Author : Terima kasih banyak buat pembaca setia yang sudah menunggu lama. Maaf ya updatenya lama dikarenakan author lagi sibuk fokus membuat cerita lain yang berjudul "My version, Lucia [Hunter x Hunter]" di website lain dan di website sini juga ada kok. Hehe.. Bagi yang suka silakan di baca đ
Di episode kali ini author akan kasih yang special yaitu ceritanya panjang tanpa ada gangguan dari Chihiro ataupun Jiro si kameraman itu. Dan tentunya, WARNING ALERT!! 21+ ONLY. Silakan lanjut baca buat orang dewasa! Tidak dianjurkan buat anak-anak di bawah umur ya đ
So, tidak usah nunggu lama-lama lagi. Selamat membaca dan enjoy ya! â€
*************************************
Di sebuah cafe yang cukup terkenal bernuansa eropa dengan diiringi alunan musik klasik yang tenang, Takeru sedang syuting sebuah iklan, dia sedang mempromosikan kopi susu "Creamy Cafe au lait" di dalam cafe itu.
Takeru mendapatkan peran sebagai seorang pelayan cafe. Dia menggenakan setelan rompi hitam dengan kemeja putih di dalamnya dan dasi kupu-kupu seperti seorang pelayan cafe asli yang sangat handal. Banyak artis/aktor lain yang berperan sebagai pelanggan yang berdatangan satu persatu mengunjungi cafe tersebut.
Takeru sedang berakting membuat secangkir kopi. Tangan kanannya memegangi teko berisi air panas dan menuangkannya di sebuah cangkir yang sudah berisi biji kopi, lalu mengangkat cangkir itu dan tersenyum manis menghadap ke arah kamera.
Takeru : Apa kau lebih suka rasa yang dewasa yaitu pahit dan kuat? Atau rasa manis yang lembut? Atau keduanya?
Pelanggan menikmati kopi buatan Takeru. Lalu menunjukkan ekspresi terkejut dan tersenyum puas.
Pelanggan 1 : Enak!
Pelanggan 2 : Oh! Apa ini, enak sekali!
Pelanggan 3 : Benar enak sekali (menyesap kopinya lagi)
Takeru : Pfft. Kalau begitu, untuk kalian akan kubuatkan yang paling spesial (tersenyum)
Takeru menuangkan sedikit susu ke dalam kopi hitam tersebut. Kamera lebih mendekati Takeru dan menyorotkan ke kopi buatan Takeru lalu kembali menyorotkan ke arah Takeru.
Takeru : Rasa ringan dengan kopi yang baru digiling ditambahkan dengan susu segar.
Takeru meminum sedikit kopinya lalu kembali tersenyum menghadap ke arah kamera.
Takeru : Creamy Cafe Au Lait.
Sutradara : Cut! Okay!
*************************************
Akhirnya Takeru menyelesaikan syuting iklannya. Di sebuah ruangan tempat peristirahatan, Takeru memeriksa HPnya. Dia merasa bingung dan juga kecewa karena dilihatnya layar HPnya penuh dengan misscall dari Kira, sang manager bukannya dari Shunta.
Tiba-tiba pintu terbuka, dengan senyuman lebar, Kira datang menjemputnya pulang.
Kira : Kerja bagus, Takeru-kun!
Di koridor, Kira memulai percakapan dan berbasa basi bertanya mengenai Shunta.
Kira : Kanzaki-kun, belakangan ini tidak menjemputmu, ya? Apa dia sibuk?
Takeru tidak memberikan jawaban dan hanya diam mendengarkan dengan raut wajah yang sedikit suram. Dia sudah 2 minggu tidak bertemu dengan Shunta, dikarenakan Shunta dan dia sama-sama sangat sibuk. Waktu untuk bertemu tidak ada yang cocok.
Kira : Ya, apa boleh ya, itu karena dia menang penghargaan aktor terbaik sih, makanya sekarang dia jadi dibanjiri banyak tawaran pekerjaan dan menjadi super sibuk.
Di sepanjang dinding koridor dipenuhi dengan poster-poster drama film terbaru Shunta dengan satu artis wanita muda yang sangat menawan dan cantik. Artis wanita itu bernama Yurie Kurokawa.
Poster-poster tersebut sangat besar dengan wajah Shunta yang sedang tersenyum lembut melihat ke arah Yurie yang memandang ke arah depan sambil memegangi wajahnya Shunta.
Di dalam cerita drama film terbarunya, bergenre romance-comedy. Shunta adalah seorang pemuda biasa yang tampan tapi dingin, dia bekerja di sebuah cafe dan jatuh cinta dan tergila-gila kepada Yurie yang seorang wanita muda cantik dan lembut dari pemilik sang cafe tersebut.
Setiap melewati koridor, Takeru merasa panas dan cemburu tapi di lubuk hatinya yang paling dalam, ada sedikit perasaan lega dan bersyukur dikarenakan Shunta adalah seorang gay yang tidak mungkin tertarik pada wanita yang seperti Yurie.
Kira : Ah iya, dia juga akan main drama musim gugur, ya?
Kira tiba-tiba berhenti melangkah karena melihat ada banyak poster-poster besar yang tertempel di sepanjang dinding koridor, lalu mengatakan sesuatu.
Kira : Lihat, poster ini adalah drama film terbarunya, kan? Ini, dia bermain bersama Yurie Kurokawa dan dia sebagai pemeran utama di dalam film itu, kan?
Takeru melihat poster itu dengan tanpa ekspresi apapun, lalu menjawab dengan seadanya.
Takeru : Ohh.. Dia bermain dengan artis besar seperti itu.
Kira : Ya, dan mereka sangat berharap banyak pada Kanzaki-kun.
Takeru : Ohh..
Kira tersenyum geli melihat respon Takeru yang tidak terlalu bersemangat dan menatap malas poster itu. Lalu mencoba untuk menggodanya sedikit.
Kira : Kau pasti kesepian ya tidak bisa bermain lagi dengannya, Takeru-kun?
Takeru : Tentu saja tidak mungkin!
Takeru merasa kesal dan gengsi untuk mengakuinya dan dia pun langsung membuang muka ke samping.
Takeru : Pada akhirnya kehidupan damaiku kembali, loh.
Takeru kembali melihat ke arah poster itu lalu mendengus dengan kesal.
Takeru : Hmph! (Dia sungguh keterlaluan! Membuatku kesal saja.)
*************************************
Keesokan harinya, Takeru selesai syuting dan hendak pulang ke apartermennya. Dia turun menggunakan lift. Takeru bersandar di dalam lift sambil menunggu lift sampai tiba di paling dasar, Takeru sibuk dengan pikirannya, "Kau akan sibuk bila berhasil memenangkan aktor terbaik, itu memang sudah jelas, kan? Tapi, dia..."
Takeru tiba-tiba teringat akan dengan perkataan Shunta yang dulu.
"Tapi aku akan datang menemuimu setiap hari" (bagi readers yang lupa, bisa dilihat kembali di ep 17 ya)
Tiba-tiba Takeru merasa kesal, di dalam hatinya dia mulai marah dan memberontak, "Apanya yang datang menemuiku setiap hari, hah?! Gundulmu itu! Ini sudah lebih dari seminggu tao! Bukan hanya lupa akan menemuiku, tapi bahkan lupa menghubungiku juga!"
Lift terbuka, Takeru dan Kira keluar dari dalam lift dan berjalan menuju ke arah pintu keluar.
Takeru : Ah, Kira-san, aku pulang sendirian saja.
Kira : Loh? Kenapa?
Takeru : Ah, soalnya aku mau mampir beli sesuatu dulu.
Kira : Tapi, apa tidak apa-apa?
Takeru : Iya (tersenyum)
Kira : Baiklah. Kalau begitu, besok pagi aku jemput ya?
Takeru : Iya, tolong ya (tersenyum)
Kira pergi meninggalkan Takeru di tempat, Takeru berjalan ke arah tempat area parkiran mobil.
Takeru : Baiklah, aku akan pergi beli kue dulu, setelah itu--
Tiba-tiba terdengar suara Shunta di tempat area parkiran mobil.
Shunta : Kerja bagus, sayang.
Takeru merasa familiar dengan suara tersebut dan langsung menghentikan langkahnya lalu tersentak kaget melihat Shunta sedang berdiri tepat di depan mobil sedan hitamnya.
Takeru : Eh? Chun-ta? Apa aku sedang mengkhayal ya? Hahaha... (tertawa kaku sambil menggeleng-gelengkan kepalanya)
Shunta tersenyum tipis dan raut wajahnya kembali menyeramkan. Lalu langsung menarik tangan Takeru.
Takeru : Tu-tunggu... Chu-chunta?!
Shunta mendorong paksa Takeru masuk ke dalam mobil sedan hitamnya itu. Takeru sudah duduk di dalam mobil lalu melihat ke arah Shunta dengan marah.
Takeru : Apaan, sih?! Hentikan! Hei, jangan memasukkanku dengan paksa seperti ini kedalam sini dong! (protes)
Shunta : Tolong naiklah. Nanti aku bayar 1000 yen, kok.
Takeru : Haa?! Oi, bukan 1000 yen itu masalahnya, tao!
Shunta tidak menanggapi keprotesan Takeru dan langsung menutup pintu mobilnya. Takeru masih berkomat-kamit tidak jelas di dalam mobil.
Shunta berlari kecil dan masuk ke dalam mobil, tanpa berkata apapun, dia mulai menhidupkan mesin mobilnya.
Takeru masih mengeluh dengan kesal tanpa henti.
Takeru : Sialan! Sudah lama tidak bertemu, dan juga tidak pernah menghubungiku sekali pun, tapi malah menculikku begini--
Takeru tidak melanjutkan kata-katanya karena Shunta tiba-tiba menyodorkan 1000 yen ke arahnya. Sejenak Takeru terdiam dan melihat ke arah uang 1000 yen yang ada di depannya.
Takeru : Eh?
Shunta : Tolong pasangkan seatbelt (sabuk pengaman).
Shunta tidak melihat ke arah Takeru saat menyuruh Takeru memasangkan seatbelt maupun menyodorkan uang 1000 yen.
Shunta : Dan ini (1000 yen) silakan.
Takeru : Ah, ya ya...
Takeru kebingungan dengan sikap Shunta yang tiba-tiba seperti ini dan dengan diam menerima uang 1000 yen itu, lalu tanpa banyak bicara dan dengan patuh menarik seatbelt di sampingnya dan memasangkannya ke samping jok kursi.
Takeru kembali melihat ke arah Shunta. Dia melihat raut wajah Shunta berubah, tidak terlihat ada senyuman sedikit pun di wajahnya.
Takeru pun tidak berani berbicara apapun pada saat ini juga. Dan seolah-olah, dia bisa melihat ada sayap hitam yang berterbangan di sampingnya.
Takeru : (Kenapa dia? Apa dia sedang marah?)
Mobil melaju dengan cepat. Di sepanjang jalan, mereka tidak berbicara satu sama lain. Shunta mengemudi sambil terus memakan beberapa permen "FRESCâ" yang keras itu lalu mengunyahnya dengan kesal.
Takeru memeluk tas kerjanya dengan erat. Dia sedikit takut dengan Shunta yang sekarang. Dia merasa ngeri dan ngilu saat mendengar Shunta mengunyah permen "FRESCâ" yang keras itu dan karena sudah tidak bisa bertahan lagi, akhirnya dia memberanikan diri untuk berkomentar.
Takeru : Apa kau harus mengunyahnya sampai seperti itu?
Shunta tidak menanggapi pertanyaan Takeru. Dengan tidak sengaja, Takeru menoleh sekilas ke arah belakang lalu melihat ada sekantong plastik hitam besar yang dipenuhi dengan permen "FRESCâ".
Takeru tersentak kaget lalu merasa takut. Dia kembali melihat ke arah Shunta yang sedang mengunyah permen tersebut, seketika raut wajah Takeru berubah menjadi pucat. Dengan gugup Takeru memberanikan diri untuk bertanya.
Takeru : (Oi! Jangan membuatku takut begini napa!!) Chu-chunta...
Shunta : Ya?
Takeru : K-kau kenapa? Kalau ada masalah, kita bisa bicara dengan baik-baik, kan? (gugup)
Shunta : Kenapa kau tidak pernah menghubungiku?
Takeru : (Ha?! Apa dia marah cuma karena hal ini?! Seharusnya aku yang marah dong! Dasar!) Ah, kau kan sibuk, jadi aku tidak mau mengganggumu... (Lagian seharusnya kau yang menghubungiku, kan?! Kenapa harus aku!)
Shunta tidak menanggapi perkataan Takeru.
Takeru : Hei..
Shunta : Ya?
Takeru : Ini bukan ke arah apartermenku, kan? Arahnya terbalik. Kita mau ke mana?
Shunta yang masih merasa kesal terus memasukkan permen "FRESCâ" ke dalam mulutnya. Shunta berusaha untuk tenang.
Shunta : Tempat yang ingin aku kunjungi bersamamu, sayang.
Takeru : (Tempat yang ingin dia kunjungi? Tapi ini kan di daerah pabrik) Hei, Chunta... Besok aku ada pekerjaan, loh.
Shunta : Aku tahu.
Shunta semakin mempercepat laju mobilnya. Takeru sedikit gemetaran dan menahan air matanya supaya tidak tumpah. Raut wajahnya kembali memucat. Dia sudah merasa tidak nyaman dan ketakutan.
Takeru : (Dia kenapa sih? Aku takut. Kenapa dia menjawabnya dengan dingin gitu? Apa aku ada berbuat kesalahan? Aku rasa tidak, tapi kenapa dia sampai terlihat sangat kesal gitu?) Ja-jadi... Aku ingin... Balik ke rumah.
Shunta : Maaf. Tapi aku tidak bisa memulangkanmu sekarang.
Takeru tersentak kaget dengan jawaban Shunta, lalu berpikir dengan keras, "Oi, apa yang ingin dia lakukan kepadaku di daerah pabrik malam-malam begini? Jangan bercanda dong!"
Takeru : Chu-chunta... A-apa sekarang kau sedang marah padaku?
Shunta : Tidak.
Takeru : Te-terus kenapa?
Shunta tiba-tiba menghentikan mobilnya di tengah jalan, lalu dengan geram menghentakkan kepalanya ke arah stir mobil.
Shunta : Haaah.. Tidak bisa!
Takeru masih ketakutan, tubuhnya gemetaran hebat, dia tidak berani melihat ke arah Shunta. Takeru melihat ke arah luar jendela mobil dengan wajahnya yang pucat pasi, dan juga masih berusaha menahan air matanya.
Takeru : Eh, bi-bisa, kok. Bisa. Ayo kita bicara baik-baik, Chunta-kun. Sebenarnya apa yang membuatmu marah--
Shunta yang menyadari Takeru sedang ketakutan, berusaha tenang dan langsung menoleh ke arah Takeru.
Shunta : Dengar! Aku tidak marah padamu, aku sedang marah pada diriku sendiri!
Takeru langsung melihat ke arah Shunta.
Takeru : Haa? Apa maksudmu?
Shunta : Pertama, aku kesal karena aku dan kau sama-sama terlalu sibuk. Karena itu, aku jadi tidak bisa menemuimu dan itu membuatku marah!
Takeru : Ta-tapi biasanya meskipun kau sangat sibuk, kau juga bisa memaksa untuk menemuiku, lalu menculikku seperti yang dulu kau suka lakukan padaku, kan?
Shunta : Aku tidak bisa melakukannya.
Takeru : Oh, okay. Terus kenapa kau tidak mencoba untuk menghubungiku?
Shunta : Aku tidak ingin mengganggu perkerjaanmu.
Takeru : (Aku tidak mengerti sih, tapi...) Terus yang kedua apa?
Shunta : Aku sudah tidak tahan lagi!
Shunta langsung membuka seatbeltnya, dan itu membuat Takeru kaget dan takut.
Takeru : Eh?! A-a-apa?
Shunta langsung menurunkan sandaran kursi Takeru dengan kasar dan melompat ke jok samping lalu menindih tubuh Takeru.
Shunta : Aku... Sudah tidak bisa menahannya. Padahal aku tahu jadwalmu, sayang. Aku tahu betapa sibuknya dirimu. Itu sebabnya seperti yang ku katakan tadi, walaupun aku sibuk tapi kau lebih dari itu. Dan aku terus menahan diriku, meskipun aku sangat ingin bertemu denganmu.
Shunta membuka resleting celananya dan juga jaketnya dengan terburu-buru. Dia sudah tidak bisa menahan harsat yang ada di dalam dirinya.
Shunta : Maaf. Aku sudah berusaha bertahan sampai saat ini tapi aku sudah tidak bisa, ini sudah mencapai batasku. Aku ingin menyentuhmu, menciummu, Takeru-san. Aku ingin melakukan sex denganmu sekarang juga, sayang. Ayo kita lakukan (wajah memelas)
Takeru : To-
Shunta : Apa?
Takeru : TOLOL!!!! (berteriak)
Shunta tersentak kaget, karena Takeru tiba-tiba berteriak marah padanya.
Shunta : Sa-sayang?
Takeru menutupi wajahnya. Air mata yang ditahannya sejak tadi pun tumpah. Takeru memukul Shunta dengan tas kerjanya lalu sedikit bangkit.
Takeru : Kalau kau ingin... Hiks... Jangan membuatku takut begini, dasar bodoh!!! (marah)
Shunta : Ah, maaf...
Takeru kembali bersandar lalu menangis dan menutupi wajahnya dengan tangannya. Shunta kebingungan dan hanya diam mendengar omelan Takeru yang panjang itu yang sambil menangis dan juga marah.
Takeru : Sial! Apa maksudmu itu?! (gemetaran) Jangan menakutiku dong, dasar brengsek!! (menangis)
Shunta : Eh, apa aku telah melakukan sesuatu? (bingung)
Takeru : Iya, brengsek! Kau tidak menemuiku dan juga menghubungiku. Yang benar hiks... saja! (marah dan menangis)
Shunta : Itu... Aku--
Takeru tidak memberikan kesempatan untuk Shunta berbicara.
Takeru : Siapa yang menyuruhmu untuk melakukan itu, hah?! Kau, orang sangean gila sepertimu itu malah menakutkan kalau menahan diri tao! (merasa kesal) Setelah terus mempermainkan diriku, jangan tiba-tiba malah menghilang gitu, brengsek!
Mendengar perkataan yang dilontarkan oleh Takeru, Shunta malahan bertambah senang dan tidak merasa bersalah sama sekali.
Shunta : Sayang (berseri-seri) Kalau kamu mengatakan hal imut seperti itu, aku jadi tidak tahan lagi, loh (senang) Apa kau yakin?
Takeru menatapnya dengan tajam, lalu kembali menangis sambil marah.
Takeru : Aku... Hiks... Aku pikir aku berbuat salah apa. Aku pikir hiks kau marah padaku. Meskipun aku yang marah jadinya (menatap Shunta) Kau membuatku gugup tao, dasar gila!! Lain kali jangan menghindariku seperti ini lagi ya, bodoh!! Apalagi tidak menghubungiku sampai dua minggu! Apa kau gila, hah dasar brengsek!! Dan lihat, kau juga sampai membawaku ke daerah pabrik gini! Aku sungguh tidak mengerti dengan pemikiranmu itu! Apa sih maumu, hah?! Mau memperkosaku?! (mengomel-omel sambil menangis)
Shunta : Hehehe maaf.
Takeru : Berani tertawa lagi?! Jangan tertawa, bodoh!!
Shunta : Maaf... (merasa bersalah)
Takeru : Haaah... (menghela nafas) Jadi?
Shunta tersenyum lembut, dia merasa Takeru sangat menggemaskan lalu mengusap air mata yang ada di pipi Takeru.
Shunta : Maaf, sayang... Kan tadi aku sudah bilang kalau aku tidak marah padamu.
Takeru sudah tidak menangis lagi, dia pun merasa lega dan tenang.
Takeru : Begitu, jadi, tadi kau bilang ingin melakukannya?
Shunta : Iya, apa boleh? (wajah berbinar-binar)
Takeru memukul dada bidang Shunta dengan kesal.
Takeru : Kalau kau bertanya begitu tentu jawabanku adalah tidak!! Karena tidak mungkin. Jadi tahanlah!
Shunta : Eh... (sedih)
Akan tetapi, Shunta tidak perduli dengan hal itu karena dia sudah tidak bisa menahan harsatnya lagi yang sudah dari tadi mencapai puncak. Tanpa berbicara, dia langsung mencium lembut leher Takeru sambil meraba-raba tubuh Takeru.
Takeru : Chunta, oi hentikan! (pipi merona)
Shunta : Sebentar saja sayang... (berbisik)
Shunta mencium bibir Takeru dengan lembut.
Takeru : Ngg...
Shunta melepaskan ciumannya dan mereka berdua terengah-engah. Shunta melepaskan tali pinggangnya Takeru. Lalu mengangkat baju Takeru ke atas, dan menjilati puting Takeru. Takeru mendesah.
Takeru : Aah... Chunta jangan disini, kita ada di tengah jala-- ahh..
Shunta tersenyum lalu berbisik dengan pelan.
Shunta : Tidak apa-apa, di daerah pabrik, kalau jam segini jalanan sepi dan gelap sayang.
Shunta membuka celana dalamnya Takeru. Terlihat penis Takeru sudah berdiri dan mengeras. Shunta tersenyum senang.
Shunta : Sayang, ternyata kamu juga suda--
Takeru : Diam!! (malu)
Shunta : Pfft baik.
Shunta menyuruh Takeru pindah ke jok belakang. Dan mereka berdua pun sudah pindah ke jok belakang, Takeru sedikit bersandar ke arah pintu.
Shunta : Sayang, berbaliklah.
Takeru : Gak mau, kamu memangkuiku saja. Dan jangan melepaskan baju dan celana, takut tiba-tiba ada yang datang.
Shunta : Baiklah (tersenyum)
Shunta memangkui Takeru dan Takeru pun duduk di selangkangannya Shunta. Mereka berdua pun mulai melakukan sex. Shunta memasukkan penisnya ke lobang pantat Takeru dengan pelan dan mulai menggerakkan pinggul Takeru dengan pelan.
Takeru : Aah... Aahh... Chunta lebih cepat sedikit.
Shunta tersenyum mendengar Takeru memerintahnya lalu mencoba menggodanya sedikit.
Shunta : Pfft tumben, kenapa? Bukannya biasanya kamu tidak suka kalau aku mempercepat gerakkanku?
Takeru merasa malu, wajahnya memerah.
Takeru : Uggh itu karena kamu membuatku terbiasa, dasar bodoh!
Shunta pun terkekeh dan mulai mendorong lebih dalam lalu menggeluarkan dan mendorong lagi sambil mempercepat gerakkannya. Takeru mendesah dan merasa nikmat.
Takeru : Aagh... Ja-jangan terlalu dalam, Chun... Aagghh... Sa-sakit.. Aaghh..
Takeru melingkarkan tangannya ke leher Shunta.
Shunta : Sayang, aku mencintaimu...
Shunta mencium bibir Takeru. Dan lebih mempercepat gerakkannya lagi, sehingga membuat Takeru mendesah tak karuan.
Dari luar, terlihat mobil sedan hitamnya Shunta bergoyang-goyang pelan. Tiba-tiba ada sebuah mobil yang melewati jalan tersebut lalu seorang cewek yang memerhatikan jalan lewat jendela tiba-tiba berseru.
Cewek : Lihat mobil itu bergoyang!
Cowok : Mungkin ada sepasang kekasih yang sedang bercinta di dalamnya. Hehe
Cewek : Masa di tempat begini?
Cowok : Mungkin saja. Haha...
Akhirnya mereka selesai melakukan sex di dalam mobil. Takeru merapikan baju dan celananya. Lalu menarik leher Shunta dan mereka pun berciuman kembali. Setelah itu, Shunta tersenyum lalu kembali menghidupkan mesin mobilnya.
Takeru : Chunta...
Shunta : Ng?
Takeru : Aku heran padamu, kalau mau bercinta, kenapa kamu sampai harus membawaku ke daerah pabrik gini?
Shunta : Ah, sebenarnya aku bukan mau mengajakmu ke sini. Tapi untuk sampai ke sana musti melewati sini. Hehe...
Takeru : Be-begitu?
Shunta : Iya (tersenyum)
Takeru : Ya sudah, cepat ke sana dan terus pulang!
Shunta : Ya!
-Bersambung-
So, bagaimana Readers? đ Seru? Biasa? Ayo berkomentar! Tolong tulis di komentar ya! Dan semoga episode kali ini bisa sedikit menghibur dan kalian menyukainya ya â€
Jangan lupa komentar, like/favorite, review dan rate 5 bintangnya ya. Author tunggu loh. Terima kasih. See you on the next episode. Bye...