webnovel

Prolog

Aku, Citra ningsih kencana. Seorang wanita muda yang memiliki mimpi yang sangat besar. Namun sayangnya, aku terlahir sebagai seorang figuran dalam hidup ini. Aku memiliki tubuh tinggi, rambut ikal bergelombang, mata coklat seperti biji almond dan lesung di kedua pipiku. Aku memiliki impian sebagai seniman. Sedari kecil aku menyukai berbagai hal tentang seni. Menurutku, suatu keindahan tidak bisa kita lewatkan begitu saja, maka dari itu kita harus menuangkannya sebagai sebuah karya seni. Namun ibuku selalu menentang tentang mimpiku. Beliau selalu mengatakan menjadi seorang seniman tidak lain dan tidak bukan adalah sampah!. Hidupku selalu dibayang bayangi oleh kedua kakakku yang bekerja sebagai dokter ahli bedah dan seorang model kelas atas. Setiap hari aku selalu mendengarkan omelan dari ibu yang terus mendesakku untuk mengikuti jejak dirinya atau kakak pertamaku.

"Sayang kamu nanti ibu kuliahkan di kampus yang sama dengan kakakmu yah" ucap ibuku kepadaku.

 Kakak? Kakak yang mana Bu. Aku gamau jadi dokter maupun model! Aku tidak sepintar dan secantik ibu!, lebih baik aku pergi dari rumah dan tinggal dengan ayah yang mendukung mimpiku sebagai seniman!. Bentakku kepada ibu yang mulai menangis atas ucapannku. 

 Setelah itu ibu hanya terdiam lalu memutuskan untuk pergi dari hadapannku. Ia mulai mengurung diri dikamar selama beberapa hari.

 Amber, ia adalah ibuku yang merupakan wanita keturunan belanda, wanita cantik yang jatuh cinta dengan pribumi bernama Anggara. Seorang model kelas atas dengan tujuh butik yang tersebar diseluruh Indonesia. Ibu memutuskan mengganti kewarganegaraannya demi keluarga kecilnya. Namun ia harus memutuskan untuk berpisah dengan lelaki yang ia perjuangkan karna alasan yang tidak aku ketahui. Keluarga ku memang sudah tidak utuh. Ibu dan ayah memutuskan untuk bercerai ketika aku berumur 13 tahun. Aku tidak tahu alasan pastinya, namun aku tau ayah memutuskan untuk meninggalkan ibu karna ibu terlalu sibuk dengan dunianya di bidang fashion sampai tidak memiliki waktu untuk keluarganya.

Karna ucapanku hari itu, aku tidak menyangka akan menyaksikan dimana ibuku terkulai lemas dikamarnya. Ya, ibu memutuskan untuk bunuh diri di kamarnya dengan meneguk obat tidurnya. Hari itu merupakan hari terburukku. Aku tidak tau hal apa yang akan datang karna ucapan kasarku. Violet, kakak pertama dan Kiran kakak kedua ku mulai menyalahkanku atas kejadian yang terjadi.

 "Dasar bodoh! Apa yang kamu lakukan ketika kita sibuk bekerja? Apa yang kau lakukan sampai ibu mengakhiri hidupnya dengan sengaja! Dasar ngga tau diri. Bentak violet kepadaku.

 Aku hanya menangis dan tidak menggubris apapun yang ia katakan. Aku tidak menyangka ibu akan senekat itu dan meninggalkan rasa bersalah begitu besar untukku.

 "Anak ini dari dulu cuman bisa jadi beban aja! Kalo gabisa apa-apa setidaknnya jangan nyakitin ibu! Kerjaan cuman duduk manis dirumah aja masih aja bikin ulah!." Ucap kiran begitu ketus kepadaku.

 "Kalian yang jahat! Ibu juga jahat karna selalu bandingin aku dengan kalian!. Apa kalian pikir aku mau hidup dengan kalian? Ibu selalu mengekangku ketika aku akan pergi dan tinggal dengan ayah!. Kenapa semua ini jadi salahku? Ini keputusan ibu buat mengakhiri hidupnya!" bela ku dengan tangis terisak. Aku hanya menginginkan pembelaan atas kesalahanku yang begitu fatal. Aku tau ini dosaku, dan aku tau aku ngga pantas untuk mengucapkan pembelaan itu.

 Plak…. Violet menamparku sangat kencang. "Adik gatau diri! Jadi kamu masih menginginkan tinggal dengan si anggara itu? Apa kau tau apa yang sudah bajingan itu lakukan pada ibu? Ayah gatau diri itu sudah menjual ibumu demi uang! Kau pikir sejauh mana ibumu berusaha bertahan dengan bajingan itu! Kamu pikir…

 Tunggu! Ucapku menyela. Aku mengabaikan ucapan violet ketika menyadari napas ibu yang terdengar begitu lemah. Ibu? Ibu masih bernapas namun sangat lemah! Ayo antar ibu segera!

 Dengan bodohnya kita terlalu cepat memutuskan sampai tidak sempat memeriksa keadaan ibu. Ibu dinyatakan koma dan harus dirawat dirumah sakit. Dasar bodoh! Kau kan dokter, kenapa ngga kau cek dengan benar ucap kiran kepada violet.

 "Maafkan aku. Aku terlalu kaget dan takut karna itu ibu. Aku begitu lemas dan marah ketika mengetahui ibu mencoba bunuh diri. Syukur ibu masih sempat dibawa ke rumah sakit. Kita doakan yang terbaik buat ibu." Ucap violet sambil menangis gemetar.

 Saat itu aku memutuskan untuk meninggalkan rumah dan pergi menemui ayahku. Aku segera bergegas pulang dan mengepak semua barang-barangku. Aku begitu penasaran dengan ucapan yang ngga sempat diucapkan violet waktu itu. Namun diriku sudah tidak tahan dengan tempat dimana diriku tidak bisa mengekspresikan diriku dengan bebas. Aku merasa bersalah pada ibu, aku harap ibu bahagia dengan kepergianku. Aku memutuskan untuk meninggalkan ponselku dan hanya membawa dokumen penting untukku pergi ke Sydney menemui ayahku. Ya, ayahku memutuskan untur pergi kesana setelah kalah dalam sidang memperebutkan hak asuh anak-anaknya.

 Anggara merupakan pria tampan dan mapan. Ia memiliki perusahaan yang bergerak di bidang perkembangan software. Keluarga ku merupakan keluarga yang mampu. Namun setiap hari aku melihat mereka selalu bertengkar. Aku yang saat itu berumur dibawah 13 tahun hanya bisa sembunyi dibalik kamarkku.

 Dengan modal secarik kertas berisikan alamat, akhirnya aku sampai di depan rumah ayahku. Wajah yang sudah lama aku rindukan sedang menatapku dengan penuh rindu.

 "Anakku sayang ayah rindu nak, kamu udah gede yah… sekarang umur kamu kalo gasalah 18 tahun? Kobisa Amber biarin kamu kesini?" dengan wajah senangnya ia menanyakan banyak hal padaku.

 "Citra kabur yah… citra gakuat tinggal sama ibu. Setiap hari citra dibanding-bandingin sama Violet dan Kiran yah. Citra pengen sekali jadi seniman, tapi ibu sangat menentang keputusan citra. Citra pengen punya galeri seni pribadi." Ucapku sambil menangis dihadapan ayah.

 "Udah kamu istirahat dulu. Nanti kita bicara lagi ya." Ucap ayah sembari mengantarkanku kedalam kamar yang begitu mewah. Kamar itu didominasi ornamen berwarna biru langit yang sangat indah. "Kalo ada yang dibutuhkan panggil aja ayah atau art dirumah ini, jumlahnya ada 10 orang yang bekerja setiap harinya, nanti setelah istirahat kamu kenalan sama mereka, ayah juga punya ruangan kosong yang bisa kamu gunakan untuk keperluan melukismu." Ucapnya sambil mengusap rambutku dengan halus.

 "Apa yang kurang dari ayah sampai ibu meninggalkan ayah? Ayah seorang CEO sukses dan baik hati, tapi mengapa ibu selalu bertengkar setiap hari dan memutuskan untuk berpisah. Lalu apa alasan ibu selalu melarang keras untukku menjadi seorang seniman?" Ucapku dalam batin.

 "Ayah pergi dulu ya, ada urusan kerja yang perlu ayah selesaikan." Pamitnya padaku dan akupun mengangguk tanda setuju.

 Sekilas aku merindukan ibu, bagaimana keadaannya, aku harap dia baik-baik saja. Akhirnya hari itu aku terlelap setelah perjalanan jauh tersebut. Tengah malam ketika aku terbangun, aku menyesali perbuatanku yang nekat pergi menemui ayahku. Aku menyaksikan diriku terikat tanpa busana, aku berusaha untuk melepas ikatan tersebut namun sia-sia. Ternyata ia hanya pria cabul yang bahkan meniduri anaknya!

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

alta_Sakinahcreators' thoughts