webnovel

4. Bantu Aku

Camelia sedang berada di sebuah penatu tempat dirinya bekerja selain di restoran, di pagi hari dia bekerja di sana dan siang harinya dia bekerja di restoran. Namun, hari ini dia tidak bekerja di restoran karena sang manajer memintanya untuk tidak masuk dua hari karena masalah yang sudah diperbuat olehnya.

Dia mengambil ponselnya yang ada di dalam saku celananya dan dia melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Dia tersenyum karena yang menghubunginya adalah Danastri sang sahabat dan dia pun langsung mengangkat teleponnya.

"Kamu di mana sekarang?" tanya Camelia kepada Danastri yang ada di seberang telepon.

Danastri mengatakan semuanya kepada sang sahabat, dia meminta Camelia untuk menemaninya ke suatu acara. Camelia terdiam sejenak saat sang sahabat meminta bantuan darinya dan dia tidak bisa menolaknya karena Danastri sudah banyak membantunya.

"Baiklah aku akan menemanimu dan katakan saja aku harus ke mana," Camelia berkata kepada sang sahabat yang ada di seberang telepon.

Camelia mendengarkan apa yang dikatakan oleh sang sahabat yang memberitahukan alamat yang harus dituju olehnya. Setelah semuanya jelas Camelia pun memutuskan sambungan teleponnya dan dia langsung menuju lokasi yang sudah dikatakan oleh Danastri. Dia berjalan menuju sebuah halte bus dan dia duduk sejenak menunggu bus datang. Tidak begitu lama bus yang dia tunggu pun tiba dan dia langsung naik ke dalam bus tersebut.

Dia melamun dan mengingat tentang kejadian semalam di rumahnya, sang nenek kembali berdebat dengan sang ibu dan kembali terlontar masalah uang itu lagi. Dia tidak tahu apa yang sudah terjadi dengan sang ibu dan uang apa yang selalu dibahas oleh sang nenek.

'Mengapa ibu selalu menyembunyikan sesuatu kepadaku?' tanya Camelia di dalam hatinya.

Camelia terbangun dari lamunannya dan dia melihat jika dirinya sudah tiba di tempat tujuannya. Dia pun turun dari dalam bus dan menunggu seseorang yang akan menjemputnya karena Danastri berkata jika akan ada seseorang yang menjemputnya jika sudah turun dari bus.

Sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di depan Camelia, kaca mobil pun terbuka dan dia melihat ke arah mobil. Camelia melihat seorang pria yang dia kenal dan pria itu tidak lain adalah sopir yang biasa mengantar sang sahabat ke mana saja Danastri pergi menelusuri kota Jakarta.

"Nona, maafkan saya terlambat," ucap sang sopir tanpa ke luar dari dalam mobil karena dia terburu-buru juga.

Camelia tersenyum dan dia langsung masuk ke dalam mobil, dia tidak mempermasalahkan keterlambatan sang sopir. Dia pun duduk dengan tenang dan sang sopir langsung menjalankan mobilnya untuk menuju sebuah hotel yang sudah diperintahkan oleh sang nona.

Tidak memerlukan waktu yang lama Camelia pun tiba di salah satu hotel termewah di Jakarta. Dia mengeluarkan ponselnya dan dia menghubungi sang sahabat, Danastri mengangkat teleponnya dan dia mengatakan nomor kamar yang harus dituju oleh Camelia.

"Baiklah aku akan segera ke sana," Camelia berkata kepada sang sahabat yang ada di seberang telepon dan dia pun memutuskan sambungan teleponnya.

Camelia berjalan menuju sebuah lift, dia menekan sebuah tombol dan menunggu hingga pintu lift terbuka. Pintu lift pun terbuka dan dia menunggu hingga orang yang ada di dalamnya ke luar, setelah itu dia masuk ke dalam lift dan menekan nomor lantai yang akan dia tuju.

Dia menunggu beberapa saat pintu lift pun terbuka dan itu adalah lantai yang diinginkannya. Camelia ke luar dari dalam lift dan dia berjalan menelusuri lorong dan mencari nomor kamar yang dikatakan oleh sang sahabat.

Langkah kakinya terhenti tatkala dia sudah tiba di depan pintu kamar yang dikatakan oleh Danastri. Dia mengetuk pintu kamar tersebut dan tidak lama pintu kamar pun terbuka, dia melihat sang sahabat dengan senyum khasnya.

"Akhirnya kamu datang juga," Danastri berkata sembari menarik tangan Camelia masuk ke dalam kamar.

"Sebenarnya apa yang akan kamu lakukan?" tanya Camelia kepada sang sahabat yang mulai memilih gaun-gaun yang ada di dalam kamar.

Danastri tidak menjawab apa yang ditanyakan oleh Camelia dan dia terus sibuk dengan gaun yang ada di depan matanya. Sesekali dia pun melihat ke arah sang sahabat lalu kembali memilih gaun yang begitu banyak.

Camelia tidak paham dengan apa yang dilakukan oleh sang sahabat dan dia hanya bisa diam sembari menunggu Danastri selesai dengan apa yang sedang dikerjakan. Dia melihat sekeliling kamar terlihat sangat mewah.

"Ini dia. Ganti pakaianmu dengan gaun ini," Danastri berkata kepada Camelia.

"Apa tidak salah? Aku mengenakan gaun semahal ini?" tanya Camelia kepada sang sahabat.

Danastri menganggukkan kepalanya dan dia mendorong Camelia dengan gaun yang sudah dipilihnya ke dalam sebuah ruangan kecil. Camelia pun terdiam sejenak dan dia tidak tahu apa yang akan terjadi malam ini, dia mendengar suara sang sahabat dan dia pun langsung mengenakan gaun yang baru saja diberikan oleh Danastri.

Camelia ke luar dari dalam ruangan kecil itu dan dia melihat Danastri yang sudah siap dan terlihat sangat cantik. Dia begitu mengagumi sahabatnya itu selain cantik Danastri juga sangat baik kepadanya dan mau membantu siapa saja jika mengalami kesulitan.

"Duduklah," Danastri berkata setelah dia melihat sang sahabat ke luar dengan gaun yang sudah dia pilih.

Camelia pun duduk dan dia hanya diam menerima semua hal yang dilakukan oleh sang sahabat. Sedangkan Danastri hanya tersenyum saat memoleskan beberapa kosmetik di wajah sang sahabat sehingga berubah menjadi cantik.

"Sudah aku katakan jika kamu adalah wanita yang sangat cantik," Danastri berkata setelah dia menyelesaikan merias wajah Camelia.

Camelia beranjak dan dia berjalan mendekat ke arah cermin, dia melihat dirinya yang ada di dalam pantulan cermin. Dia tidak mengenali dirinya sendiri karena wajahnya terlihat sangat berbeda, dia juga sangat jarang sekali berdandan seperti ini.

Ponsel Danastri berdering dan dia pun langsung mengambil ponselnya, dia melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Dia tersenyum lalu mengangkat teleponnya dan dia mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang yang ada di seberang telepon.

"Aku akan segera ke sana bersama dengan temanku dan kalian jangan memulainya sebelum aku datang," ujar Danastri pada orang yang ada di seberang telepon sembari tersenyum.

Setelah mengatakan itu Danastri memutuskan sambungan teleponnya dan dia pun tersenyum lalu menatap ke arah Camelia yang masih berada di depan cermin. Dia merasa senang karena apa yang diinginkannya akan berjalan dengan lancar.

"Ayo kita pergi karena semuanya sudah menunggu," Danastri berkata kepada Camelia.