webnovel

Trik yang Dipakai

"Tidurlah! Sudah malam." Ibu mengusap bahuku.

"Hm, sebentar lagi." kataku.

Hening. Kulihat ibu memandangi potretku yang tersebar di penjuru kamar. Sesekali memainkan kacamatanya. 

"Okaa-san terlihat tua dengan kacamata itu." Aku memecahkan keheningan.

"Okaa-san memang sudah tua. Anak bungsu Okaa-san saja sudah paman-paman."

Heh! Jadi, ledekanku di balas, eh?

"Kaa-san~" rengekku.

Ibu malah tertawa, mengusap kepalaku.

Aku masih tiga puluh satu tahun. Apa yang salah? Bukankah itu masih muda?

"Oyasuminasai, Shinsuke-kun." Ucap ibu setelah berhenti tertawa.

"Oyasumi kaa-san." Jawabku.

Kemudian ibu keluar dari kamarku. Dan, ah jadi begitu ya?

Trik ini...? Trik yang digunakan pelaku benar-benar menarik. Arigatou, kaa-san. Meski kaa-san terlihat tak cantik dengan kacamata, tapi karena kaa-san memakainya lah, aku jadi tau trik yang pelaku gunakan.

Benar!

Dengan trik ini, tanpa mendorong tubuh korban, korban akan secara tidak sadar menyandarkan tubuhnya pada pagar pembatas. Pelaku tak perlu ada di dekat korban untuk menjatuhkan korban. Dan kalau dugaanku tepat, buktinya ada di tubuh mayat.

Tapi, akh sial. Aku sudah tau siapa pelaku pembunuhan Tamaki, namun bukti yang ada tidak dapat membuktikan bahwa orang itulah pelakunya. Lagipula, aku belum tau motif pembunuhan ini.

.*.*

Satu-satunya cara, aku harus mendatangi ketiga orang itu. Dan yang pertama adalah yang paling tidak mungkin. Orang yang menelepon ambulance.

"Ohayou, Mitsuki-san." Aku menyapa pria usia sekitar empat puluh tahunan itu.

"Ohayou. Silahkan masuk Shinsuke-san."

Aku tersenyum tipis. Tak hanya ada Mitsuki Nakamura saja, ternyata satu remaja perempuan juga ada.

"Dia...?"

"Dia putriku, namanya Mitsuki Rin."

Bukan itu. Aku tadi ingin berkata, dia yang juga ada di lokasi kejadian selain mereka.

"Aku hanya ingin kejujuran. Apa hubungan Tamaki dengan Takumi?"

Melihat seragam sekolah yang Tamaki, Takumi, dan Rin kenakan, yang mana itu juga seragam sekolah Kenkyo membuatku curiga kalau sebenarnya ada hubungan khusus di antara mereka.

Untuk Kenkyo, dia memang 'senpai' mereka.

"Kenkyo-senpai yang membunuh sahabatku, kenapa kekasihku yang Anda tuduh?"

Ah jadi begitu ya? Aku mengerti sekarang. Ku lirik jari tangan kirinya, ada perban.

"Luka kena pisau, eh?" Tanyaku pada Rin.

"Ba-bagai... iya, ini kena pisau."

Baiklah, kini aku tau motif dan trik pelaku. Jika kemarin aku berterimakasih pada ibu, kini mungkin aku akan berterimakasih pada Kenkyo.

Terkadang gosipan perempuan membantu juga.

***

Aku keluar dari apartemen Mitsuki-san. Kemudian berjalan pelan di lorong apartement. Tujuanku adalah kamar Takumi.

Insting detektifku lagi-lagi mengatakan, remaja laki-laki itulah pelakunya. Aku pernah tak sengaja mendengar obrolan Tamaki dan Kenkyo. Tamaki mengadu pada Kenkyo kalau Takumi selalu 'mengganggu'nya padahal memiliki Rin.

Jika benar dugaanku maka dia lah benar si pelaku.

***

"Jadi, kenapa kau memanggilku kesini, Takahashi-san?"

Pertanyaan itu keluar dari mulut Takumi. Remaja laki-laki ikal itu menatapku tanpa ekspresi yang berdiri tepat di depan pagar pembatas.

Aku mengambil nafas sejenak, memasang wajah serius.

"Jadi kau menuduhku sebagai pelakunya?" tanya Takumi datar.

Bingo! Aku belum menuduhnya, tapi dia sudah tau aku akan mengatakan dia lah pelakunya.

Bodoh! Atau memang sengaja? Entahlah.

Aku mengangguk.

"Kau memanglah pelakunya, Kaboshi Takumi."

Dia memandangku dengan tatapan menantang. Perlahan, kedua tangannya terangkat hingga melipat di depan dada.

"Bagaimana bisa aku menjatuhkan Tamaki? Aku tidak berada di atap saat Tamaki jatuh. Lagipula bukankah yang menjatuhkan Tamaki adalah Kenkyo-senpai, keponakanmu itu?"

Aku mengernyit. Sepertinya ada yang salah dengan perkataannya barusan.

"Tidak." bantahku. "Tamaki-san jatuh dari atap karena dirinya sendiri... Oh tidak, aku salah. Dia terjatuh karena ulah tangan tak terlihat yang menjatuhkannya dari atap dengan trik yang kau buat." Aku menatap tajam dirinya.

"Apa maksudmu?"

Aku tersenyum jemawa, "Kacamata adalah poin utama dari trik ini. Aku benar, kan?"

Takumi memilih untuk diam.

"Di dalam kamar Tamaki, ada surat yang bertuliskan atas nama Kenkyo yang menyuruhnya ke atap. Besar kemungkinan Tamaki merasa tertarik untuk pergi kesana, karena pelaku yang mengirimkan memakai nama Kenkyo."

Dia masih diam. Dia berhadapan dengan detektif resmi. Apalagi dia membawa Kenkyo. Sungguh bodoh, bukan? Aku memeriksa semuanya. Aku sudah tau, dan tak ada alasan dia bisa menyangkal. Dia pikir aku tak akan memeriksa sampai ke akar? Bodoh sekali!

"Kebetulan, ah tidak! Sesuai rencanamu, Kenkyo pun ke atas atap, karena kau tau kebiasaannya kalau aku datang berkunjung di hari kamis, maka Kenkyo akan ke atap untuk mengambil jasku yang di jemurnya pada malam hari."