webnovel

Desa

Hutan yang lebat dipenuhi dengan panorama hijau yang berbeda, menjauh dari bumi yang telah rusak akibat perubahan cuaca dan pola iklim. Namun, dalam tragedi yang melanda ini, perang nuklir melepaskan partikel-partikel ke atmosfer yang menghasilkan efek rumah kaca dan mengubah pola cuaca. Dampaknya sangat mengerikan, mempengaruhi pertumbuhan dan kehidupan tumbuhan di hutan serta mengganggu siklus air dan iklim lokal. Kebakaran hutan yang melanda secara global semakin memperburuk kondisi udara di bumi, membuatnya tidak lagi layak untuk dihuni. Pemandangan hutan hijau seperti ini membuatku bersyukur bahwa aku masih dapat menghirup udara segar ini.

Aku dan Ruby melangkah di tengah hutan menuju pedesaan terdekat dengan bantuan navigasi satelit.

"Aku merasa sangat lelah. Tolong bantu aku memotong semak-semak ini," pintaanku.

"Kau sangat mengecewakan, Kapten," kata Ruby dengan nada kesal.

ROOARRRRRR!

Raungan binatang buas membuat kami berdua terkejut. Namun, kami tidak melihat hewan tersebut.

Kami melanjutkan langkah dengan hati-hati, tetap waspada terhadap kemungkinan binatang buas yang mungkin bersembunyi di sekitar. Suasana tegang meliputi kami saat kami terus melintasi hutan yang lebat.

Kicauan burung dan suara dedaunan yang bergerak oleh angin menjadi latar belakang alami bagi langkah-langkah kami. Aroma segar dari dedaunan dan tanah yang basah menyegarkan hidung kami saat kami terus mengikuti jalur yang telah ditandai.

Tiba-tiba, Ruby berhenti dan menunjuk ke arah jejak di tanah. "Lihat!"

Spesies hewan yang mirip dengan beruang dan ular sedang terlibat dalam pertarungan sengit. Mungkin mereka sedang berebut wilayah. Hewan-hewan tersebut memiliki ukuran yang luar biasa besar, bahkan sampai meruntuhkan pohon-pohon di sekitar mereka.

"Ayo menjauh, jangan sampai mereka melihat kita. Saat ini, lebih baik kita melanjutkan perjalanan menuju pedesaan," kataku.

"Eh, ayolah, Kapten," goda Ruby.

"Tidak, kita jangan menyia-nyiakan peluru yang tersisa. Ayo pergi," pintaku dengan tegas.

Setelah menelusuri hutan, kami melihat pemukiman yang dihuni.

"Lihat! Itu desa," seru Ruby sambil mengarahkan teropong ke arah desa yang terlihat di kejauhan.

Kami memperhatikan desa dengan seksama melalui teropong.

"Para penduduknya terlihat seperti manusia, tetapi mereka berkumpul dengan alasan tertentu," kataku.

"Apakah kita harus pergi ke sana?" tanya Ruby.

"Ide bagus. Kita akan mempelajari bahasa dan budaya mereka serta menyelipkan perangkat penyadap suara di sekitar desa."

Aku juga penasaran dengan penduduk asli planet ini.

~

Seorang ksatria kerajaan baru-baru ini telah mengunjungi desa ini dan memerintahkan bahwa setiap pemuda yang telah mencapai usia tertentu harus wajib mengikuti pelatihan militer di markas militer kerajaan. Ksatria tersebut berdalih bahwa desa-desa di sekitar perlu meningkatkan jumlah pasukan untuk menghadapi ancaman dari wilayah tetangga.

"Apa yang dipikirkan para bangsawan dimana tugas mereka"

ksatria itu menjawab kepala desa "Maaf ini perintah rahasia militer, saya hanyalah prajurit yang diperintahkan"

Kepala desa mengangguk dengan penuh kekhawatiran. "Namun, Ksatria, kami hidup di sini dalam damai dan harmoni. Tidak ada ancaman dari wilayah tetangga yang perlu kami takuti. Para pemuda kami adalah sumber kekuatan dan masa depan desa ini. Mereka sangat dibutuhkan di sini untuk membantu pertanian dan pekerjaan sehari-hari."

Ksatria itu mengedipkan mata sejenak, kemudian mengambil napas dalam-dalam. "Aku mengerti kekhawatiranmu, Kepala Desa. Tapi perintah ini datang langsung dari raja dan tidak dapat diabaikan. Negara ini memerlukan pertahanan yang kuat dan pasukan yang tangguh untuk melindungi rakyatnya."

tentu saja Ini hanyalah propaganda dari para ksatria untuk meyakinkan kepala desa

ksatria ini tidak tau apa rencana sebenarnya para bangsawan dia hanya mengikuti perintah yang diterima

Kepala desa melihat dengan skeptis. "Apakah ini benar-benar untuk kepentingan rakyat dan negara, ataukah ada motif tersembunyi di balik perintah ini?" desaknya.

Ksatria itu mengerutkan kening, menghadapi ketidakpercayaan kepala desa. "Saya mengerti keraguanmu, tetapi sebagai prajurit, tugas saya adalah melaksanakan perintah yang diberikan kepada saya."

"Saya harus berbicara dengan para pemuda dan warga desa sebelum membuat keputusan akhir. Kami tidak ingin melihat anak-anak kami pergi ke medan perang tanpa alasan yang jelas."

Ksatria itu mengangguk, menghormati permintaan kepala desa. "Tentu saja, Kepala Desa. Saya menghargai kebijaksanaan Anda. Silakan bicarakan dengan warga desa dan kami siap menjawab pertanyaan atau kekhawatiran yang mereka miliki."

Di Kerajaan Westfalen, rakyat jelata dan bangsawan memiliki ambisi yang sama. Karena itu, tidak ada penghianatan di antara keduanya. Setiap orang di kerajaan Westfalen ini bekerja sama dalam satu kesatuan untuk bertahan hidup di tanah yang miskin ini. Rakyat jelata dan bangsawan memiliki rasa persatuan yang aneh yang tidak dimiliki negara wilayah manapun. Budaya mereka adalah budaya harga diri, di mana penghianatan dianggap merusak harga diri mereka.