webnovel

I don't know you, but I Married you

Kenan sudah pasrah, keinginannya untuk menikahi kekasih 8 tahunnya hanya tinggal mimpi. Karena permusuhan kedua orang tuanya mereka gagal untuk melangkah ke pelaminan. Baru saja patah hati ayahnya langsung meminta Kenan untuk menikah dengan wanita pilihannya. Siapa kah dia??apa mungkin dia bisa mengobati luka hati Kenan atau justru sebaliknya??

Keyatma · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
521 Chs

Emosi Bumil

Kenan berjalan menuju parkiran. Jam ditangannya sudah menunjukkan pukul 8 malam dan sudah pasti Jesica akan mengomel karena Kenan lembur hingga larut. Kenan mulai menyalakan mesin dan melaju dengan mobilnya namun tak jauh dari kantornya dia melihat Natasya sedang berdiri.

"Sya lagi ngapain?" Kenan membuka kaca mobilnya.

"Nunggu taksi pak."

"Taksi?" Kenan melihat ke sekeliling tidak ada tanda-tanda taksi datang.

"Iya pak.."

"Ayo masuk biar saya anterin."

"Ga usah gapapa."

"Udah masuk aja, udah malem ini jarang ada taksi lewat sini."

"Iya pak." Natasya akhirnya masuk kedalam mobil dan memberitahu Kenan dimana rumahnya.

"Saya jadi ngerepotin bapak."

"Engga kok, ga papa." Kenan menyetir dengan tenang. Pakaian Natasya memang sudah tak seterbuka kemarin tapi tetap saja ukurannya yang ketat membuat lekuk tubuhnya dapat terlihat jelas.

"Setiap hari emang suka naik taksi?"

"Engga sih pak, kadang bareng temen."

"Disini rumah sendiri atau nge kos?"

"Rumah sendiri pak, saya tinggal saya ibu saya."

"Berdua aja?"

"Iya pak. Bapak tumben pulang malem."

"Iya, lagi kejarin laporan."

"Awas pak jangan cape-cape nanti sakit." Natasya perhatian namun Kenan tak membalasnya lagi. Sepanjang perjalanan Natasya banyak bertanya bahkan sesekali dia menggoda dengan nada bercanda membuat Kenan sedikit risih.

"Denger-denger istri bapak lagi hamil ya?"

"Iya, baru 2 bulanan lah."

"Wah tokcer bapak." Natasya dengan senyuman.

"Ini kan rumahnya."

"Iya pak.."

"Ya udah masuk, udah malem."

"Iya pak, Makasih ya."

"Iya sama-sama." Kenan kali ini segera pulang.

****

Jesica sudah kesal menunggu Kenan. Sedaritadi dia menunggu suaminya itu pulang dan tidak lama Kenan pulang.

"Lama banget Mas."

"Maaf sayang.." Kenan langsung menghampiri istrinya yang sedang duduk disofa dan mencium keningnya.

"Wangi apa nih?"

"Apa?" Kenan mengendus kemejanya. Sial ini pasti parfum Natasya. Jesica bisa ngamuk berat jika tahu dia mengantar Natasya.

"Ini Parfum cewek, Mas habis darimana?"

"Hmmm...tadi Mas nganterin Tasya. Udah ma...."

"Oh...pantes pulang jam segini.." Jesica langsung emosi dan berdiri menjauh dari Kenan.

"Sayang denger dulu..."

"Bilang aja Mas nge date sama dia bukan lembur, tega ya Mas istri lagi hamil gini Mas malah keluyuran sama cewek. "

"Bukan gitu...."

"Kenapa?Aku udah gendutan ?ga cantik lagi jadi Mas nyari lagi?"

"Engga ka, denger Mas dulu..."

"Pergi! jangan tidur disini aku ga suka sama aromanya." Jesica mendorong kenan keluar dari kamarnya lalu mengunci pintu.

"Ka...denger dulu." Kenan mengetuk pintu tapi tak ada jawaban dari dalam. Jesica benar-benar kesal dengan Kenan sekarang. Kenan tahu mengantar Natasya adalah kesalahan tapi dia benar-benar hanya berniat untuk menolongnya tak ada niatan lain selain itu. Kenan membuka pintu kamar disampingnya. Dia tak tahu harus berbuat apa. Dia segera membuka kemejanya dan segera pergi ke kamar mandi.

"Duh...sekarang harus ngejelasinnya gimana lagi. " Kenan berbicara sendiri lalu membasuh wajahnya dengan air. Selesai mencuci mukanya dia kembali menuju kamarnya.

"Ka...buka pintunya dong Mas mau ambil baju nih." Kenan dengan lembut namun belum ada jawabannya.

"Sayang..." Kenan mengetuk lagi. Tidak lama suara kunci terbuka terdengar dengan segera kenan masuk. Dia melihat Jesica berbaring lagi, menutupi dirinya dengan selimut sambil memunggunginya.

"Sayang..." Kenan duduk ditempat tidurnya.

"Cepet ambil bajunya." Jesica dengan jutek.

"Liat Mas dulu dong."

"Aku mau tidur." Jesica semakin menarik selimutnya.

"Kasian bayinya kalo kamu marah-marah nanti kamu cape dia juga cape."

"Kasian?Mas yang ga kasian sama bayinya."

"Mas..."

"Stop!Aku ga mau ribut malem-malem." Jesica menghentikan ucapan Kenan membuat Kenan juga kesal tapi karena Jesica hamil dia tak berani memarahinya. Kenan membiarkan Jesica tertidur sementara dia mulai bersandar di tepi ranjang dan memanjangkan kakinya.

"Mas tolongin dia karena inget kamu. Mas takut. Takut kalo kamu yang lagi kesusahan kaya dia ga ada yang nolong. Mas ga ada niat lain. Mas juga takut kalo Mas ga nolong dia anak kita kenapa-kenapa." Kenan menghela nafasnya sebentar.

"Mas baca-baca aja katanya meskipun istri yang hamil tapi suami juga harus hati-hati. Maaf...Mas ga maksud bikin kamu kesel. Mas emang udah tahu kamu bakalan marah kalo tahu Mas nganterin Natasya tapi daripada bohong mending jujur." Kenan berbicara lagi. Tidak ada respon Kenan pun bangkit dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Jesica yang sebenarnya mendengar ucapan Kenan tadi sedikit tersentuh. Dia mendengar suara air yang menandakan Kenan sedang mandi. Dia menyibakkan selimutnya dan menyiapkan baju untuk suaminya itu. 1 Jam berlalu Kenan keluar menggunakan handuknya.

"Bajunya udah aku siapin, Mas mau makan apa?" Jesica membuat Kenan tersenyum.

"Mas ga lapar, udah ga marah lagi kan?" Kenan yang masih bertelanjang dada mendekati Jesica.

"Dasar suami nyebelin." Jesica sambil memeluk dan merasakan dinginnya badan Kenan.

"Kamu hamil tuh ga jadi jelek sayang, malah tambah cantik. Ga ada urusan badan kamu mau gemukan juga. Malah makin sexi tuh Mas liat."

"Bohong."

"Seurius."

"Hm... ngomong-ngomong udah lama juga ya.." Jesica tanpa malu mulai merayap ke air handuk Kenan.

"Jangan, Mas takut." Kenan menahan tangan Jesica.

"Ga papa kok Mas pelan aja."

"Iya Mas tahu, Mas udah nanya-nanya sama Alex tapi Mas takut. Ini kan yang kita mau, Mas takut kamu sama bayinya kenapa-kenapa."

"Daripada Mas liatin cewek lain."

"Engga, Udah kamu tidur aja Mas pake baju dulu." Kenan melepaskan pelukan Jesica dan memakai pakaian yang telah disiapkan istrinya tadi. Sebenarnya dia sudah memiliki hasrat untuk melakukannya tapi ketakutan akan melukai bayi dan Jesica membuat dia harus menahannya. Kehamilan Jesica merupakan sesuatu yang sulit didapatkan dia tak mau menghancurkannya hanya karena keinginannya sendiri.

"Mommy tau nih supaya Daddy mau." Jesica pelan berbicara pelan sambil mengusap perutnya.

To be continue****