"Zarius ... maafkan aku sebelumnya!"
Tuan Rendi berucap lirih. Ia seperti hendak mengatakan sesuatu yang serius sejak tadi. Namun, ia takut Zarius akan terguncang dan merasa sedih.
Apalagi, kondisi Zarius saat ini masih demam dan tubuh Zarius sangat lemah. Suntikan pereda demam tadi adalah suntikan yang kedua, setelah semalam Tuan Reno juga memberikan suntikan yang sama pada Zarius. Tapi, demam remaja tampan itu belum juga turun.
Zarius menurunkan lengan yang sebelumnya ia gunakan untuk menutup mata. Zarius menatap Tuan Reno yang kini masih duduk di sebelah ranjang ia terbaring.
"Maaf untuk apa, Paman?" lirihnya. Zarius merasakan firasat buruk. Semoga ini bukan tentang keberadaanya, batin Zarius. Dia tahu jika dia adalah orang asing di keluarga ini, tapi Zarius bingung harus pergi ke mana setelah ini.
"Setelah ini ... jangan ke sini lagi, ya?! Sebenarnya, bukan maksudku untuk mengusirmu, tapi Eric merasa kurang nyaman dengan kehadiranmu, Zarius. Jadi, jangan pernah ke sini lagi, ya? Aku sudah menemukan panti asuhan yang mau menampungmu. Jadi, jangan tinggal di sini lagi, ya?" pinta Tuan Reno, terlihat sangat menyesal.
Zarius langsung tersentak mendengar itu. Ketakutannya benar-benar terjadi. Zarius kira jika Tuan Renomemberi alamat panti asuhan hanya agar Zarius melihat-lihat suasana di tempat itu. Lalu, Zarius boleh kembali ke rumah ini jika Zarius merasa tidak nyaman di panti asuhan.
Nyatanya ... keluarga ini sudah menutup rapat-rapat pintu untuk kedatangan Zarius kembali. Zarius bingung dan tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Zarius bahkan tidak tahu tempat seperti apa yang namanya 'Panti Asuhan' itu.
Ah, Zarius melupakan sesuatu. Dia tidak sadar diri jika dia menjadi beban yang tidak berguna di keluarga Yudhistira ini, sama seperti ucapan Eric biasanya yang mengatakan bahwa Zarius hanya menjadi pengganggu dan beban.
Zarius merasa benar-benar menyesal saat ini. Dia yang menjadi penyebab seringnya ayah dan anak itu bertengkar. Seharusnya, jika tahu akhirnya akan seperti ini, Zarius cepat-cepat pergi sebelum diusir begini.
Namun, tubuh Zarius benar-benar lemah selama ini. Meski Zarius berusaha kuat dan tetap mengerjakan apa yang selalu Eric perintahkan, seperti membersihkan rumah dan mencuci pakaian Eric dan Tuan Rendi.
Zarius terluka parah, tapi tubuhnya masih bisa beregenerasi lebih cepat dari manusia biasa. Ini menjadi masalah yang aneh. Bahkan, sering kali Eric mengatakan jika Zarius itu sebenarnya adalah monster atau manusia buatan, jadi Eric menyuruh ayahnya untuk tetap waspada pada Zarius.
Zarius yang tidak sepenuhnya mengerti ucapan Eric hanya diam saja ketika Eric menuduh dan membentaknya. Zarius butuh makan dan tempat tinggal. Tapi, pada akhirnya Zarius tetap diusir meski Zarius sudah bekerja keras membantu keluarga Yudhistira.
"Jadi, Paman bertengkar dengan Eric lagi, ya? Dan itu juga karena aku, kan?" Zarius mengutarakan kesimpulannya.
"Bukan karena kau, Son! Putraku itu selalu dekat dengan saudaranya sejak kecil. Jadi, ketika kau datang, Eric mengira jika kau kujadikan sebagai pengganti Rafael. Eric tidak terima hal itu dan merasa dirimu adalah pengganggu. Selamanya tidak akan ada yang bisa menggantikan posisi Rafael bagi Eric. Jadi, kumohon mengertilah!"
Tuan Reno mengutarakan apa sebenarnya yang dialami putranya selama ini. Eric selalu memprotes tentang apa pun yang dilakukan Zarius.
"Jadi, memang benar yang diucapkan Eric sebelumnya. Dia tidak akan pernah menerima kehadiranku dan memintaku untuk tidak mencoba menggantikan posisi Rafael. Padahal, aku sendiri saja tidak tahu tentang Rafael yang kalian bahas itu. Aku tidak bermaksud apa pun, apalagi berpikir untuk menggantikan posisi Rafael."
Zarius berucap penuh penyesalan.