webnovel

4 [ Benarkah suka? ]

Cessa dengan kesal memukul kepala Atlice yang terus saja menertawai kebodohannya, Cessa berjalan menghentakkan kakinya dan terus mendumel tidak jelas

" aku mengikutinya hampir 2 tahun ini dan ia menghapusnya begitu saja " lirih Cessa, ia merangkul lengan Indah dan mulai menyenderkan kepalanya di sana di lengan Indah.

" setidaknya ia tidak menghapus fotoku " seru Widia yang berjalan sembari melihat foto di kamera Cessa yang di sisakan oleh Mark, Cessa hanya berdecak mendengarnya.

" tapi bukannya di kamarmu masih banyak fotonya? " tanya Indah, ia tau kalau Cessa menempel banyak foto Mark dan gadis itu juga menyimpannya di laptopnya.

" tapi yang di hapusnya itu perjuanganku selama 2 bulan " rengek Cessa

" baru 2 bulan " dengus Atlice

" 2 bulan itu lama, aku mengerti perasaanmu Sa " Meilin yang sedari tadi diam ikut bersuara ia kemudian mengelus bahu Cessa membuat Cessa makin murung.

Indah menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Cessa membuat rangkulan Cessa terlepas

" lalu apa keputusanmu sekarang? " tanya Indah

" berhenti, aku juga sudah ketahuan " jawab Cessa lemas

" lalu bagaiman dengan perasaanmu terhadapnya? " tanya Indah lagi

" perasaan apa? " Cessa mengernyit, dengan gesit Atlice menjitak keningnya

" sakit bodoh " keluhnya mengusap kening yang kena jitakan.

" kita juga tau kalau kamu suka sama si Mark itu dari pertama maksudku foto Mark yang pertama kali kau ambil tanpa sengaja itu benar benar membuatmu menyukainya " jelas Atlice. Cessa terdiam lama.

" apa ia aku menyukainya? " tanya Cessa kemudian membuat teman temannya menatapnya jengah, dengan cepat teman temannya menyeretnya ke bawah pohon dan duduk di sana

" Cess, saat bertemu dengannya apa kau merasa ada yang aneh denganmu? " tanya Indah, Cessa mengernyit tidak mengerti.

" apa kau deg deg-an saat bertemu dengannya? " tanya Widia yang ikut introgasi, Cessa mengangguk

" iya, itu karena aku takut " jawabnya, ia memang takut saat bertemu Mark tidak langsung, ia takut ketahuan.

" kau mengikutinya hampir 2 tahun belakangan ini bukan? Saat ia mengeluarkan ekspresi senang, sedih, marah dan sebagainya bagaimana perasaanmu? Apa kau merasakan perasaan yang sama? " tanya Indah lagi, setidaknya ia lebih berpengalaman dari teman temannya yang lain.

" ia jarang mengeluarkan ekspresi, jadi aku tidak tau " jawab Cessa

" pertanyaan kalian berbelit sekali. Cessa bagaimana perasaanmu saat seorang gadis mendekatinya? " tanya Atlice

" aku tidak suka " jawab Cessa jujur

" kenapa? " tanya Atlice lagi

" aku tidak suka, lebih tepatnya iri " jawab Cessa menunduk

" kau benar benar menyukainya " kata Atlice

" benar, kau bahkan cemburu " timpal Widia

" tidak aku tidak cemburu, aku hanya iri saja " kata Cessa

" iri kata lain dari cemburu bodoh " seru Atlice membuat Cessa menatapnya

" apa iya? " tanya Cessa, teman temannya langsung mengangguk " apa yang harus ku lakukan? " tanya Cessa lagi

" kejar dia Sa, cinta perlu perjuangan " kata Meilin semangat 45. Diangguki para temannya.

~~^^~~

Cessa duduk di bangku di mana ia meninggalkan cameranya waktu itu, ia duduk sembari menggoyang goyang kakinya, sesekali ia menghembuskan nafas kasar, dan sesekali juga ia menoleh ke arah semak di mana teman temannya bersembunyi

" semangat " ucap mereka

Cessa hanya tersenyum kaku, terkadang ia lupa kalau teman temannya sedikit gila, bisa bisanya mereka menyuruh Cessa mengakui perasaanya ke Mark.

" apa aku harus melakukannya? " tanyanya dalam hati.

Saat ia hendak beranjak, Mark sudah berdiri di hadapannya membuatnya sedikit terkejut.

" sedang apa kau di sini? " tanya Mark, Cessa terdiam

" tidak, tidak ada " jawab Cessa lagi. Mark mengangguk kemudian berlalu. Cessa melihat teman temannya menanyakan apa yang harus ia lakukan, teman temannya memberi kode untuk mengikutinya.

" Mark!! " panggil Cessa kemudian berdiri menghadang Mark

" apa lagi? " tanya Mark, Cessa menghela nafas pelan

" aku mau mengakui sesuatu " jawab Cessa cepat. Mark hanya diam menunggu pengakuan Cessa

" sebenarnya aku.., hmm... "

" mau apa? " tanya Mark

" aku Me- "

" Mark " kalimat Cessa terhenti saat seseorang memanggil Mark, mereka berdua berbalik.

Seorang pria paru baya tengah berjalan ke arah mereka, Cessa tidak mengenal pria itu tapi Mark sangat mengenalnya, Cessa melihat ke arah Mark yang melihat ke arah lain

" selam- " belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya Mark sudah menarik tangannya menyembunyikan gadis itu di belakangnya

" mau apa kau kemari? " tanya ketus, Cessa menggigit bibir bawahnya, tangannya sakit karena di cengram terlalu erat oleh Mark.

" aku ingi- "

" lupakan! " Seru Mark memotong ucapan ayahnya. Ya pria itu ayahnya

Cessa melirik ke arahnya, Mark wajahnya memerah rahangnya mengeras, Cessa sangat tau kalau Mark sangat marah bahkan tatapan yang lebih menakutkan di tampakkan pria itu membuat siapapun ciut, bahkan mungkin ayahnya Mark.

" Mark " Cessa memegeng lengan Mark dengan tangan yang tidak di cengkram Mark membuat pria itu menoleh ke arahnya.

Mark sedikit terkejut mendapati wajah ketakutan Cessa dan suara Cessa yang sesekali merintih kesakitan, Mark mengalihkan pandangannya ke tangan mereka berlahan Mark mengendurkan cengkramannya bahkan melepaskannya.

" sebaiknya aku pulang Mark " kata Cessa, ia kemudian berbalik ke arah ayah Mark. " paman aku duluan " pamitnya ia kemudian berlari ke arah teman temannya, mengajaknya pergi

" Mark tunggu dulu " cegah ayahnya saat Mark hendak berlalu " maafkan ayah, ayah benar benar menyesal "

Mark hanya diam tak menanggapi

" Mark maafkan aku "

" katakan itu pada ibuku " jawab Mark membuang tatapannya ke arah lain.

" maaf " sahutnya lagi

Dengan kesal Mark menoleh ke arah lain, mengambil ponsel dari tangan ayahnya dan membantingnya ke tanah hingga hancur terbelah dua

" apa dengan kata maaf ponsel anda akan utuh? Tidak bukan? Percuma meminta maaf padaku percuma! " teriak Mark frustasi " percuma jadi anda berhentilah menemuiku, ku mohon padamu " kali ini Mark benar benar memohon.

" Mark " Mark tidak ingin mendengar perkataan apa apa lagi ia memutuskan untuk bebalik dan hendak pergi tapi langkahnya terhenti tatkala melihat Joey sudah berdiri di hadapannya

" Joey? "

~~^^~~

Mark masuk kedalam rumah di susul Joey di belakangnya, ia langsung menuju ke kamarnya tanpa menghiraukan siapapun di ruang tengah memanggil namanya.

BRAAAKKK

Pintu yang di tutup dengan keras membuat kakak kakaknya di ruang tengah kaget.

" Joey ada apa? " tanya Tammy, belum sempat Joey menjawab suara teriakan frustasi Mark sudah terdengar membuat mereka langsung berlari ke kamar Mark.

" Mark " suara lembut Tammy berhasil membuat Mark menoleh ke arahya.

Betapa terkejutnya mereka melihat keadaan Mark, rambut berantakan bekas jambakannya sendiri, wajah dan hidungnya memerah bahkan masih ada air mata di pipinya, berlahan Grace mendekatinya dan memeluk Mark.

" jangan seperti ini Mark " Grace mengusap punggung Mark, ia kemudian melepaskan pelukannya dan menghapus air mata Mark.

" sebenarnya ada apa? " tanya Tammy bertanya pada Joey dengan suara sangat pelan

" ayah menemui kakak tadi " jawab Joey.

Tammy menatap Grace, mengerti tatapan Tammy Grace akhirnya berdiri dan membiarkan Tammy mendekati Mark.

" Mark " panggil Tammy, namun tidak ada jawaban dari Mark.

" Mark, kami mengetahui apa yang membebanimu, kami juga melihatnya " kata Tammy yang berhasil membuat Mark menatapnya tapi Mark memilih untuk diam tidak bertanya.

" sama halnya denganmu aku dan kak Tammy juga melihatnya, melihat semuanya. " lanjut Grace

" kalian tidak melihat semuanya " lirih Mark.

" kami melihatnya, bahkan wanita itu " jawab Grace

" memang sakit, kami juga sangat sakit Mark tapi apa yang bisa kami lakukan? Lupakan Mark maafkanlah Ayah " kata Tammy

" untuk apa? Ibu juga tidak akan hidup lagi " lirih Mark.

" apa dengan membenci ayah ibu akan hidup lagi? Tidak Mark! Ibu tidak akan hidup juga. " kata Tammy, ia kemudian mengusap wajah Mark, menangkup wajah adiknya dan membiarkannya menatapnya

" Mark hanya dia yang kita miliki sekarang, setidaknya masih ada yang bisa kita panggil ayah, Mark maafkanlah Ayah "

Mark terdiam, Tammy mencium kening adiknya dan menyuruhnya istirahat, ia kemudian menarik Joey keluar karena Joey masih ingin di sana mencari tau apa yang terjadi.

" kami akan memberitaumu di bawah Joey, biarkan Mark istirahat " ucap Grace mengusap kepala Joey dan menarik tangan Joey lembut.

~~^^~~

Bersambung....