Rafael berjanji akan berubah juga menjadi anak yang baik dan patuh. Tapi, sebelum janji itu terwujud, Rafael malah sudah pergi dari dunia ini.
Mengingat itu, Eric menjadi sedih kembali. Oleh sebab itulah, Eric menjadikan Rafael sebagai gurunya dalam bidang berkelahi.
Tapi, meski Eric memiliki ketrampilan bertarung yang hebat seperti Rafael, tapi fisiknya sering tidak mendukung hal itu. Kadang Eric berkelahinya 2 jam, tapi robohnya sampai 2 hari. Jadi, Eric membatasi diri untuk tidak memforsir tenaganya. Eric sadar diri jika dia memiliki tubuh yang lemah
Namun, saat ini situasinya berbeda. Eric harus menyelesaikan ini semua agar kehidupan sekolahnya menjadi normal kembali, tidak diganggu oleh Bima terus-terusan. Sebenarnya, penyebab pertikaian mereka hanya sepele.
Akibat pukulan dari Eric tadi, Bima dan teman-temannya roboh. Eric kembali memukulkan dahan pohon tadi ke kepala Bima dan teman-temannya sebelum mereka bisa berdiri dengan tegak.
Bima dan anggota gengnya jatuh dengan keras setelah Eric memukuli mereka menggunakan kayu besar, yang Eric temukan di bawah pohon tadi.
Ternyata, dahan yang dijadikan Eric senjata tadi, terdapat banyak semut rangrang. Jadi, semut-semut rangrang itu kini merambat pada tubuh Bima dan anggota gengnya.
Eric tertawa terpingkal-pingkal melihat Bima dan tiga kawannya heboh karena serangan semut rangrang itu.
Tanpa Eric sadari, Vino audah berhasil mengusir semut rangrang itu dari wajahnya. Vino bangkit dan menubrukkan kepalanya ke perut Eric.
Dahan pohon yang menjadi satu-satu senjata bagi Eric tadi, kini erpelanting jauh darinya.
Tubuh Eric terlempar jauh dan membentur pohon mangga yang besar. Dan Eric berakhir jatuh tersungkur di tanah. Eric mengerang kesakitan di tanah.
Remaja yang berambut ikal bernama Vino itu, menginjak punggung Eric yang sudah tak berdaya. Vino menginjak tubuh Eric secara kejam.
Setelah mengumpulkan seluruh energinya, Eric bangkit. Otomatis Vino yang sebelumnya menginjak punggung Eric, kini langsung jatuh ke belakang.
Eric buru-buru bangkit dan mundur untuk bersandar di pohon mangga besar. Eric menatap tajam keempat remaja yang masih berdiri mengelilinginya.
Napas Eric semakin menderu karena pertarungan tadi. Namun, ia masih harus menghadapi Bima dan anggota gengnya yang seolah tidak punya lelah itu.
Eric terus menasihati dirinya agar tetap bisa bertahan dan menghadapi semuanya kembali. Ini semua demi memperoleh kebebasan. Eric tidak akan dirundung lagi jika menang dalam perkelahian ini. Itulah yang dijanjikan oleh Bima tadi. Semoga itu bukan bualan Bima semata.
Vino yang lebih tua dari mereka maju lebih dulu, mencoba memukul ke wajah Eric. Namun, berhasil dihindari oleh Eric.
Eric melayangkan tinjunya secara brutal ke wajah remaja lelaki yang tega melukai wajah tampan Eric, yang merupakan aset berharga bagi Eric selama ini agar dia dapat tip dari pelanggan di rumah makan tempatnya dia bekerja.
Eric harus segera menyelesaikan ini, dan sesegera mungkin mendapat pengakuan dari Bima bahwa Bima tidak akan mencari gara-gara dengan Eric lagi.
Setelah beberapa menit menghadapi Bima dan anggota gengnya itu, Eric mulai merasa kelelahan. Keempat lawannya sudah terkapar di tanah. Lutut Eric jatuh terduduk di tanah. Napas Eric terengah.