu tahu? Hewan bahkan gak mau berpacaran dengan kalian karena kalian gak punya pengalaman dalam berpacaran"

"okay cukup." selak Grace sebelum dia dapat mendengar kata-kata kotor dari murid nya "tidak kah kalian mendengar diri kalian sendiri? kalian memilih kebencian karena membenci jauh lebih mudah untuk di lakukan. Siapa lagi kalau bukan pengecut yang hanya memilih cara yang mudah?" mendengar itu murid-murid nya terdiam dan Grace terus melanjutkan diri nya "setiap tahun, kelas inggris mempunyai penilaian akhir dengan cara mengadakan pentas drama yang akan di adakan di auditorium sekolah kita. Setiap kelas harus memilih drama mereka masing-masing dan kelas kalian akan memainkan Romeo and Juliet. Dan saya telah memutuskan yang menjadi Romeo dan Juliet harus datang dari kedua jurusan. Jadi jika Romeo nya dimainkan oleh anak IPA, Juliet harus di main kan oleh anak IPS. Sepanjang satu tahun ini, yang mendapatkan kedua peran itu harus mempraktekan peran nya di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Dalam arti, kedua pemain ini harus pura-pura berpacaran. Jadi jika ada salah satu dari mereka yang tidak tahan dan bertingkah sehingga membuat hubungan itu berakhir, maka kita akan tahu siapa yang sebenar nya pembuat masalah di sekolah ini... IPA, atau IPS."

Beberapa saat kemudian, Grace memberikan waktu bebas pada mereka untuk menentukan pemeran utama tersebut.

"berarti kita harus memilih seseorang yang paling sabar?" tanya Lola yang kini melihat teman-teman IPS nya dan mencari 'orang sabar' itu

"gak ada orang yang cukup sabar menghadapi anak IPS" ucap Atlas "siapa pun yang terpilih pasti akan kalah. Apalagi kalau Juliet nya Sofia"

Mendengar itu, Sofia membuka mulut nya "okay cukup, kamu dan aku berantem sekarang"

Melihat Sofia yang akan menyerang Atlas, Lola harus menahan tubuh sahabat nya erat menjauhi target penyerangan.

"semua ini omong kosong. IPS dan IPA adalah kombinasi yang berbahaya. Mengharapkan kedua  jurusan ini untuk memainkan peran Romeo and Juliet sama saja meminta Hitler dan Yahudi untuk berdamai." ucap Markus "seperti yang Atlas katakan, tidak ada orang yang cukup sabar di jurusan masing-masing untuk bisa memainkan peran ini"

Ash tersenyum "okay mungkin kita gak harus mencari orang yang sabar." semua orang melihat kearah nya untuk mencari tahu maksud nya "kalian ingin membuktikan kalau jurusan kalian lebih baik dari jurusan yang lain kan?" tanya nya "kalau begitu kalian harus mencari dua orang yang paling tidak tahan akan keberadaan satu sama lain nya"

Mendengar itu, semua mata tertuju pada Sofia dan Atlas.

"gak." jawab Sofia dan Atlas serempak

"Sofia aku yakin kamu bisa" ucap Lola "kamu ingat pas kita TK? kamu sanggup membuat seorang anak laki-laki menangis dalam hitungan lima detik"

"kenapa harus Sofia? Mahkluk itu membenci ku!" ucap Atlas pada teman-teman nya

Markus menaruh kedua tangan nya di bahu Atlas untuk memfokuskan perhatian nya pada nya "tepat sekali, dia gak akan tahan pada mu dan dia akan kalah. Atlas, kalau kamu menang, kamu akan membuktikan pada dunia kalau IPS dan IPA tidak bisa bersatu karena masalah nya ada di anak IPS"

Atlas melihat Markus dengan heran "aku kira kamu suka pada Sofia" gumam nya

Markus memutar mata nya "dia cantik, tapi cewek yang bodoh bukan tipe ku."

Atlas menangkis tangan Markus dari bahu nya dan melihat kearah Sofia yang masih berusaha menolak permintaan teman-teman nya. Atlas tidak menyangka seseorang yang telah mendapatkan perhatian Sofia dapat berfikir serendah itu tentang nya. Dan di saat itu Atlas merasa menyesal telah berkata-kata buruk tentang Sofia.

Atlas tersenyum lemas dan berdiri dari kursi nya, dan di saat Atlas berjalan kearah kursi Sofia, kelas menjadi hening dan heran. Melihat itu Lola berdiri dari kursi nya dan menghalangi Atlas dari sahabat nya "kamu mau ngapain? mau ngejambak rambut sahabat ku ya?"

Atlas menahan tawa nya lalu bergumam "gak, aku gak akan menyakiti nya."

"mengejek nya?" tanya Lola lagi

"enggak..." jawab Atlas yang harus menghadapi kebingungan dan keraguan Lola

"menggigit nya?" tanya Lola dengan raut kecut

"gak Lola, aku cuman mau bilang kalau aku mau jadi Romeo kalau Sofia yang menjadi Juliet nya" ucap Atlas dengan lantang nya dan seluruh kelas pun melihat kearah Sofia

Dan jawaban Sofia adalah "gak." Seluruh kelas mengeluh di buat nya "kenapa harus Atlas? kenapa gak Markus? dia lebih pantas menjadi Romeo"

Atlas memutar mata nya karena kesal "kenapa kamu memilih nya? dia mungkin gak menghina mu dari depan seperti yang ku lakukan, tapi dia menghina mu dari belakang"

Sofia tercengang dan merasa tersakiti oleh kenyataan itu, dan melihat Markus yang tidak menyangkal pernyataan Atlas membuat nya semakin  memburuk. "okay... Fine..." ucap Sofia dengan suara pelan seakan dia ingin menangis. Lola yang merasakan rasa sakit itu pun merangkul sahabat nya "aku harus melakukan sesuatu..." ucap Sofia pada Lola lalu berdiri menghampiri Markus. Lalu tanpa ada yang menduga hal itu terjadi, mereka semua menyaksikan kepalan tangan Sofia yang melayang menuju wajah Markus. Suara gerutu yang Sofia dengar dari Markus membuat nya tersenyum kembali. Atlas tersenyum dan menunggu Sofia untuk kembali pada nya "kamu lihat itu Atlas? yang barusan memukul Markus adalah Medusa. Medusa adalah nama kepribadian kedua ku. Kalau kamu berani macam-macam pada ku, kamu akan harus menghadapi nya"

Masih tersenyum karena wanita di hadapan nya, Markus menjawab "okay Juliet"