webnovel

MERANTAU

Dalam perusahaannya yang menggunakan sistem kerja kontrak untuk pegawai baru tentu saja hal demikian membuat banyak pegawai baru yang keluar dari perusahaan tersebut. Tidak terkecuali Ara yang saat itu baru beberapa tahun bekerja, Ia keluar dari perusahaan tatkala masa kontrak kerjanya yang sudah habis. Berbeda dengan bundanya yang sudah menjadi karyawan tetap karna pengabdiannya yang mencapai belasan tahun, beliau bekerja semenjak Ara berusia 2 tahun hingga sampai Ara kini beranjak dewasa. Setelah keluar dari perusahaan tersebut Ara terpaksa menganggur lagi di rumah, tak banyak hal yang dapat di lakukan Ara selain mengerjakan tugas rumah karna masa berkebun dan bertanam padi di wilayahnya sedang tidak bermusim. Sementara jika ia harus memenuhi keinginannya dulu Ara merasa dirinya sudah benar-benar tidak mood, yang ia harapkan saat ini adalah bagaimana caranya agar ia bisa bekerja kembali. Pernah Ara meminta izin kepada kedua orang tuanya tuk menjadi TKI di luar negri namun keduanya tak mengizinkan keinginannya itu, Selang beberapa bulan kemudian teman Ara yang bernama Yanti mengajaknya bekerja di jakarta. Pucuk di cinta ulam pun tiba, Ara pun langsung menyetujui ajakan yanti tersebut meski sang bunda sempat melarangnya. Namun penjelasan dan pengertian yang Ara ungkapkan itu mampu meluluhkan hati sang Bunda, beliau pun mengizinkan Ara berangkat ke jakarta. Ada perasaan tak tega dalam binar bola mata gadis itu, apalagi ketika ia harus membalas lambaian sang Bunda. Perasaannya resah ingin sekali Ara membatalkan keberangkatannya namun jika ia menengok ke belakang rasa bersalahnya kembali berkecamuk, ia tak bisa membayangkan jika harus menyaksikan sang bunda kembali menderita. Mungkin hanya dengan cara ini Ara bisa mengurangi beban itu, Beban sang Bunda dalam mencari nafkah karna sang Ayah masih saja seperti dulu.

Setibanya di jakarta Ara langsung menuju ke suatu daerah pinggiran kumuh kawasan kontrakan yang berpenduduk padat namun hampir 90% penduduk tersebut adalah perantau seperti Ara dan berasal dari daerah yang sama, hanya saja mereka sudah hampir puluhan tahun menghuni kawasan tersebut hingga seperti di kampung halaman sendiri.

Ara dan yanti menghuni sebuah kontrakan bersama 4 orang teman lainnnya, sedang besar kontrakan tersebut hanya berupa petak dengan luas yang berkisar kurang lebih hanya 5,5 Meter saja.. bisa di bayangkan bagaimana sempitnya ruangan tersebut jika mereka merebahkan seluruh tubuhnya tuk terlelap melepas penat setelah seharian bekerja, sedang diantara ke enam gadis tersebut hanya Yanti dan Ara yang berbadan mungil namun setidaknya kedua gadis itu tidak menghabiskan banyak ruang.

Ara bekerja di sebuah perumahan industri yang berjarak 2 KM dari kontrakannya dengan selalu berjalan kaki, suka duka Ara jalani bersama yanti yang memang keduanya berteman sangat akrab. Paras yanti yang manis, cantik dan menarik membuat mata laki-laki jelalatan melihatnya hingga belum sampai satu tahun yanti sudah berteman akrab dengan seorang laki-laki yang bernama Azka dan selang beberapa bulan kemudian keduanya menjalin hubungan.

Setiap pulang bekerja keduanya bertemu di sebuah taman, sedang Ara selalu menemani mereka namun hanya menunggunya dari kejauhan. Belum lama keduanya duduk tiba-tiba,

"Hallo bro... " Sapa seorang laki-laki yang menghampiri Yanti dan Azka.

"Hey... kemana aja Lo ?? udah lama ga nongol.. ?? apa kabar.. ?? tumben ada disini.. ?? Cecar Azka menjabat tangan sembari menyenggolkan bahunya ke bahu laki-laki tersebut, Ia seperti terkesima melihatnya.

"Santai bro, banyak bener pertanyaan Lo kaya gue robot aja." protes laki-laki itu.

"Btw siapa nih ?? mangsa baru lagi ??" Ejeknya. Sementara Yanti melotot ke Ara Azka dan mencubit pinggangnya tanda tak suka,

" Aww.... " pekiknya, sambil mengusap pinggang yang sakit sedang kakinya menendang pelan ke laki-laki yang mengejeknya.

"Sialan Lo... !!" umpat Azka. Sahabatnya itu hanya terkekeh. Azka kemudian memperkenalkan keduanya.

"Kenalin ini cewek gue Yanti ... sayang ini sahabat aku, Diqi." Diqi mengulurkan tangannya kepada Yanti begitu juga dengan gadis itu namun belum sempat tangan keduanya menyentuh Azka langsung menarik tangan Yanti.

"Bukan muhrim.." Ujarnya ketus.

"Astaga Ka.. posesif banget sih Lo !!" ucap Diqi memelas. "Bodo Amat.." balas Azka lagi.

"Sayang.. aku ke Ara dulu ya ??!" pamit Yanti yang kemudian di balas anggukan Azka.

Kedua kaki-laki itu pun kembali larut dalam obrolannya.

Ara duduk di sebuah bangku panjang memandangi orang-orang yang berlalu lalang di hadapannya, tidak sedikt pun Ara merasa iri pada orang-orang di sekitar yang sedang berpasang-pasangan karna rasa trauma pada laki-laki yang ditorehkan Ayahnya itu masih berbekas dihatinya. Namun Ara tertegun melihat sekumpulan orang yang tengah bercengkrama dengan para sahabatnya tentang kuliah yang tengah di jalaninya itu, mereka bersuka cita dan bangga hingga membuat Ara tak kuasa menitikkan air mata. Ia teringat akan cita-citanya dulu, andai dirinya bisa seperti itu mungkin Ara takkan mengalami keadaan semiris ini.

"Doorrr... " bentak Yanti mengagetkan Ara.

seketika itu Ara menengok ke asal suara.

"Astaga Yan.. ngagetin aja deh." ujar Ara merengut ia langsung menghapus air matanya.

"Kamu nangis Ra... ?? hahaha.. masa udah gede kaya gini masih nangis siihh, ga malu apa Ama orang-orang sekitar..??" Ejek Yanti, bukan tanpa alasan ia berkata demikian karna sejujurnya Yanti tau dan sangat mengenal Ara. Ia yakin pasti Ara sedang teringat kembali tentang masa lalunya yang menyedihkan.

"Apaan siihh... mau aku hajar kamu..??" Ara langsung memegang tengkuk Yanti yang menyebabkan gadis itu meminta Ampun dan tertawa karna geli. Begitu juga dengan Ara ia pura-pura marah namun tertawa dengan begitu lepas, keduanya larut dalam dunianya sendiri. Tak disangka Guyonan keduanya ternyata menyita perhatian Azka dan Diqi.

Tingkah Ara sedari tadi ternyata mangalihkan perhatian keduanya. Apalagi Azka yang selama ini kenal dengan Yanti tidak pernah melihat Ara tertawa bahkan tersenyum sekalipun, itu pula yang membuat Azka kadang merasa canggung pada Ara. Gadis itu selalu cuek padanya, nyaris tak pernah menggubris sapaan Azka sekali membuka suara jawabannya jutek. Belakangan ini Azka mengetahui penyebab Ara bersikap demikian, karna Yanti sering menceritakan kisah Ara kepada Azka. Namun kali ini senyum Ara mampu menggetarkan hati seorang Diqi bahkan Azka sekalipun.

"Ternyata.. dia Cantik juga ya kalo senyum.. bener-bener Manis", gerutu Azka. Tatapannya lekat pada Ara.

"Siapa itu bro.. ?? cewe Lo juga ??" tanya Diqi penasaran.

"Boleh juga sih kalo dia mau, sayangnya dia udah mati rasa..". jawab Azka seraya mengangkat kedua bahunya.

"Maksud Lo.. dia zombie, Hahaha ??" tanya Diqi lagi sambil tertawa.

"Dia Traumatik cowok bro... dia berjanji pada dirinya sendiri ga bakal menikah selama hidupnya." ucap Azka datar. Sontak tawa Diqi terhenti, Jawaban Azka kontan saja membuat mulut Diqi terbungkam.

"Miris banget ya, karna Gadis semuda Ara harus mengalami hal demikian. Ga kebayang segimana beratnya beban hidup dia sedari kecil Ampe bisa membuat keputusan seperti itu. Gue sebenernya iba.. tapi jangankan jadi pacarnya, pengen temenan aja Ama dia itu susah banget bro.." Lanjut Azka lagi.

Diqi hanya terdiam, dia pandangi gadis yang tengah bercanda itu dengan lekat. Di sela-sela tawanya masih tertahan sebuah kepedihan, namun terlihat jelas bahwa ia sedang menyembunyikan airmata.

"Jadi namanya Ara.." Ujar Diqi yang kali ini ucapannya lebih kalem. Ada perasaan aneh dihatinya, entah itu rasa iba atau mungkin hanya sebatas rasa penasaran tentang masa lalu gadis tersebut.

Yanti menoleh kebelakang sedang Azka melambaikan tangan padanya, mengisyaratkan bahwa ia enggan menghampiri keduanya. Azka masih ingin menikmati senyum manis Ara karna jika kedua laki-laki tersebut menghampirinya takkan lagi pemandangan indah seperti tadi. Azka paham maksud Yanti, gadis itu mungkin ingin Azka membawa Diqi untuk diperkenalkan kepada Ara namun Azka juga sudah bisa menebak sikap apa yang akan ditunjukkan Ara jika ia nekat memperkenalkan sahabatnya itu.. seperti yang sudah-sudah. Oleh sebab itu ia lebih memilih diam, sementara Yanti terlihat kecewa.

"Udah Sono samperin bebeb nya, ga kasian pa ditinggalin gitu." Goda Ara.