webnovel

Satu Kamar?

"Anak baru itu ... kenapa sedikit berbeda, ya? Dadanya lebih kenyal begitulah," gumam Bagas menyentuh dadanya sendiri. 

Bagas pun lari mengejar Violet. Ia juga berkenalan dengannya dengan berjabat tangan. Mengingatkan akan beberapa waktu saat Violet di tolak oleh Leo ketika hendak berjabat tangan dengannya.

"Vi … Vito! Namaku Vito Permana. Anak baru yang baru saja masuk hari ini," jawab Violet menepis tangan Bagas.

Bagas menyeringai. "Astaga, ditepis dong tanganku?" katanya dengan sok akrab.

Bagas berinisiatif mengajak Violet untuk berkeliling dan memperkenalkan area sekolah. Tak bisa lari lagi, Violet hanya bisa menyetujui ajakan dari Bagas, atau nanti akan membuatnya curiga.

"Bagaimana? Mau tour sekarang?" ajak Bagas.

"Um," Violet mengangguk.

Saat sedang berbincang-bincang tentang olahraga, Violet mengatakan jika dirinya cukup ahli dalam lari maraton. 

"Waw, hebat sekali. Aku malah tidak bisa olahraga apapun," ucap Bagas merendah. 

"Cih, pendusta tapi tak bisa berdusta. Kau pakai pakaian olahraga basket. Apakah ini yang dinamakan tidak bisa berolahraga?" Violet sampai menarik kaos Bagas. 

Bagas pun tertawa. Kemudian, saat tour mereka sampai di aula depan, baru Violet tersadar jika beberapa waktu lalu, dirinya mengajak Leo berteman, mengungkapkan rasa sukanya dan tertolak sadis olehnya. 

"Apa? Ini tempat tadi?" gumam Violet menoleh ke kanan-kiri. 

"Apakah kau teringat beberapa waktu lalu ketika mengajak seorang pria populer di sekolah ini untuk berteman? Lalu, kau bahkan mengatakan jika kau menyukainya, hm?" goda Bagas. 

"Bukan seperti itu. Aku menyukainya, bukan karena aku suka yang suka itu. Melainkan …." ucapan Violet terhenti. 

Bagas tertawa. Ia sudah mengerti apa yang dimaksud oleh Violet. Hanya saja, Bagas suka menggoda seseorang yang hampir saja panik hingga menuju ke ketakutan. Violet khawatir jika ucapannya tadi pagi akan membuat Leo tidak menyukainya. Dengan tenang, Bagas pun menenangkan Violet untuk menghadapi Leo seperti orang yang tak terlihat.

"Kenapa begitu?" tanya Violet.

"Ah, dia sudah terbiasa dengan kesendiriannya. Hidupnya sunyi sepi, tidak asik, selalu bersikap dingin pada semua orang, bahkan selama ini … dia tinggal sendirian di asrama ini," ungkap Bagas seperti ibu-ibu penggosip. 

"Oh, seperti itu." Violet mengangguk-angguk seolah mengerti apa yang coba Bagas ungkapkan. "Kasihan juga, ya. Oh, idolaku Leo, tenang saja! Aku akan membuatmu bahagia, tenang saja. Ada aku! Violet Permata!" seru Violet dalam hati. 

Bel berbunyi. Semua siswa berkumpul du aula besar. Di sana, tidak ada yang berjenis kelamin perempuan kecuali Ibu kantin. Semuanya pria dewasa dan remaja, ya namanya sekolah khusus pria. Violet sama sekali tidak merasa takut akan itu. 

"Buset, banyak juga siswanya. Ah, aku tidak bisa menemukan Leo-ku. Dimana dia?" gumamnya dalam hati. 

Pengumuman kali itu adalah pengumuman pembagian kamar dan juga kelas. Memang sangat mujur bagi Violet. Ia beruntung bisa tinggal di satu kamar yang sama dengan Leo Dirgantara. Namun, sepertinya kabar tentang Violet yang menyatakan rasa sukanya kepada Leo sudah tersebar ke seluruh sekolah. Semua siswi berbisik mengenai keputusan itu. 

"Apa? Ternyata mereka satu kamar?"

"Hah, aku tidak yakin Leo bisa menangani pria menyimpang seperti dia,"

"Dia siapa? Apakah anak baru? Bukankah ini semester ke dua? Bagaimana mungkin dia bisa masuk?"

Desas desis siswa itu membuat telinga Violet panas. Ia kesal dan ingin sekali mengamuk, namun apa daya? Jika dirinya melawan, maka penyamarannya akan terbongkar sebelum gendang pertarungan dimulai.

Di sisi lain, Leo hanya diam saja. Pandangannya selalu menatap ke depan dan sama sekali tidak melirik kepada Violet. Di sampingnya, ada Bagas yang terus tersenyum kepada Violet seperti orang gila.

"Dih, apaan si itu Bagas? Ganteng-ganteng sengklek!" umpat Violet memalingkan wajahnya.

"Kenapa aku merasa dia ini sangat lain dengan siswa lain? Kulitnya yang putih, matanya yang bulat kecil, bibirnya tipis itu … malah terlihat seperti seorang gadis," Bagas sudah mulai curiga.

Pembagian kamar dan juga kelas telah selesai. Leo memutar badannya dan segera pergi ke kamar lamanya untuk mengambil barang-barang miliknya. 

"Hey, dia teman sekamarmu. Apa kau tidak mau mengajaknya sekalian?" bisik Bagas.

"Aku tidak peduli," jawab Leo melanjutkan langkahnya.

Bagas pun menghampiri Violet dan mengajaknya untuk ikut bersamanya. Sebelumnya, Bagas adalah kamar sekamar Leo di asrama. Leo akan menuju ke kamarnya dan Bagas pun ingin Violet ikut serta.

"Vito!" Bagas memanggil.

Violet langsung menoleh. Seolah memang itu adalah namanya sekarang. Segera Violet berlari ke arah Bagas. "Ada apa?" tanyanya.

"Kita akan ke kamar, apa kau mau ikut? Tapi aku sarankan … memang kau harus ikut bersama kami," ajak Bagas.

"Kami?" tanya vito melongo.

"Iyalah! Siapa lagi? Kamu kan akan menjadi teman sekamar Leo. Kamar Leo dan kamu ada di sebelah kamarku. Kita searah, mengapa tidak bersama-sama saja?" jelas Bagas.

Kenyataan itu membuat Violet sangat senang. Bahkan, jantungnya hampir saja ingin meledak karena terus berdebar akan satu kamar dengan lelaki yang diidolakannya. Di situ, Violet sudah mulai sangat gugup menanti kehidupannya selama berada di asrama nanti.

Sekolah dengan asrama tidak dalam satu gedung. Butuh waktu lima belas menit untuk sampai di masing-masing tempat. Setelah sampai di kamar Bagas, Violet hanya diam saja di depan pintu kamar. 

"Kamu ngapain di situ?" tanya Leo.

"Em .. menunggumu," jawab Violet gugup.

"Aku tidak butuh itu!" ketus Leo mengibaskan tangannya, pertanda jika ia telah mengusir Violet.

Sejak pertemuan pertamanya, Bagas memang memiliki perasaan yang janggal kepada Violet. Itu sebabnya ia memperlakukan Violet dengan baik. Sebab, pada dasarnya memang Bagas adalah, siswa populer dengan keramahan dan kejahilannya.

"Kau bisa tunggu Leo di kamar. Itu kamarmu dengan Leo," tunjuk Bagas, di kamar sebelahnya.

"Em, oke. Aku akan me--"

Guk! Guk! Guk!

Suara anjing kecil berwarna putih keluar dari kamar Bagas dan langsung menghampiri Violet. Anjing itu nampak bersikap baik kepada Violet. "Turbo? Milik siapa ini?" tanya Violet.

Bagas terdiam sejenak. Bagas dan Leo memelihara seekor anjing di asrama, anjing itu hanya akan bersikap baik pada dirinya, Leo dan seorang perempuan. Tentu saja hal itu membuat Bagas terkejut melihat anjingnya bersikap baik pada Violet.

"Itu milik kami. Namanya Tubo," jawab Bagas dengan lirih.

"Turbo? Haha nama yang bagus. Pasti larinya kencang sekali, itu sebabnya kau dan Leo memberi nama Turbo, 'kan?" celetuk Violet sibuk dengan Turbo. 

Turbo terus saja menjilati wajah Violet. "Ada apa ini? Selama ini, Turbo hanya mau denganku dan Leo saja. Apakah Vito ini memang seorang perempuan?" gumam Bagas dalam hati.

Dalam pandangan Bagas, Leo memang terlihat seperti seorang perempuan. Tangannya yang kecil dan postur tubuhnya yang mungil memang sama sekali tidak terlihat seperti seorang laki-laki. Apakah Bagas sadar jika Vito ini adalah Violet yang berarti dia seorang perempuan?