waktu menunjukkan pukul 17. 33 ketika mobil Alqi terparkir dengan mulus di depan halaman rumah Rea.
Rea bergegas turun dari mobil dan mengetuk pintu. Alqi mengikuti Rea dengan tenang. Ia tersenyum melihat tingkah Rea yang seperti anak kecil pulang sekolah.
Tak lama mengetuk ibunya keluar.
"ibuuu" ujar Rea sambil memeluk ibunya.
"kamu kenapa nak?" tanya ibunya sambil membalas pelukan anaknya.
"Rea rindu ibu" tanya Rea masih tetap bergelayut pada ibunya.
Alqi lalu menyalami ibu mertuanya itu.
"ayo masuk" ajak ibunya.
Mereka masuk rumah dan duduk di ruang tamu. Rea memilih duduk di sebelah ibunya. Ia masih memeluk erat ibunya.
"Rea" panggil ibunya.
"hm" sahut Rea sambil mendongak melihat ibunya.
"kapan kamu punya anak, ibu sudah tidak sabar mau menimang cucu"
Rea dan Alqi terbelalak. mereka saling berpandangan. Rea melepas pelukannya.
"ah ibu, aku baru saja menikah sudah menanyakan cucu"
"ibu ini sudah tua nak, ibu ingin cucu"
"anak itu rezeki bu, nanti kalau ada rezeki kita anak di karuniai anak" ujar Alqi. sebenarnya ia ingin anak. tapi memikirkan usia pernikahan mereka yang baru seumur jagung ia lebih tidak ingin memikirkan.
"ibu" tiba-tiba Retha masuk. Ia baru saja pulang kerja.
"eh, ada Rea sama Alqi" ujar Retha. Ia duduk tak jauh dari Rea.
"iya" jawab Rea acuh.
Retha mencondongkan badannya dekat Rea dan berbisik.
"Bagaimana uang ku, aku tunggu satu minggu lagi"
Rea dengar dengan muka masam.
Dasar kakak mata duitan.
"aku masuk dulu ya, aku mau mandi. bye" ujar Retha melambaikan tangan.
Rea menghembuskan nafasnya kasar, kesal dengan sikap kakaknya.
"kenapa sayang?" tanya Alqi melihat perubahan raut wajah Rea yang berubah.
"tidak apa-apa" ujar Rea malas.
dijelaskan juga kamu tidak akan mengerti kehidupan ku.
Rea melihat jam di hpnya.
"Mas, kita makan malam di sini ya"
"hm iya"
"ayo bu, kita masak"
"baiklah"
"Mas aku bantu ibu masak dulu ya, kamu di sini aja kalau capek ke kamar aku aja mas" ujar Rea menawarkan
"tidak. aku disini saja"
"baiklah"
Rea dan ibunya pergi ke dapur. Alqi memilih memainkan hpnya.
Rea dan ibunya asik memasak di dapur.
Retha keluar kamarnya dan menuju ruang tamu. Ia melihat Alqi sendiri di sana. timbul pikiran jahatnya.
Ia duduk di sofa depan Alqi. Alqi sama sekali tidak menggubrisnya. Retha kesal dengan Alqi yang sama sekali tidak melihatnya.
sabar Retha.
"hm...Alqi apa Rea baik pada mu" basa basi
"tentu saja"
"Alqi, aku ingin membeli skin care tapi uang ku tidak cukup, hm...so bisakah kamu memberi ku uang, sedikit saja, pinjam juga tidak masalah" ucap Retha to the point.
Alqi melihat Retha dengan mengernyitkan dahinya. Sedang mencerna apa yang sedang kakak iparnya itu katakan.
bagaimana ia bisa tidak tahu malu.
Alqi mengeluarkan uang dalam dompetnya. memberikan pada Retha. wajah Retha berbinar ketika Alqi memberikan nya banyak uang.
"itu untuk kakak ipar, tidak usah di ganti aku memberinya"
"terima kasih Alqi, terima kasih banyak"
"hm" jawab Alqi singkat dan fokus lagi pada hpnya.
"kalau begitu aku ke dapur dulu ya, mau bantu ibu sama Rea"
"hm"
"apa kamu mau minum?"mencoba basa basi lagi
"tidak"
"oh baiklah"
Retha pergi ke kamarnya menyimpan uangnya. lalu ke dapur. bukan untuk membantu hanya untuk memamerkan pada Rea.
"Alqi memberi ku uang" bisik nya pada Rea ketika sampai di dapur.
Rea yang sedang memotong wortel langsung memandang kakaknya.
"kak Retha yang minta?" tanya Rea ketus.
berani sekali dia. Aku saja tidak berani. murahan sekali.
"aku tidak minta tapi Alqi yang memberikan" ucapnya sambil duduk di samping Rea.
"aku tidak percaya" ujar Rea dan berdiri.
"sudah kalau tidak percaya"
Rea tidak menggubris. Retha kesal karena Rea tidak menggubris.
"kamu iri ya" ujar Retha memanas-manaskan Rea.
"kenapa aku harus iri. dia suami ku, aku bahkan bisa meminta apa pun padanya" ujar Rea membuat Retha semakin kesal.
Retha tidak membalas. Rea benar juga.
"sudah sudah jangan berantem" ujar ibunya.
"tidak kok bu" jawab Rea.
Selesai memasak mereka makan malam bersama.
"aku rindu masakan ibu. ini enak sekali" ujar Rea dengan semangat memakan masakan ibunya.
"sayur kamu juga enak nak" ujar ibunya.
"ini kamu yang masak?" tanya Alqi mencoba sayur sop yang di masak Rea.
"iya"
"enak sayang" ujar Alqi membelalakkan matanya.
"oh ya?" tanya Rea.
"kamu pintar sekali memasak ya" puji Alqi
"tidak juga" ujar Rea tersipu-sipu.
Selesai makan mereka mengobrol sebentar.
Alqi melihat jam sudah pukul 21.24
"kita pulang sayang?" tanya Alqi.
"tidak usah nak. ini sudah malam. tidur sini saja" ujar ibunya.
Rea memandang Alqi seperti meminta jawaban. Alqi berpikir sejenak.
Alexsa juga tidak ada dirumah. tidak masalah kalau di menginap di sini
"iya. kita tidur di sini saja" ujar Alqi.
"besok kan kamu kerja mas"
"besok pagi kita pulang"
"baiklah"
Rea mengajak Alqi kekamarnya. Alqi pergi kekamar mandi. Ia mandi menyegarkan badannya.
Setelah itu ia keluar menggunakan celana pendek dan kaos putih.
Setelah Alqi mandi Rea juga mandi. Ia menggunakan baju tidur merah.
Saat keluar kamar mandi ia melihat Alqi sudah memejamkan matanya. Rea ikut berbaring disamping Alqi. Ia berbaring membelakangi Alqi. Tapi sesaat kemudian ia menghadap Alqi. Melihat wajah tenang Alqi. menatapnya lamat-lamat.
"apa yang sedang kau lihat sayang?" tanya Alqi.
Rea tersentak kaget. ternyata Alqi belum tidur.
"a-aku...." Rea gugup. Ia tertangkap basah sedang menatap tuan muda ini.
"kau membuatnya tergoda sayang" ujar Alqi.
Rea tahu maksudnya dan Alqi segera menerkam Rea. Rea tidak bisa lari. salahnya juga membuat tuan muda ini terbangun.
Ia pasrah. menerima setiap kenikmatan yang Alqi berikan. malam panjang menjadi milik mereka lagi.
Pagi tiba ketika Rea membuka matanya dan melihat Alqi sudah tidak ada disamping. Ia melihat sekitar.
Tiba-tiba Alqi keluar dari kamar mandi. Ia sudah mandi. terlihat air menetes dari rambutnya dengan dada bidang terbuka.
Rea menelan ludah melihat pemandangan di depannya.
"apa yang kamu lihat sayang?"tanya Alqi lagi-lagi dengan nada menggoda Rea
"ti-tidak" jawab Rea gugup.
Rea melihat mata Alqi tertuju pada sesuatu. Rea mengikuti arah mata Alqi dan Rea baru sadar bahwa selimut yang melilit tubuhnya hampir melorot. Ia terkejut dan segera menaikan selimutnya.
Lalu ia berlari kekamar mandi dengan masih memeluk selimutnya. Meninggalkan Alqi yang tertawa melihat tingkahnya itu. Rasa malu menghantamnya.
Ia segera mandi.
Setelah itu mereka pulang ke apartemen untuk Menganti pakaian kantor Alqi