Kini Vino berada dikedai cafe milik Mario, disana ia menceritakan apa yang dilihat dari masa depannya Shani.
"Apa? Apa maksudmu? Apa maksudmu ada yang mencelakai malaikat ku?" tegas Mario.
Vino menarik nafas dalam "Aku tidak yakin apakah itu disengaja atau tidak... Yang pasti ada seseorang ditempat kejadian itu"
"Hei! Apa yang harus kita lakukan?" tanya Vino.
"Kamu harus buntuti dia sampai pulang, tangga yang kamu lihat, bisa jadi tangga yang berada didekat rumahnya" pikir Mario.
"Benar juga.. Tapi bagaimana aku bisa mengikutinya sampai rumahnya, pasti akan terlihat aneh dan mencurigakan" ucap Vino.
"Terlihat aneh katamu? Dia akan dicelakai kamu masih bilang aneh?" tegas Mario.
"Apapun itu tidak akan terjadi sekarang, yang pasti tempatnya gelap, tapi tidak benar-benar gelap. Perkiraan ku terjadi pada sore hari, sekitar jam 5 atau jam 6" ucap Vino.
Mario memukul kepala Vino "Kenapa kau memukulku, Ha?!"
"Bisa jadi itu karena ada sumber penerangan disana, bodoh!" kesal Mario.
Vino hanya mengelus-elus area kepala yang dipukul oleh Mario.
"Jangan bilang tidak mungkin.. Mulai besok, kamu harus buntuti dia sampai rumahnya, walaupun tidak mungkin melakukannya selama 24 jam. Setidaknya, lindungi dia sebisa mungkin saat berada diluar rumah" tegas Mario sambil mengambil drone miliknya pada Vino.
"Tunggu? Kenapa diambil?" tanya Vino.
"Bayaran akan diterima setelah tugas selesai, ini akan aku berikan setelah kau menyelamatkan malaikatku" ucap Mario dan pergi membawa drone tersebut.
"Dasar pelit.." gumam Vino.
Keesokan harinya, Vino kembali menggerutu karena tugasnya yang membagi-bagikan sample kosmetik.
"Nadse.. " panggil Vino.
"Hm.. Kenapa?" tanya Mario.
"Tolong besok kamu bilang sama bos jangan beri saya tugas seperti ini lagi, sudah 3 hari berturut-turut saya harus membagikan sample sepanjang jalan. Kamu tau? Itu membuatku malu" keluh Vino.
"Apa maksudmu? Asal kamu tau, semua wanita gampang terbujuk oleh laki-laki tampan" tegas Nadse.
Baru saja mengatakan itu, Vino langsung didatangi oleh seorang pelanggan.
"Permisi.. Diantara 2 warna ini, mana yang cocok untuk saya?" tanya pelanggan wanita pada Vino sambil menunjukkan Lip Gloss.
"Bagaimana sayaaakhh.." Nadse mencubit perut Vino "Hahaha, keduanya cocok kok"
"Benarkah? Kalau begitu saya beli dua-duanya" ucap pelanggang perempuan itu dan langsung pergi ke kasir.
"Tuh kan.. Kamu lihat sendiri efeknya" ujar Nadse.
Vino tersenyum nyinyir "Oh, iya.. Dimana shani? Daritadi saya tidak melihatnya?"
"Sedikit-sedikit shani... shani sudah pulang duluan, dia bilang.. dia mau pergi sama pacarnya" ucap Nadse yang langsung pergi.
"Ah... Kalau aku langsung pulang, pasti mario terus mengoceh" guman Vino dalam hatinya.
"Vino... Vino.. " teriak Melody dan menghampiri Vino.
"Iya, bos?" tanya Vino.
"Kamu mengerti komputer kan?" Vino mengangguk "Komputer saya tidak mau menyala, sepertinya rusak.."
"Ayo.. " Melody langsung menarik tangan Vino menuju ruangannya.
Sesampainya Vino diruangan bos nya itu, ia langsung melihat keadaan dari komputer tersebut. Dan ternyata itu hanyalah serangan virus biasa dan mudah untuk membetulkannya.
"Ini tidak seseparah yang dibayangkan, hanya ada beberapa masalah saja" ucap Vino.
Terlintas dipikiran Vino untuk melakukan sesuatu "Hm.. Bagaimana jika bos, pergi membeli kopi? Biar saya yang membetulkannya"
Melody tampak berpikir "Baiklah, apa kamu juga mau?" Vino menggelengkan kepalanya "Kalau begitu, terima kasih ya vino. Saya pergi keluar dulu. Kalau misalkan tidak bisa, tidak apa-apa"
"Saya akan melakukan sebisa saya" ucap Vino dan melody meninggalkan ruangan tersebut.
Saat ruangannya sudah kosong, Vino mulai melihat-lihat dokumen yang tersimpan diatas meja. Ternyata, ia ingin mencari alamat rumah Shani.
Tak butuh waktu lama untuk mendapatkannya, ia pun langsung mencatat diselembar kertas Post It yang tersimpan didekatnya.
---------------------
Shani POV
Ini adalah malam yang amat terindah bagiku, karena Boby mengajak ku pergi ke suatu pantai yang disana ia sudah menyiapkan hal yang sangat romantis, ya... walaupun kita hanya makan bersama ditepi pantai.
"Kamu kedinginan?" tanya nya sambil memegang tanganku.
"Gak kok.. " jawab ku bohong.
"Tapi kamu kelihatan seperti kedinginan" ucapnya.
Aku menggeleng,... Aku memang merasa sangat dingin sekarang, tapi aku tidak mau merusak suasana romantis ini.
Aku tersentak kaget, ketika dia tiba-tiba memakaikan jas nya ke tubuhku.
"Aku tidak apa-apa kok.. " kata ku.
"Sudah pakai saja" ucap nya.
"Terima kasih.." ucap ku sambil tersenyum padanya.
"Lebih baik kita kembali ke mobil sekarang, daripada kamu terus merasa kedinginan disini" aku pun mengangguk.
Aku dan Boby berjalan beriringan menuju mobil miliknya.
"Aku baru lihat sepatu kamu yang ini" ucap nya sambil melihat ke arah sepatu ku.
"Oh ini, aku merasa nyaman memakai sepatu ini" kata ku.
"Meskipun begitu, menurutku kamu lebih cantik jika pakai sepatu hak tinggi" ucapnya dan aku pun hanya diam.
Sesampai nya didalam mobil, Boby memakaikan ku sabuk pengaman. Dan dia juga menyentuh pipiku yang membuatku menjadi tersipu dihadapannya.
"Tentang hal itu, bagaimana kelanjutannya? Tentang kepergianmu ke luar negeri tahun depan?" tanya ku padanya.
"Kemungkinannya diatas 90% aku harus pergi. Ini kesempatan yang langka, jika lancar, perusahaanku bisa masuk kedalam perusahaan yang memegang saham terbesar didunia" jawabnya.
"Berarti kamu akan pergi cukup lama" keluh ku.
"Hm.. Apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu padaku?" tanya ku padanya.
"Entahlah.. Sepertinya tidak ada.. " jawabnya singkat.
---------------------
Vino kini masih sibuk mencari lokasi rumah Shani dan kebetulan mobil Boby tiba disana diwaktu yang bersamaan. Takut ketahuan, Akhirnya Vino bersembunyi dibelakang tembok.
Shani dan Boby turun dari mobil, tanpa mengetahui jika Vino berada disana juga.
Shani memberikan jas yang dia pakai pada Boby "Hari ini sangat menyenangkan, aku masuk duluan ya. Terima kasih untuk malam ini.. "
Boby mengangguk dan mencium kening Shani "Sama-sama, sudah sana masuk"
Ingin memasuki rumahnya Shani melihat Vino yang berada dibalik tembok dekat rumahnya.
"Vino??" panggil Shani.
Karena sudah ketahuan, mau tidak mau Vino harus keluar dari persembunyian nya dan berjalan menghampiri mereka.
"Ah.. Ternyata Shani,... Saya menganggu waktu mesra kalian lagi. Maaf ya.. " ucap Vino sambil menunjukkan senyum tengilnya.
"Waktu mesra apanya.. Kenapa kamu ada disini?" tanya Shani.
"Itu.. Saya.. Saya sedang berolahraga malam, ya.. Berolahraga malam karena rumah saya masih berada disekitar sini" ucap Vino tegang.
"Oh.. Ah ini Boby, dan ini Vino pekerja paruh waktu ditoko" Shani memperkenalkan Boby dan Vino.
"Oh.. Hallo.. " sapa Vino pada Boby, dan Boby hanya menanggapinya dengan senyumnya.
"Sudah malam, aku pamit ya.. " ucap Boby pada Shani.
"Hati-hati ya.. Kalau sudah sampai dirumah kabari aku" ucap Shani.
Boby pun masuk kedalam mobilnya, sementara Vino masih berdiri disamping Shani.
Setelah Boby benar-benar pergi, Shani langsung menunjukkan ekspresi muram.
"Kamu baru pulang berkencan, kenapa ekspresimu tidak menyenangkan?" tanya Vino.
"Dimata seorang pria,... Seorang perempuan yang selalu mengharapkan lamaran disepanjang kehidupannya, apa itu membuatnya jadi tidak terlihat spesial lagi?" Shani balik bertanya.
Vino merasa simpati "Hm.. Tidak juga. Jika memang dia mencintaimu, dia pasti memiliki alasan tertentu ketika melakukan hal itu padamu. Makanya, jangan mengatakan bahwa nasibmu menyedihkan. Kamu adalah perempuan yang layak dicintai oleh setiap orang..."
Shani tersenyum nyinyir "Sudah malam, udara semakin dingin, mungkin karena hujan nya tadi.. Oh iya, apa kamu mau mampir?"
"Tidak, tidak baik seorang laki-laki bermain kerumah seorang wanita" ucap Vino.
"Ya sudah kalau begitu, saya masuk duluan ya" ucap Shani dan langsung masuk kedalam rumahnya.
-
-
-
---------------------------------------