"Hmm, boleh juga saranmu, Bocah. Satu lawan satu, ya? Boleh juga," ucapnya. Remaja laki-laki itu sepertinya bukan berasal dari sekolahnya Eric, karena Eric tidak pernah melihat remaja berwajah boros itu sebelumnya.
Remaja yang terlihat lebih tua dari Bima itu, mengisyaratkan pada Bima dan rekannya yang lain untuk mundur dahulu, dan semuanya menuruti.
"Baiklah, Kak Vino!" ucap Bima, menuruti.
Jadi, remaja yang paling tua itu bernama Vino? batin Eric. Eric terlihat menyeringai setelah itu.
Remaja yang bernama Vino itu, mulai melayangkan tinjunya ke wajah Eric.
Eric memundurkan tubuhnya untuk menghindar. Vino begitu kesal. Vino kembali melayangkan tinjunya beberapa kali, tapi hanya udara kosong yang ia tinju.
Eric berulang kali selalu saja menghindar.
"Hey, Bocah! Kenapa kau terus menghindar, hah?! Apakah kau berniat kabur dan menangis di pangkuan ibumu, hah?!" kesal Vino, karena serangannya dari tadi tidak mengenai wajah Eric.
Namun, Eric sama sekali tidak menyahut. Eric sedikit marah karena Vino membahas tentang 'ibu'. Eric tidak memiliki ingatan apa pun tentang sosok ibu. Sejak Eric dapat mengingat, keluarganya hanya ada Tuan Rendi, Eric dan Rafael. Eric tidak tahu ibunya berada di belahan bumi yang mana.
"Hahaha ... jangan bercanda, Kak Vino! Eric 'kan tidak punya ibu. Eric itu selama ini tinggal hanya bersama lelaki pemabuk dan saudaranya yang preman itu. Mereka adalah keluarga yang ...." Ucapan Bima terhenti saat tiba-tiba ada yang melempari mulutnya menggunakan buah mangga yang masih kecil.
Baru saja, Eric menendang mangga muda seukuran kepalan tangan anak bayi, lalu mangga itu terlempar dan kini mendarat tepat di mulut Bima yang terbuka karena tertawa tadi.
"Seharusnya, kau menggunakan mulutmu itu untuk mengatakan hal-hal yang lebih bermanfaat, Bima! Asal kau tahu, ayahku itu bukan pemabuk dan Rafael bukanlah preman seperti yang kau tuduhkan!!" bentak Eric, tidak terima jika keluarganya direndahkan oleh Bima, orang kaya yang sombong itu.
"Brengsek!" desis Bima, sambil melemparkan mangga muda itu ke tanah.
"Diamlah dulu, Bima! Biarkan aku dulu yang melawannya! Kau jangan memprovokasi!!" bentak Vino, yang langsung membuat Bima terdiam.