"Lo kenapa, lo gak mau jauh dari Reynard iya?"
"Kalau iya?" Gue mau tahu respons dia kalau gue jawab 'iya' dia mau seperti apa.
Gue ingin tahu ekspresi dia kalau gue memilih untuk tidak menjauh dari Reynard. Dia bakalan marah atau apa? Gue penasaran.
Plak!
Lagi-lagi tamparan itu kembali mendarat di pipi gue. ternyata respons yang dia berikan adalah sebuah emosi yang diluapkan melalui sebuah tamparan. Shh, tamparannya terasa perih di pipi gue.
Tuhan, kuatkan aku untuk tidak emosi pada salah satu ciptaan-Mu yang sekarang sedang berada di hadapanku.
"Jangan pikir dengan lo bersama dengan Reynard lo bakalan bisa bahagia. Ingat itu!" ucap dia dengan nada yang begitu penuh penekanan.
Gue sedari tadi kebanyakan diam. Gue malas untuk menimpali percakapannya. Gue lebih memilih untuk berdiam diri dan membiarkan dia bermonolog.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com