Eric tidak bisa tinggal diam terus saat ditindas seperti ini. Eric mencengkeram bahu Bima dengan kuat, yang membuat Bima langsung mengadu kesakitan. Bimasungguh tidak menyangka jika tenaga Eric sekuat itu.
Ini adalah salah satu yang diajarkan Rafael dahulu. Eric jadi merindukan sosok saudara seperti Rafael.
Tatapan mata Eric yang sebelumnya sayu, kini berubah tajam dan mematikan. Sama persis seperti tatapannya mematikan dari Rafael, yang dikenal sebagai preman sekolah waktu masih hidup.
"Dengarkan aku baik-baik ya, Bima! Aku hanya pergi ke rumahnya Alice karena kita ada kerja kelompok waktu itu. Kau juga tahu jika Alice adalah sahabatku selama ini, 'kan? Lalu, Alice sendiri yang jadi terobsesi begitu padaku! Aku bahkan tidak pernah menyangka jika Alice akan menyatakan cinta padaku! Jadi, ini bukan salahku jika kau ditolak oleh Alice!!" bentak Eric.
Bima berusaha melepaskan cengkraman Eric pada bahunya, tapi itu sangat sulit. Cengkraman Eric terasa seperti cengkeraman Elang yang mencengkram mangsanya.
"Lepaskan aku, Eric! Kerja kelompok apa, hah?! Kau hanya senang karena cewek-cewek mengidolakanmu, 'kan? Kau sengaja tebar pesona dan sekarang berlagak sok suci! Alice sudah jadi salah satu korbanmu, 'kan?!" bentak Bima, tidak terima.
Bima masih berusaha lepas dari cengkeraman Eric, tapi masih saja susah. Bima bahkan merasa tulang bahunya kini berderak.
Ini sudah lewat jam pulang sekolah, jadi sekolahan sudah mulai sepi. Hanya beberapa murid yang kebagian piket saja yang masih di kelas masing-masing.
"Pasti kau menggunakan jasa dukun ya, Eric?!" Ucapan Bima kali ini, membuat Eric tersedak ludahnya sendiri.
Setelah itu, Eric melepaskan cengkramannya pada bahu Bima, lalu tertawa terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya.
"Pffft ... buwahahahaha ... kau lucu sekali, Bima!! Jasa dukun katamu?! Hahaha ... kau gila atau bodoh, Bima?!"
Eric tidak menyangka saja jika orang berkelas seperti Bima ternyata punya pemikiran yang konyol juga. Eric bahkan dua kali dituduh menggunakan jasa dukun untuk menarik perhatian para siswi teman sekelasnya.
Bima terlihat semakin kesal melihat Eric yang masih tertawa. Bima ingin menonjok wajah Eric, yang kata cewek-cewek sekelasnya berpasras tampan itu. Tapi, kali ini Bima memikirkannya dua kali untuk melakukan hal itu.
Bahunya Bima saja masih terasa nyeri karena dicengkeram oleh Eric tadi. Bima tidak dapat membayangkan bagaimana jadinya jika tangan Eric itu menonjok wajah Bima.
Eric kelihatan tidak bisa berkelahi, tapi Bima benar-benar tidak menyangka jika remaja miskin itu bertenaga kuat.
"Berhentilah tertawa, Eric Sialan! Jika kau seperti itu, maka itu tandanya kau mengakui jika kau menggunakan jasa dukun untuk menggaet mangsamu, dan Alice adalah salah satu korbanmu!"