webnovel

Infinite dendrogram

Di tahun 2043, Infinite Dendrogram, full-dive VRMMO sukses pertama di dunia dirilis. Selain kemampuannya untuk menyimulasikan kelima indera dengan sempurna, bersama dengan banyak fitur menakjubkan lainnya, game itu berjanji akan memberikan sebuah dunia yang penuh dengan kemungkinan tak terbatas kepada para player. Hampir dua tahun kemudian, calon mahasiswa baru, Reiji Mukudori, akhirnya bisa membeli game itu dan mulai bermain. Dengan sedikit bantuan dari kakaknya yang sudah berpengalaman, Shu, dan rekan Embryo-nya, Reiji memulai petualangan di dunia Infinite Dendrogram. Apa yang akan dia temukan dan hadapi di dunia game yang terkenal akan kerealistisan dan kemungkinan tak terbatasnya itu?

Tang · Bandes dessinées et romans graphiques
Pas assez d’évaluations
30 Chs

Epilog

Tubuh Gardranda terbelah menjadi dua dan jatuh ke tanah dengan sunyi keras sebelum berubah menjadi partikel cahaya dan menghilang seperti monster lainnya.

Dengan hilangnya iblis itu, miasma yang ada di udara juga mulai menghilang.

Kabut tebal itu menghilang di bawah cahaya matahari seolah-olah itu adalah hal yang wajar.

[UBM, "Great Miasmic Demon, Gardranda", telah dikalahkan]

[Memilih MVP]

[Ray Starling terpilih sebagai MVP]

[Ray Starling menerima hadiah khusus MVP—"Miasmaflame Bracers, Gardranda"]

Hilangnya miasma dan munculnya pesan sistem itu memperjelas bahwa pertarungan sudah berakhir.

Aku membaca pesan itu sambil berbaring di tanah.

"Kelihatannya… kita telah menang," kata Nemesis.

"Masih belum!" Aku menolak pemikiran itu. Rook masih berada di atas sana, bertarung dengan Crimson Roc Bird.

Aku harus menolongnya…

"Tapi Master! Kau masih memiliki debuff…"

Aku melihat ringkasan statusku dan, benar saja, ketiga status efek itu masih ada disana. Poison menguras HP-ku, sementara SP dan MP-ku sama-sama berada angka 0. Namun, pertarungan masih belum berakhir.

Yang kumaksud juga bukan hanya Roc Bird itu. Ada juga serangan yang mengenai Gardranda sebelum aku menghancurkannya.

Sudah pasti itu adalah…

"Ray! Apakah kau baik-baik saja?!"

Aku berbalik ke arah suara itu dan melihat Marie—yang belum kulihat sejak dia memberikan Elixir itu—berlari ke arahku.

Dia mungkin mendekatiku karena miasma itu sudah tidak ada lagi disini.

"Layar statusmu tampak mengerikan," katanya. "Tunggu sebentar."

Mengatakan hal itu, Marie merogoh inventory-nya dan mengeluarkan beberapa botol obat. Tidak seperti inventory-ku—yang berbentuk tas—atau milik Cheshire—yang berbentuk saku—inventory miliknya tampak seperti sebuah gelang.

Beberapa botol yang dia keluarkan adalah HP potion, sama seperti yang telah ku gunakan. Ada juga beberapa potion dengan label "MP" dan "SP".

"Ini beberapa pertolongan pertama untukmu," kata Marie. "Akan bagus jika aku dapat menghilangkan debuff-mu, tapi aku tidak memiliki apapun yang dapat menangani Intoxication atau Weakness… dan aku sudah menggunakan semua Antidote yang kumiliki…"

Sambil mengatakan hal itu, Marie melihat ke arah orang-orang yang ada di kereta, yang juga terkena efek dari miasma itu.

Semua orang—termasuk para pengawal—sedang terbaring di tanah karena Intoxication dan Weakness, tapi tidak ada satupun dari mereka yang mati karena Poison.

Dari perkataannya, bisa dibilang bahwa Marie adalah orang yang telah membantu mereka.

"Aku juga memiliki banyak Antidote," katanya. "Tapi ada total 12 orang disana, dan merawat mereka semua telah menghabiskan semua persediaanku. Berjalan kesana-kemarin dan membuat orang meminum obat membuatku merasa seperti berganti job menjadi Pharmacist," dia tertawa.

Tampaknya, Marie melakukan yang terbaik untuk melindungi orang-orang itu—para tian yang ada di kereta—agar tidak mati.

"Heh…" aku sedikit menyeringai.

"Apa? Ada apa dengan senyum itu?" tanya nya.

Whoa, apakah aku benar-benar membuat senyumku terlihat? Pikirku.

"Yah, hanya saja… kau sangat baik, bukan?" tanyaku.

"Aku tidak berpikir bahwa kebaikan ada hubungannya dengan hal ini," jawab Marie. "Aku hanya… tidak menyukainya."

"Tidak menyukai apa?" tanyaku.

"Ketika dibunuh, para player hanya akan mendapatkan penalti kematian, jadi itu tidak masalah, tapi para tian tidak akan kembali hidup, kan?" jelasnya. "Aku hanya tidak menyukai fakta bahwa mereka akan menghilang selamanya."

"… Aku tau apa yang kau maksud," kataku. Itu mungkin mirip dengan rasa pahit yang kurasakan di mulutku setiap kali berhubungan dengan kematian para tian.

Meskipun pada dasarnya dia baru saja mengatakan bahwa PK itu tidak masalah, dan bagi seseorang yang baru saja terbunuh, Aku… tunggu…

"Marie, aku baru saja ingat," kataku. "Ketika melihat sekeliling tempat ini… apakah kau kebetulan melihat Superior Killer?"

"Oh! Ya ya! Aku hampir lupa!" Menyadari sesuatu, Marie menepukkan kedua tangannya. "Aku melihatnya! Pria yang sama dengan yang kulihat di Noz Forrest—Superior Killer—menembak bahu kiri Gardranda!… Dia langsung pergi setelah melakukan hal itu, sih."

Jadi hal itu benar-benar Embryo milik Superior Killer…

Tapi kenapa dia hanya menembak bahu kirinya? Jika tujuannya adalah untuk membunuh Gardranda—sebuah UBM—dia seharusnya menembak dengan cara yang sama dengan saat dia membunuhku.

"Satu hal lagi tentang dirinya…" lanjut Marie. "Dari arah dia menghilang, kupikir cukup bisa dipastikan bahwa dia pergi menuju Gideon."

"Begitu…" kataku. Jika seperti itu, aku bisa berharap bertemu dengannya lagi.

"Oh, apakah kau sudah sembuh?" tanya Marie.

"Ya," jawabku. Stat-ku sudah pulih saat kami berbicara. Meskipun HP-ku masih menurun karena Poison, MP dan SP-ku sudah berada pada level max.

Nemesis berbuah kedalam bentuk Flag Halberd. Namun, tidak seperti sebelumnya, skill Like a Flag Flying the Reversal tidak aktif. Itu mungkin karena aku telah mengalahkan Gardranda—sumber dari debuff ini.

"Yah, apapun itu," kataku. "Aku sudah tidak apa-apa walaupun tanpa Reversal."

"Benar," kata Nemesis. "… Ngomong-ngomong, Master."

"Apa?" aku mengangkat alisku.

Nemesis mengangkat ujung Halberd itu ke atas…

"Bagaimana, tepatnya, kau berencana untuk bergabung dalam sebuah pertempuran udara?"

… dan menanyakan sesuatu yang benar-benar tidak ku pertimbangkan.

"…"

"…"

"…"

Kami semua terdiam saat aku menyadari bahwa tidak ada yang bisa kulakukan.

Jelas, aku tidak memikirkannya sama sekali, pikirku. Pada dasarnya tidak mungkin aku bisa membantu mereka.

"Umm… bagaimana dengan melemparkan beberapa batu?" saran Marie.

"Tidak mungkin aku bisa melompat setinggi itu…" kataku.

Mereka sangat tinggi sampai-sampai Roc Bird—dengan bentangan sayapnya—terlihat seperti titik kecil di langit.

Dan Rook serta Baby tidak terlihat sama sekali… Oh! Kupikir aku menyadari sesuatu.

"Mereka turun," kata Marie.

Roc Bird itu mulai terlihat semakin membesar saat dia mulai kehilangan ketinggiannya. Namun, ada sesuatu yang aneh.

Bukannya menukik ke bawah dengan kecepatan tinggi—seperti saat dia menyerangku—dia turun ke bawah dengan cara yang lebih lembut.

Ketika Roc Bird di dalam pandanganku sudah cukup besar bagiku untuk melihat detailnya, aku akhirnya menyadari apa yang terjadi.

Rook—yang seharusnya bertarung dengan burung itu—malah sedang menaikinya.

Roc Bird itu mendarat dengan lembut di atas tanah dan membiarkan Rook turun dari atasnya.

"Ray! Marie! Apakah kalian baik-baik saja?!" dia berlari ke arah kami.

"Ya, kami baik-baik saja, tapi… bagaimana denganmu? Dan dimana Baby?" tanyaku.

"Pertarungan tadi membuatnya kelelahan, jadi aku membuatnya kembali kepadaku," Jawab Rook sambil menunjukkan simbol di tangan kirinya.

"Begitu." Aku mengangguk dan mengalihkan pandanganku ke arah burung itu. "Dan ini…?"

"Audrey!" dia menjawab dengan bersemangat.

"CAAAW!"

Audrey? Pikirku. Oh, aku tahu nama itu berasal dari mana.

"Jadi, apakah fakta bahwa kau memberinya nama berarti bahwa…"

"Ya!" Rook menjawab sebelum aku dapat menyelesaikan pertanyaanku. " Aku menggunakan Charm dan berhasil menjinakkannya!"

Yah, memang benar bahwa skill Male Temptation milik Rook memiliki kesempatan rendah untuk menjinakkan monster betina.

… Jadi burung ini juga betina, huh? Pikirku.

"Hei, tunggu…" kataku. "Aku sangat yakin bahwa burung ini adalah mount milik Gardranda."

"Awalnya skill Charm tidak berpengaruh kepadanya, tapi itu tiba-tiba berhasil ketika miasma itu menghilang." Jelasnya.

Itu pada dasarnya terjadi pada saat aku mengalahkan Gardranda.

Jadi, dengan kematian iblis itu, Audrey bukan lagi seekor mount, membuat kesulitan untuk menggunakan Charm dan menjinakkannya menurun drastis.

Aku berpaling dan melihat Audrey mengusapkan sayapnya ke punggung Rook…

Apakah itu semacam sikap sepasang kekasih? Pikirku. Apapun itu, dia kelihatannya cukup menempel dengan Rook.

Aku juga merasa bahwa nama "Audrey" lebih cocok untuknya daripada nama "Marylin" untuk Trihorn itu. Meskipun, dari semua yang ku tahu, Audrey Hepburn mungkin juga sedang menangis di makamnya saat ini.

"Miasma itu sangat tebal sampai-sampai aku tidak bisa melihat apa yang terjadi, jadi aku khawatir kepada kalian," kata Rook.

"Yah, seperti yang kau lihat, kami menang." Kataku. "Ini semua berkat kalian semua."

"Dan tentu saja Aku!" Nemesis menyela.

"Aku sudah tau itu," kataku. "Terima kasih, Nemesis."

"… S-Sama-sama," gumamnya. "T-Tidak masalah selama kau sadar akan hal itu."

Hm? Pikirku. Sungguh tanggapan yang aneh.

"Jadi sekarang semuanya sudah ditangani," kata Marie.

"Sepertinya begitu," aku menyetujuinya.

Aku masih memikirkan Superior Killer itu, tapi jika dia tidak ada lagi disini, mengkhawatirkannya adalah hal yang sia-sia. Oleh karenanya, aku meninggalkan masalah itu untuk nanti.

Menggunakan sihir penyembuhanku dan Potion pemulih HP milik Marie, kami menunggu debuff itu menghilang. Karena penyebab dari debuff itu—miasma itu—telah menghilang, debuff yang ada padaku dan orang-orang yang ada di kereta menghilang setelah 10 menit.

Ketua mereka—seorang pedagang bernama Alejandro—mengucapkan rasa terima kasihnya kepada kami. Ketika orang-orang itu meneteskan air mata dan mengucapkan rasa terima kasih kepada kami seperti "Tanpa kalian, seluruh keluargaku akan mati," "kalian adalah penyelamat," atau "Ucapan terima kasih saja tidak akan cukup," Aku dan Rook menjadi sedikit malu.

Mereka, juga, sedang menuju ke Gideon, jadi kemi menawarkan diri untuk bergabung dengan mereka. Secara pribadi, karena mereka kehilangan beberapa orang pengawal dalam pertempuran sebelumnya dan orang yang berhasil bertahan juga tidak sedang dalam kondisi baik, aku merasa agak khawatir pada mereka.

Alejandro langsung—dan dengan sangat senang—setuju dengan usulan kami.

Setelah kami menegakkan kereta yang terguling, aku melihat orang-orang yang selamat mengeluarkan sesuatu dari saku para mayat. Setelah dilihat lebih teliti, aku menyadari bahwa itu adalah sebuah inventory berbentuk kotak.

Sesaat kemudian, orang-orang yang selamat itu memasukkan mayat-mayat itu kedalam kotak itu. Semua mayat di masukkan kedalam inventory milik mereka masing-masing.

Aku bertanya kepada Marie tentang hal itu, dan dia mengatakan bahwa itulah cara para tian yang sedang bepergian memperlakukan kematian mereka—dengan memasukkan mereka kedalam "peti mati" itu.

Dengan para monster yang meneror jalan, mereka menganggap bahaya kematian sebagai berkah. Jika beberapa kehilangan nyawa sementara yang lain selamat, orang-orang yang mati akan dimasukkan kedalam "peti mati" itu agar mereka dapat dikirim ke rumah dan keluarga mereka tanpa membusuk. Itulah sebabnya mereka semua membawa inventory dimana mereka dapat menyimpan tubuh mereka sendiri.

Hal itu membuatku semakin sadar tentang bagaimana para tian—yang selalu berada dalam bahaya kematian—memperlakukan hidup dan mati mereka.

"… Peti mati, huh," bisikku. Aku tidak pernah terlalu peduli dengan para NPC yang mati di game lain, tapi itu berbeda disini.

Itu membuatku merasa sangat sedih.

Bahkan jika aku tau bahwa ini hanyalah sebuah game, aku tidak yakin apakah aku bisa terbiasa melihat orang-orang mati disini. Itu mungkin hanya karena Infinite Dendrogram terlalu realistis.

Atau mungkin…

"Aku… Aku akan memikirkan hal itu nanti." Aku menghentikan pemikiran itu dan kembali membantu mempersiapkan kereta.

*

Setengah hari telah berlalu sejak kami kembali melanjutkan perjalanan. Kereta naga milik Marylin dengan lembut mengguncangku saat aku tiba-tiba merasa sangat mengantuk. Itu mungkin karena aku melewati batasku selama pertarungan melawan Gardranda.

"Kenapa tidak tidur sejenak? Aku akan membangunkanmu jika terjadi sesuatu," Marie menawarkan hal itu, dan aku menerimanya dengan senang hati. Log out akan menyebabkanku tertinggal di belakang, jadi aku tidur sejenak sambil tetap log in, sama seperti yang kulakukan di penginapan.

Sambil duduk, aku menyandarkan kepalaku pada gerbong kereta dan menutup mataku.

Tidak sampai lima menit berlalu sebelum aku merasakan seseorang duduk di sebelahku dan bersandar padaku.

Penasaran siapa itu, aku membuka mataku dan melihat Nemesis sedang tidur sambil menyadarkan kepalanya di lengan atasku. Tampaknya, aku bukanlah satu-satunya orang yang terlalu lelah sampai-sampai harus tidur sejenak.

"Hadeh, kau benar-benar cepat tertidur… Nemesis," kataku. Kemudian aku mencoba untuk mengikuti contohnya dan kembali menutup mataku.

Namun, mungkin karena sudah terbangun, aku tidak bisa kembali tertidur, dan malah memikirkan beberapa hal. Khususnya, aku mengingat berbagai hal yang telah terjadi sejak aku mulai bermain Infinite Dendrogram.

Meskipun faktanya baru tiga hari berlalu di dunia nyata, mereka terasa benar-benar padat.

Ingatan paling jelas yang kumiliki sampai saat ini adalah pertarungan melawan Gardranda. Dalam hal bahaya, itu mungkin melewati pertemuanku dengan Superior Killer.

Bukan hanya itu, tapi—mungkin karena aku dan Nemesis telah mengatakan satu sama lain tentang apa yang kami rasakan tentang hal itu—penyesalan yang telah menghantuiku setelah terkena PK sudah menghilang, dan itu tidak terasa sekuat sebelumnya.

Pada saat ini, perasaan dominan yang ada pada diriku adalah rasa sakit samar yang kurasakan setelah melihat tubuh para tian yang dibunuh oleh Gardranda dan para goblin.

Mereka tidak lain hanyalah karakter yang ada di dalam Infinite Dendrogram—sebuah game. Tapi, aku merasa berduka kepada mereka seperti aku berduka pada kematian di dunia nyata.

Sebagian diriku merasa bahwa itu adalah pemikiran yang salah. Aku tidak tau harus mengatakan apa pada pemikiran itu. Sebelum aku menyadarinya, aku membuka mataku dan melihat ke arah Nemesis.

Dia adalah sebuah Embryo, dan partner-ku… dan keberadaan yang terbatas pada sebuah game bernama Infinite Dendrogram. Namun, semakin lama aku melihat wajah tidurnya, semakin aku merasa seperti sedang melihat seorang gadis yang hidup dan bernafas.

Dia hidup, pikirku di dalam hati. Aku hanya tidak bisa berpikir sebaliknya.

"AI dengan kecerdasan yang setara dengan manusia, huh?" gumamku. Kakakku telah mengatakan bahwa para tian—penduduk asli dunia ini—dianggap seperti itu. "Tapi…" Rasa ngantuk yang kukira sudah menghilang kembali datang dan perlahan membuat otakku kewalahan.

Saat kesadaranku menjadi semakin dan semakin samar, aku sekali lagi mulai memikirkan hal yang kupikirkan selama pesta di hari pertamaku.

Liliana dan Miliane—tian.

Demi-Dragon Worm dan Gardranda—monster.

Dan…

"Nemesis…"

… Embryo seperti dirinya.

Mereka semua terasa… begitu hidup bagiku.

"Apakah ini benar-benar…"

… hanya sebuah game?

Sebelum aku dapat mengatakan hal itu, kesadaranku akhirnya menghilang ke alam mimpi.

***

Lokasi Tak Diketahui

["Polaris Bear, Polar Star" telah dikalahkan]

[Level akhir: 83]

[MVP: "God Hunter" Carl Lourlou, Level 263 (Level total: 763)]

[Embryo: "Indestructible and Everlasting, Nemean Lion"]

[Hadiah khusus MVP: Ancient Legendary Item, "Ultimate Suit Series, Polar Star"]

["Ore Dragon King, Dragnium" telah dikalahkan]

[Level akhir: 64]

[MVP: "Giga Profesor" Mr. Franklin, level 198 (Level total: 698)]

[Embryo: "Magic Beast Factory, Pandemonium"]

[Hadiah khusus MVP: Ancient Legendary Item, "Ore Dragon King's Complete Remains, Dragnium"]

["Navalport Strikefish, Potorpedo" telah dikalahkan]

[Level akhir: 42]

[MVP: "Great Admiral" koukin Shoyu, Level 229 (Level total: 729)]

[Embryo: "Great Flame Brewer, Abura-sumashi"]

[Hadiah khusus MVP: Epic Item, "Come-and-Go Torpedo, Potorpedo"]

["Fox-eyed Charcoal, Enryou" telah dikalahkan]

[Level akhir: 56]

[MVP: "The Glaive" Aono Hokugenin, level 335 (Level total: 835)]

[Embryo: N/A]

[Hadiah khusus MVP: Legendary Item, "Incinerating Fox-eye, Enryou"]

["Great Miasmic Demon, Gardranda" telah dikalahkan]

[Level akhir: 24]

[MVP: "Paladin" Ray Starling, level 20 (Level total: 20)]

[Embryo: "Maiden of Vengeance, Nemesis"]

[Hadiah khusus MVP: Legendary Item, "Miasmaflame Bracers, Gardranda"]

"Hm?" Dikelilingi oleh kegelapan, masih merekam dan melakukan kegiatan yang sudah ditetapkan, dia tiba-tiba memiringkan kepalanya.

Mengingat bahwa dia selalu tidak melakukan apapun selain bekerja tanpa mengatakan satu katapun, itu adalah hal yang jarang terjadi.

"Sungguh membuat penasaran," katanya. "Mengalahkan UBM yang memiliki level lebih tinggi darimu… itu sangat langka."

Kebingungannya adalah hal yang wajar. UBM adalah makhluk luar biasa yang jauh melampaui makhluk normal. Mereka semua memiliki kekuatan beberapa kali lipat dari semua boss monster yang memiliki level sama. Bahkan High-rank Master juga akan kesulitan saat menghadapi mereka.

Oleh karenanya, sangat jarang seekor UBM dikalahkan oleh seseorang dengan level yang lebih rendah.

Mengira bahwa hal itu dilakukan oleh sejumlah besar pemain level rendah dan orang itu hanya dipilih sebagai MVP karena kebetulan, dia membuka battle log. Namun, itu benar-benar jauh melampaui dugaannya.

Orang itu—Ray—telah mengalahkan UBM itu sendirian.

"Hoh?"

Orang itu memiliki kemampuan yang cocok untuk membunuh raksasa. Evolusi di tengah pertarungan yang disebabkan oleh *** telah memberikan kemampuan yang sempurna untuk situasi itu. Orang itu memiliki kehendak yang gigih.

Ada banyak alasan dibalik kemenangannya, tapi ada satu yang paling menonjol.

"Dia menyadarinya tepat setelah menghancurkan kepala pertama," katanya. "Itu masih terlalu cepat."

Makhluk yang diakui sebagai UBM—"Great Miasmic Demon, Gardranda"—adalah sekumpulan jebakan.

Pertama, ada kepala yang terang-terangan mengeluarkan racun dan api.

Player akan mengira bahwa itu adalah titik lemahnya dan menghancurkannya, tapi hal itu malah akan menciptakan dua buah wajah baru di bahunya.

Dan kedua wajah itu juga merupakan jebakan.

Menghancurkan mereka bukan hanya tidak akan menghancurkan Gardranda—hal itu malah akan menyebabkannya menjadi semakin kuat.

Bahkan jika seluruh kepalanya di hancurkan, dia akan melalui lebih banyak perubahan dan menjadi jauh lebih kuat dari pada sebelumnya.

Dia benar-benar tidak dapat dihancurkan selama inti yang ada di dalam perutnya masih utuh.

Karena hal itu, dia telah memperkirakan bahwa Gardranda akan menjadi UBM yang sangat kuat. Bahkan, tidak akan mengejutkan jika iblis itu mencapai level 100—puncak dari UBM dan level tertinggi yang dimiliki oleh para monster—dan menembusnya untuk masuk kedalam pengecualian yang dikenal sebagai SUBM—Superior Unique Boss Monster.

Namun, kenyataannya, Low-rank Master itu mampu mengalahkan Gardranda dengan gemilang dan menghentikan proses perkembangannya.

"Yah, tidak ada gunanya terlalu memikirkan hal itu," katanya. "Kasus seperti itu bukan tidak pernah terdengar. Aku akan mengingat hal ini dalam pekerjaan selanjutnya."

Dia selesai memeriksa pertarungan itu dan menutup battle log window itu.

Namun, pikirannya tiba-tiba keluar dari mulutnya sebagai perkataan.

"Apapun itu, ini adalah hal yang patut dirayakan. Tidak ada artinya jika hanya Superior saat ini yang menjadi semakin kuat. Jika tidak ada kekuatan baru yang muncul, kami tidak akan pernah memiliki seratus Superior… dan tidak akan pernah mencapai ketidak batasan."

Setelah mengangguk pada perkataannya sendiri, dia kembali melirik ke arah log milik Ray dan kembali berbicara.

"Sekarang… Aku penasaran apakah dia akan menggunakan Gardranda dengan baik."

Membayangkan masa depan yang akan datang, dia menunjukkan senyum tipis.

"Apakah kau melakukannya atau tidak… bertambah kuatlah sambil bersenang-senang. Bagi kalian, dunia ini—dari awal sampai akhir—hanyalah sebuah game."

Dan dengan itu, control AI No. 4, Jabberwock—AI yang bertugas menangani UBM—kembali ke pekerjaannya yang sangat dan sangat sibuk.