webnovel

Tes Kebugaran

Di saat tes kebugaran fisik awal semester, Violet melihat Leo sedang berlatih lompat tinggi sendirian. Yang lain masih sibuk dengan olahraganya masing-masing, Violet malah terjebak dalam ilusinya yang hanya menatap Leo. 

"Aku sudah ingin menyerah,"

Ucapan Leo tiba-tiba terngiang di ingatan Violet yang kemarin diucapkan oleh Leo tentang dirinya yang ingin mengundurkan diri dari olahraga lompat tinggi. Hal itu tentu saja membuat Violet sangat ingin tahu dan bertanya padanya alasan dirinya menyerah pada lompat tinggi.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa dia mau menyerah pada olahraga yang telah membesarkan namanya ini, ya?" 

"Aku jadi penasaran!" 

Violet terus bergeming, memikirkan tantan idolanya yang ingin menyerah pada lompat tinggi.

"Hei anak baru!" panggil salah satu siswa yang ada di sana. 

Violet menoleh. Di saat yang bersamaan, Leo juga menoleh ke arah Violet. 

"Iya, dirimu! Siapa lagi? Kemarilah!" 

Siswa itu memanggilnya dan memintanya untuk datang padanya. Violet hanya mengangguk dan menyanggupi. Sementara itu, Leo menghentikan latihannya dan berlari ke arah yang sama dengan Violet. 

Ternyata, Violet mendapat tantangan dari siswa lain untuk berlari keliling lapangan dan melakukan olahraga lainnya melawan beberapa siswa yang sudah hebat. 

"Jadi, Vito Permana. Apa kau menerima tantangan ini?" tanya siswa itu. 

Violet hanya diam. Semenjak menyukai Leo, Violet memang selalu terjun di semua jenis olahraga. Berharap jika suatu hari mampu bertanding dengan Leo di olimpiade maupun kejuaraan sekolah. 

"Heh, Vito! Ayo tunjukkan bakatmu!" seru siswa lain. 

Violet masih terdiam. Antara takut gagal atau takut ketahuan jika dirinya adalah seorang wanita. Ketika melihat Bagas, Bagas terlihat menyemangati Violet. Secara tidak langsung, Bagas mendukung Violet untuk maju. 

"Bagas mendukungku. Apakah Leo … akan mendukungku juga?" gumam Violet dalam hati. 

Violet memandang kearah Leo. Hingga membuat semua siswa mulai bergumam masalah gay itu lagi. Leo memalingkan muka, namun tangannya memberikan sinyal jika ia juga mendukung dirinya untuk maju dalam tantangan tersebut. 

"Apa kau lihat itu? Dia memandang Leo dan Bagas. Mungkin memang benar jika dia gay,"

"Bagas terlihat jelas jika dia gay. Tapi Leo? Dia sangat dingin dan cuek, apakah benar dia seorang gay?"

Bagas yang melihat kode itu pun hanya bisa tersenyum. Kode tangan itu hanya di mengerti oleh dirinya saat di sekolah. Bagas tidak menyangka jika Leo juga memberikan rahasia itu kepada Violet, siswa baru yang belum pernah Leo kenal. 

Di tes kebugaran fisik, Violet menunjukkan kecepatan yang ada di dalam dirinya. Seketika kabar ini tersebar di sekolah, banyak kakak kelas dari klub olahraga bahkan klub seni mengajak Violet untuk bergabung ke dalam klub mereka.

"Apa? Dia bisa mengalahkan semua atlet hebat di sekolah ini? Sebenarnya dia orang yang seperti apa?" Bagas bergumam tepat di samping Leo. 

"Yang jelas dia bukan sepertimu. Kenapa harus pusing mikirin orang lain?" sahut Leo sibuk dengan air mineralnya. 

"Kamu yang tidak tahu artinya bakat. Vito berbakat sangat bakat dan bakat yang bakat bakat, Leo!" tegas Bagas.

"BERISIK!" bentak Leo meninggalkan tempat. 

Setelah rumor kehebatan Violet tersebar, memang banyak club' yang meminta Violet masuk ke club' mereka. Club' seni yang tak ingin kalah pun juga ikut mendesak Violet supaya mau masuk ke dalam naungannya. 

"Vito! Kau hebat sekali tadi,"

"Iya, aku tidak menduga jika kau bisa melakukannya!"

"Vito, masuklah ke club' kami. Di jamin, kau akan menjadi idola baru di sekolah ini,"

"Jangan dengarkan dia, Vito! Kau Vito Permana anak baru yang pindahan dari Amerika, 'kan? Bergabunglah bersama kami, di jamin lebih nyaman dari club' lainnya!" 

Semuanya memberitahu kehebatan clubnya masing-masing sampai membuat Violet pusing. Demi keamanan, Violet berpikir bagaimana caranya agar bisa kabur. Akhirnya, ia mendapat ide setelah kepalanya kena pukulan kecil dari siswa lain. 

"Aduh, sakit, woy!" 

"Heh, lihatlah di sana! Ada cewek seksi nan bahenol!" 

Semuanya terkecoh dengan cewek seksi khayalan Violet. Mendapat kesempatan, Violet pun berlari secepat mungkin untuk menghindari kejaran semua siswa. 

***

Ketika Violet sedang kabur dari kejaran para kakak kelas yang bringas menginginkan dirinya masuk ke club' nya, Violet kembali tidak sengaja melihat Leo sedang tidur di taman sekolah. "Leo?"

"Astaga, lagi-lagi dia tertidur?"

"Aku rasa tidurnya sudah sangat cukup di setiap malam. Um, ini kenapa masih bisa tidur di sembarang tempat begini, sih?" gumam Violet. 

Violet sengaja mendekati Leo, sebab sudah tidak ada kakak kelas yang mengejarnya sampai ke taman sekolah itu. Terbuai dengan ketampanannya, Violet sampai ingin mencium Leo secara diam-diam.

"Aku melihat wajahnya bagaikan peri yang sangat langka untuk dapat dipandang. Apakah memang dia keturunan seorang peri atau malaikat?" gumam Violet dalam hati. 

"Bibirnya uh, pengen cium …,"

Mulai lah pikiran kotor Violet menyerang. Ciuman itu gagal karena para kakak kelas yang ingin mengajaknya untuk masuk ke klub telah datang mengejarnya.

"Cepat temukan Vito!"

"Aku tidak mau tau, pokonya Vito harus masuk ke clubku!"

"Mana bisa seperti itu? Club' apaan yang kau pimpinan itu, hah?" 

"Club' mu hanya sebatas kumpulan gay yang tidak berguna!"

Mendengar perdebatan itu membuat Leo terbangun. "Kenapa sangat berisik? Bahkan aku hendak istirahat saja susah sekali!" dengus Leo.

Leo baru tersadar jika pemeran utamanya sedang jongkok di depannya. Tanpa pikir panjang lagi, Leo pun membantu Violet untuk kabur dari kejaran para kakak kelas.

"Kenapa kau datang kemari? Apakah kau sengaja?" sulut Leo. 

"Aku hanya--"

"Kenapa kau selalu menggangguku, Vito!"

Segara Leo menarik tangan Violet. Awalnya mereka kabur, tapi setelah dipikir lagi, Leo tidak ingin terlibat dalam  masalah apapun di sekolah. Ia pun berbalik badan dan membawa Violet menemui semua kakak kelas yang sebelumya telah mengejarnya. 

"Leo, apa yang kau lakukan? Mengapa kau membawaku kepada mereka?" tanya Violet mulai panik. 

"Diam dan jangan banyak bicara jika kau ingin selamat!" ketus Leo. 

Leo memberi kode kepada Bagas untuk membantunya. Bagas yang tahu Violet sedang menghindari para kakak kelas, mengajak Violet untuk bertanding sepak bola. Bagas  sengaja pilih sepak bola karena dia ahli dalam sepak bola, jadi supaya menang.

"Apa ini? Sepak bola? Aku mama bisa!" tolak Violet mentah-mentah. 

"Dengarkan? Dia tidak bisa, kenapa kau memaksanya, Bagas!"

"Aku tidak peduli. Tapi, jika dia mampu mengalahkan aku, maka terserah dia mau memilih club' yang mana, sesuai dengan pilihannya," Bagas memulai negosiasi. "Tapi jika Vito tidak bisa mengalahkan aku, maka dia akan masuk di club' sepak bolaku dan menjadi asisten pribadi Leo selama seminggu, paham?" imbuhnya. 

Awalnya, banyak siswa yang tidak menyetujui keputusan yang diambil oleh Bagas. Tetapi karena Leo juga menyetujuinya maka semua siswa pun terpaksa ikut setuju. 

***

Hari itu, perlombaan di mulai. Saat lomba Bagas tidak sengaja menendang bola mengenai Violet hingga pingsan.

"Apa? Kenapa dia bisa pingsan? Bukankah sebelumnya dia sangat kuat?"

"Apa mungkin si Bagas yang menendang bolanya terlalu kuat?"

"Hei, Bagas! Apa kau cari mati? Dia baru saja lelah berlari, kenapa kau menendang bola kepadanya sangat keras!"

Semua siswa mulai kesal. Berbeda dengan Leo yang melangkah dengan langkah pelan,  langsung menggendong Violet di punggungnya ke UKS.

"Uh, kenapa rasanya sangat berbeda?" gumam Leo dalam hati. 

Leo sempat berhenti sejenak sebelum membawa Violet ke UKS. "Ada apa Leo? Apa Vito berat?" tanya Bagas menghampiri. 

"Tidak, hanya saja  dia memang sedikit lelah. Jadi mungkin pingsannya akan lama," jawab Leo berbohong. 

Leo menyadari sesuatu yang ada pada tubuh Violet. Dada wanita yang pernah Leo rasakan ketika membantu wanita lain, di rasakan lagi ketika menggendong Violet di punggungnya. Barulah Leo menyadari jika Violet  adalah seorang wanita. Itu sangat terlihat jelas, ketika dirinya tak sengaja menyentuh ada korset di dada Violet.