webnovel

IPA vs IPS (kelas satu)

Sofia adalah seorang siswi IPS di salah satu SMA swasta di Jakarta. Sedangkan Atlas seorang siswa berjurusan IPA di sekolah yang sama. Tidak pernah ada yang mengira bahwa kedua jurusan ini adalah kombinasi yang berbahaya. Sofia yang dikenal sebagai pembuat keonaran harus bekerja sama bersama Atlas yang di kenal sebagai siswa termanis dan serba A+ dalam segala hal untuk menyatukan kedua jurusan.

Anotherclub · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
9 Chs

Chp. 3

Atlas merasa seperti diri nya sedang berada di salah satu film drama di saat dia harus duduk mendengarkan Sofia yang sedang menangis mengadu pada Atlanta.

"Atlas sangat kejam pada ku, dia mengatakan hal-hal yang begitu kejam semenjak tadi pagi. Aku rasa dia menyukai ku tapi aku gak suka cara nya.... Huwaaa...." Sofia menangis di balik kedua telapak tangan nya. Atlas memutar mata, dia sangat yakin Sofia hanya memalsukan semua itu.

Atlanta menghelakan nafas lelah nya karena jika bukan karena perkelahian di antara Atlas dan Sofia, Atlanta bisa saja pergi ke kantin dengan Nathan untuk menikmati makan siang mereka. "apa yang Atlas katakan pada mu?"

Setelah memberikan tatapan sinis pada Atlas, Sofia menghapus air mata nya dan menjawab pertanyaan Atlanta "dia mengatakan bahwa anak IPS seperti ku hanya akan menahan anak IPA dari kesuksesan mereka."

Atlanta memberikan tatapan kecewa pada Atlas "apa itu benar Atlas?"

Atlas menunduk malu akan perbuatan nya "Iya... Tapi aku gak benar-benar bermaksud menghina siapa pun, aku hanya kelewatan bercanda nya"

Sofia menyaran "menurut aku Atlas harus di hukum"

Atlas memberikan tatapan kesal pada nya "bagaimana dengan mu yang dari tadi bukan nya ikut beres-beres malah pacaran terus kerjaan nya"

Merasa tersinggung, Sofia membalas nya lagi "aku ikut beres-beres ya"

"membersihkan apa yang sudah aku bersih kan bukan beres-beres nama nya" jelas Atlas

"ya maka nya lain kali nyapu nya yang bener biar gak perlu di sapu ulang sama orang lain!" jawab Sofia

Atlas menggerutu "bisa kah aku pergi dari sini? aku gak punya waktu berargumen dengan nya" tanya nya pada Atlanta

"gak boleh sebelum kamu meminta maaf pada Sofia" ucap Atlanta

Sofia tersenyum dengan begitu lebar nya sambil menunggu Atlas untuk meminta maaf. Atlas yang melihat senyuman itu pun menjadi semakin panas karena ia tidak menyangka senyuman itu di miliki oleh seseorang seperti Sofia.

"ayok, minta maaf pada ku." dukung Sofia

Atlas melipatkan tangan nya dan membuat diri nya nyaman di kursi "aku lebih baik duduk di sini berhari-hari dari pada meminta maaf pada mu."

Sofia melihat kearah Atlanta dengan tatapan mengadu, lalu dia kembali menuntut Atlas "minta maaf sekarang"

Atlas mendengus "no way"

Atlanta menghelakan nafas nya dan turun dari atas meja guru "aku mau makan, kalian gak ada yang boleh keluar dari kelas ini sebelum aku bisa mendengar Atlas meminta maaf." tapi sebelum Atlanta bisa pergi dari hadapan mereka, pintu kelas sudah terbuka duluan, Lola masuk ke dalam dan mengajak nya berbicara

"kak Atlanta, aku bisa ngomong sebentar?" pinta nya

Atlanta menggerutu "ada masalah apa lagi?"

Sofia berdiri dari kursi nya dan menghampiri sahabat nya "hey bestie" Sapa nya dengan senyuman riang

Lola menunjukan sesuatu pada mereka "seperti nya aku telah menemukan jurnal seseorang yang ingin bunuh diri"

Atlanta menatapi buku yang Lola temukan di ruang auditorium. Sofia mengambil buku itu dari tangan sahabat nya lalu mulai membaca. Lalu tak lama kemudian buku itu di rampas oleh Atlas.

"kamu gila ya? Membaca buku jurnal orang sama saja membaca privasi orang itu." ceramah nya

"Atlas benar, kamu gak seharus nya membaca buku ini" ucap Atlanta pada Lola. Melihat itu Sofia ikut mengangguk menceramahi sahabat nya.

"Iya Lola, kamu gak boleh kayak gitu..."

Lola cemberut "maaf kan aku, tapi ku rasa orang ini membutuhkan pertolongan" Lola mengambil buku itu dan memberikan nya pada Atlanta "menurut aku, kita harus mencari tahu siapa pemilik buku ini."

Atlas mendengus "tinggal liat nama nya aja si"

Merasa kesal dengan Atlas, Lola pun membalas "woy Albert Einstein, kamu kira itu gak terpikirkan oleh ku? udah aku cek dan nama nya gak ada." mendengar sahabat nya, Sofia pun tertawa

Menjaga harga diri, Atlas melipat tangan nya dan bertanya lagi "okay, kalau misalkan kalian udah menemukan orang nya, apa yang akan kalian lakukan?"

Sofia memutar mata nya "abis itu kita tolong orang nya, bodoh."

"Iya tapi gimana?" tanya Atlas "Kalian bukan psikolog. Benerin hidup sendiri aja masih belum becus, ini lagi mau ngoreksi hidup orang"

Sofia dan Lola terdiam. Apa yang Atlas katakan benar, mereka tidak bisa membantu orang ini hanya dengan menceramahi nya. Dan di saat mereka kehilangan arah, Atlanta pun berbicara.

"mungkin kita gak harus mengoreksi orang ini, mungkin yang harus kita lakukan hanya lah mendengar." ucap nya

"mendengar?" tanya Sofia

Atlanta tersenyum dan bertanya pada Lola "Lola, kamu dan Sofia sudah lama berteman bukan?" Lola mengangguk dan Atlanta pun melanjutkan diri nya "apa yang Sofia lakukan pada mu, sehingga kamu mau berteman dengan nya?"

Lola melihat kearah sahabat nya lalu tersenyum "Sofia pendengar yang baik" ucap nya

Sofia tersenyum pada sahabat nya. Melihat itu, Atlas pun tak bisa menahan senyuman nya. Atlas harus menggigit kedua bagian dalam pipi nya dan menutupi senyuman itu dengan kata ejekan "aku meragukan nya, tapi okay lah"

Mengabaikan Atlas, Sofia kembali menaruh perhatian nya pada Atlanta "jadi maksud kakak, kita harus berteman dengan nya? bagaimana kita bisa melakukan itu kalau kita bahkan gak tahu siapa pemilik buku ini?"

"kalian harus mencari tahu" ucap Atlanta "kalian harus peka dengan semua siswa siswi di sini, perhatikan siapa yang sedang membutuhkan pertolongan kalian"

"semua siswa siswi?" tanya Sofia "bukan nya itu melelahkan ya?"

Atlanta tersenyum "Iya Sofia, karena walaupun kamu bikin pengumuman, pemiliknya gak akan mengakui buku ini. Buku ini adalah satu-satu nya pendengar orang itu. Yang berarti dia tidak mau ada yang membaca nya." Atlanta memberikan kembali buku itu pada Lola di saat dia yakin adik-adik kelas nya telah mengerti apa maksud nya.

Lola menatapi buku tersebut dan bergumam "jika seseorang membutuhkan buku untuk curhat, berarti dia gak percaya dengan manusia. Berarti dia sangat protektif dengan perasaan nya. Berarti dia adalah seseorang yang tidak mau mengenal cinta dan sifat nya dingin dengan orang lain..."

Mendengar sahabat nya, Sofia pun menatap curiga pada Atlas karena bagi Sofia, Atlas adalah sosok yang begitu dingin. Atlas merasa tidak nyaman dengan tatapan yang dia dapatkan dari Sofia "kenapa kamu ngeliatin aku?" tanya Atlas

Sofia menjadi hawatir akan laki-laki di hadapan nya "Atlas... Buku ini punya kamu?" tanya nya dengan nada lembut

"apaan si? enggak!" jawab nya

"kamu gak harus malu, Atlas" ucap Sofia lagi "kamu begitu dingin pada ku, mungkin karena kamu gak bisa membiarkan kecantikan ku mencuri hati mu..."

"satu-satu nya yang cantik dari mu adalah ketika mulut mu tertutup rapat."

Mendengar itu, Sofia menjadi jengkel "ada apa dengan mu? Kalau kamu ada masalah di rumah, jangan di bawa-bawa ke sekolah!"

"aku gak ada masalah di rumah ku!" balas Atlas yang mulai frustasi pada nya. Mengabaikan mereka, Lola dan Atlanta kembali berbicara.

Sofia menghelakan nafas "Atlas, apa pun yang papa mu lakukan pada mu, semua itu bukan salah mu. Jangan menyalahkan diri"

"aku gak nyalahin diri sendiri. Dan papa ku gak ngelakuin apa-apa ke aku." ucap Atlas yang sudah merasa percuma berteriak pada Sofia

Sofia menatap kasian pada Atlas "Atlas, tatap mata ku..." dengan kesal nya, Atlas menuruti Sofia hanya untuk membukti kan bahwa dia tidak berbohong "aku mengerti sekarang, kamu selalu berusaha menjadi yang terbaik karena papa kamu selalu mengharapkan yang terbaik. Tapi menjadi sebuah kegagalan mereka itu wajar, dan kamu gak perlu merasa sedih..."

"aku bukan sebuah kegagalan, dan aku gak sedih."

Sofia menghelakan nafas nya, dia menyerah dan pergi kepada Lola dan Atlanta "Atlas gak mau ngaku... Kasian..."

"aku bilang apa, siapa pun pemilik buku ini, orang itu gak akan mengakui nya" ucap Atlanta dan Sofia kembali memberikan tatapan simpati nya pada Atlas. Melihat itu, Atlas hanya bisa menggerutu dan pergi ke tempat duduk nya.

Bel masuk jam pelajaran berbunyi. Atlanta menghelakan nafas lelah karena dia tahu dia tidak sempat makan. Sofia dan Lola kembali ke tempat duduk nya "aku harus menyembunyikan buku ini" ucap Lola sebelum dia memasukan buku itu ke dalam tas.

Tak lama kemudian, teman-teman mereka kembali ke dalam kelas, begitu juga dengan Nathan dengan roti di tangan nya untuk Atlanta.

"hey Sofia" Markus datang menghampiri Sofia dan Atlas hanya bisa menyaksikan mereka karena dia duduk di belakang gadis itu. Sama seperti Nathan, Markus membawa kan roti untuk Sofia "aku tahu kamu belum makan karena Atlas membuat mu masuk ke dalam masalah, jadi aku beli kan kamu roti"

Melihat itu, Sofia dan Lola terpana dengan sifat lembut Markus "aw... thank you Markus..." ucap Sofia

Lola menoleh kearah Atlas dan tersenyum "sabar ya, jodoh gak kemana-mana"

Atlas memutar mata nya dan dia pun harus mendengar kata ejekan dari Sofia "siapa pun yang menjadi jodoh nya Atlas, aku kasian pada wanita itu." Markus menahan tawa mendengar Sofia

"oh ya?" tanya Atlas "setidak nya wanita yang akan menjadi pacar ku gak perlu hawatir dengan masa depan nya. Gak kayak Sofia, manja kayak anak bayi"

"manja tapi manis" koreksi Markus tersenyum pada Sofia

Sofia tersenyum sambil mengagumi sikap Markus pada nya. Markus kembali ke tempat duduk nya, yaitu di belakang Atlas. Sofia yang masih belum puas dengan keberadaan Markus pun masih menetapkan tatapan nya di Markus, sehingga dia harus melihat ke belakang melewati Atlas yang duduk di antara mereka.

Dengan kesal nya, Atlas menutupi pemandangan Sofia dengan buku nya. Sofia memutar mata dan kembali melihat ke depan.