webnovel

PERSAINGAN

"Lo nyuruh gue mundur dan Dan Lo yang maju gitu... ?? oh .. ga segampang itu bro, gue berani bertaruh Lo ga bakalan bisa deketin Ara." Alfan berusaha membuat Fadil jera, dari bawah meja ia terlihat sedang mengotak Atik handphone. Sementara Fadil terlihat sedang memikirkan sesuatu, Ia berdiri seraya menghampiri Alfan..

"Ok.. jadi Lo mau bertaruh apa ??"

Tanya Fadil kalem, yang sepertinya ia menahan Emosi.

"Motor sport kesayangan gue.." Alfan langsung menjawab.

"Menarik... !!" Ujar Fadil membalikkan badan, Namun tiba-tiba..

"Tapi...sorry.. Bro!!" Bentak Fadil seraya menarik kerah baju Alfan.

"Gue paling ga suka sama cowok yang selalu mengukur Cewe dengan barang. Apalagi harus jadi bahan taruhan.. Gue serius.. Jika Lo ngomong kaya gitu lagi hari ini kerjasama kita batal" Fadil terlihat Emosi.

"Jadi Lo ga berani.. hahaha ??" Tantang sahabatnya itu, ia tertawa sinis yang seakan memancing Fadil untuk lebih Emosi. Fadil melepaskan pegangannya, tapi tidak menjawab pertanyaan Alfan. Ia kembali membalikkan badan..

"Gue kasih waktu satu bulan... jika Lo ga bisa, Gue harap Lo yang mundur dari kehidupan Ara.. gimana." Alfan kembali menekan Fadil. Kali ini Fadil sudah tidak bisa membendung Emosinya lagi, ia langsung menggebrak meja dan berkata:

"Gue bisa deketin Ara kapan pun yang gue mau.. tanpa harus nurutin waktu yang Lo tentuin.." Ujarnya, kemudian ia berlalu meninggalkan Alfan, ia sudah tak bisa meneruskan pembicaraan tersebut.

"Ok .. GUE TUNGGU !!" Teriak Alfan tatkala Fadil sudah menjauh, ia langsung mematikan handphone nya dan ikut bangkit menuju mobil.

BRAAKKK...!!! Alfan membanting pintu mobil dengan sangat keras.

"Sial.. sial... sial... !!!" makinya sambil memukul setir berkali-kali.

"Kurang ajar banget Lo Fadil.. sejak kapan Lo suka ikut campur urusan cewek dengan gue hhaa.. jangan-jangan dia emang beneran suka sama Ara." Muka Alfan merah padam menahan Amarah, tapi kemudian ia tersenyum sinis.

"Ok... tenang aja.. gue akan bikin Lo malah makin menjauh dengan Ara, kita liat aja ntar." Ujar Alfan Sambil memutar-mutar handphone nya.

Seketika Ara dan sang paman berlari keluar tatkala Suara gebrakan meja terdengar, namun keduanya saling berpandangan karna melihat Fadil yang seakan emosi tatkala keluar dari kedai. Begitu juga dengan Alfan, tidak seperti biasanya. Karna seperti yang mereka tahu, meski kadang salah satu dari mereka datang terlambat jika mengadakan pertemuan di tempat tersebut namun jika dalam urusan pulang mereka pasti selalu keluar bersamaan saling mengejek dan bercanda hingga keduanya masuk kedalam mobil masing-masing. Namun sekarang keduanya terlihat berbeda, apalagi pertemuan mereka sepertinya tidak direncakan.

Untung saja saat itu kedai masih dalam keadaan "TUTUP" hingga tak ada pelanggan lain yang melihat kegaduhan mereka.

Malam harinya..

"TIITT.. TIITT.." Suara klakson mobil mengagetkan Ara yang kala itu sedang berjalan dibelakangnya, gadis itu langsung menoleh namun wajahnya seketika merengut tatkala ia melihat orang yang ada dalam mobil tersebut.

"MASUK RA... UDAH MALEM.. KAKAK ANTAR KAMU PULANG..!!" Teriak Alfan dari balik kaca penumpang.

"GA KA.. TERIMAKASIH... ARA TUNGGU PAMAN AJA DI BENGKEL DEPAN". Tolaknya ikut berteriak sembari terus melanjutkan perjalanan.

"PAMANMU KAYANYA BAKAL LAMA RA, SOALNYA BANYAK LUBANG DI BANNYA YANG HARUS DITAMBAL..". Bujuknya lagi dengan berteriak lebih keras.

"GA PAPA.. ARA TETEP TUNGGUIN !!.." Tolaknya lagi tak kalah keras dari Alfan, ia tetap kekeuh tak mau ikut dengan laki-laki itu.

"Ara.. mau Lo itu apa siihh.. gue udah baik-baik kenapa Lo bersikap gitu ke gue." batin Alfan mulai emosi. Ia melajukan mobilnya seketika...

"CCIII...IIITTT...!!!" Alfan memberhentikan mobilnya tepat didepan Ara, hingga membuat gadis itu nyaris terjatuh karna ketakutan.

"Ara yakin masih ga mau hhaa...??" Paksanya lagi.

Tiba-tiba..

"TIITT.. TIITT... suara klakson motor terdengar dari balik mobil Alfan.

"Ayo Ra... maaf paman lama." ajak sang paman.

"Ini motor siapa paman.. ??" Tanya Ara ragu.

"Orang bengkel ngasih paman pinjam, soalnya kalo nunggu motor paman beres bakal lama. Sepertinya ada orang yang sengaja membuat ban motor paman bocor.." Paman Ara menjelaskan, sembari menatap Alfan curiga.

"Maksud paman apa nih, ngeliat gue kaya gitu..??" Alfan protes, ia tak terima karna tatapan Paman Ara yang seakan menuduhnya.

"Ga... ga da maksud apa-apa ko.. kalo gitu kita pamit dulu, Ayo Ra..!!" gadis itu langsung naik ke motor sang paman dan kemudian keduanya berlalu dari hadapan Alfan.

"Sh*t damn ...!! HHAA...!!" Teriaknya seraya menendang body mobil.

"Ra... Lusa pemilik kedai akan mengadakan meeting tentang staf baru.. kemungkinan akan ada penambahan pegawai dibagian pelayanan, karna kedai sudah semakin ramai jadi ruang gudang sebelah bakal jadi tempat para tamu juga.." Ujar sang paman ditengah perjalanan.

"Siap paman.. jam berapa bos bakal Dateng.. ??"

"Kemungkinan sekitar pukul 07:30, seusai meeting kedai baru bisa di buka."

"Ok.. !!" Ara terlihat bersemangat, ia seketika lupa dengan perlakuan Alfan beberapa saat yang lalu, yang mana ia sudah sangat ketakutan.

Pagi Hari sekitar pukul 07:00..

"Alhamdulillah beres juga.." Gumam Ara tatkala mengamati seluruh ruangan yang sudah ia bersihkan. Hari ini akan ada kunjungan pemilik kedai jadi Ara sengaja mempersiapkan segala sesuatunya sejak pagi buta.

"Greeee..eeet !!! Suara Pintu terbuka, langkah kaki terdengar samar-samar masuk kedalam kedai.. dari dalam pantry Ara melihat pamannya tengah sibuk di dapur membuat kopi. "Lalu siapa yang masuk.. jangan-jangan laki-laki semalem". Gumam Ara, ia langsung keluar menghampiri suara tersebut.

"ASTAGA... Bapak Raffadil Eka Pratama yang terhormat, tidak bisakah anda membaca tulisan didepan pintu kaca itu ??" Ara berteriak tatkala ia melihat Fadil tengah berdiri mengamati keadaan sekitar. Gadis itu terlihat geram seraya berkacak pinggang.

"Ini.. Ara semua yang beresin ??" Fadil mengalihkan pembicaraan karna takjub melihat tata ruang kedai berbeda dari 3 hari yang lalu, saat dimana terakhir kali dirinya bertemu dengan Alfan. Karna Dekorasi Ruangan saat ini lebih indah dan rapih.

"Alfan.. gimana kabar bocah itu ya sekarang." Gumamnya, karna semenjak kejadian 3 hari yang lalu itu keduanya hilang kontak.

"Hellooww.. Ga usah mengalihkan pembicaraan.. !! sebaiknya kakak keluar, karna sebentar lagi pemilik kedai ini akan Dateng." Ara mengusir Fadil dengan penuh kengototan, tangannya kali ini ia sedekapkan dan mulutnya bersungut-sungut tak karuan yang justru membuat Fadil semakin Gemas dibuatnya. Laki-laki itu hanya berlalu melewati Ara seraya mengacak-acak rambut gadis tersebut, menghampiri mejanya seperti biasa.

Ara semakin Emosi ia merapikan rambutnya dengan mulut penuh makian dan kemudian langsung menarik tangan Fadil untuk membawanya keluar, namun Tenaga Fadil lebih besar hingga ia yang tertarik jatuh di pelukan Fadil tatkala laki-laki itu terduduk di kursi.

"HHHAAA... kurang ajar.. kurang ajar..!!" Teriak Ara spontan seraya memukuli dada bidang Fadil bahkan Ara refleks mencakar leher laki-laki itu hingga berdarah. Ia kelabakan tak jelas, sementara matanya terpejam dengan erat.

Fadil langsung memegang kedua tangan gadis itu supaya Ara tak memperparah lukanya, dengan tatapan yang begitu tajam mengamati wajah sang gadis yang saat ini begitu sangat ketakutan dan histeris.

Ara langsung bangkit dari pelukan Fadil ia kemudian menendang kaki laki-laki itu dengan sangat geram.

"Awww..." Fadil menjerit seraya mengusap usap kakinya yang sakit.

Paman Ara langsung berlari menghampiri keduanya yang memang sedari tadi sudah melihat kejadian tersebut semenjak pertama kali Ara berteriak, ia menarik Ara supaya tidak kembali menyakiti Fadil.

"Kamu apa-apain sih Ara... cepat minta maaf !!" perintah sang paman.

"Ga mau... dia yang seharusnya minta maaf sama Ara.. !!" Ara menolak dengan cemberut.

"Udah Ara suruh keluar malah ga mau keluar, padahal Ara sengaja bangun lebih pagi buat beresin ini semua.. supaya pemilik kedai suka. Ga taunya malah orang ini duluan yang masuk dengan tidak sopan..!!" Makinya lagi, Ara masih terlihat Emosi.

"Kakak juga hari ini ada meeting disini Ra.. !!" Jawab Fadil seraya merapikan jasnya yang sudah kusut tertimpa Ara dan mengusap lehernya yang berdarah.

"Ya Ampun Anda berdarah pak.. !!" Potong Paman Ara tatkala melihat Fadil, ia berlari mengambil kotak P3K.

Dari sini Ara mulai menyadari, sepertinya ada yang tidak beres dengan kejadian ini. Ia kembali mengingat-ingat nama pemilik kedai yang pernah diberitahukan sang paman, Adi... Andi... Affandi.. Affandi Pratama... Raffadil Eka Pratama..??

"Akan ada Pergantian staff baru Ra.." sekilas ucapan sang paman 3 hari yang lalu terlintas di otaknya.

"Apa dia anaknya pak Affandi.. ?? yang menggantikan Ayahnya.. ?? paman juga memanggilnya bapak." Batinnya, Sontak Ara langsung tersadar..

"Astagaaaa... m*ti kamu Ara.." batinnya lagi.