webnovel

Cemburu ( Kenapa Aku Sedih )

*

"Entahlah, aku merasa cemburu pada kakak bernama Devi itu!"

*

Senja berangkat ke sekolah dengan senyum yang begitu lebar karena hari ini adalah pelajaran yang Senja sukai, yaitu Bahasa Indonesi.

"SENJA!"

"SENJA!"

Lengkung senyum Senja semakin mengembang ketika ia mendengar teriakan Cian yang memanggil namanya dari luar.

"Bi, aku berangkat dulu ya? Cian sudah menjemputku." ujar ku yang meminta izin pada Bi Imas karena hanya ada dia saja.

"Baik Non, hati-hati!"

"Iya, Bi!"

Sesampai nya di depan ternyata Cian sudah menungguku, sebentar tapi siapa yang berada di belakang sana.

Bumi kah?

Senja dengan wajah panik berjalan kearah Cian, dan benar saja bahwa orang yang berada di belakang Cian adalah Bumi.

"Kak Bumi kok ada di sini? Bukan nya selalu berangkat sendiri ya?" tanya Senja.

Cian menjelaskan segalanya, tentang alasan Bumi ikut. Sedangkan Bumi hanya diam menunduk.

"Ohhhh gitu...."

"Iya Senja!"

"Ayo berangkat!"

"Ayo!"

Berangkat kesekolah mereka memang mengguakan sepeda sebagai alat transfortasi karena mereka juga sudah besar.

"Cian, nanti saat pulang sekolah kamu bisakan bermain di rumahku?" tanya Senja.

Cian menggeleng,"Sepertinya aku tidak bisa Senja, aku akan pergi bersama dengan keluargaku."

"Kemana?"

"Ke rumah nenek dan kakek ku."

"Wah menyenangkan sekali." ujar Senja sambil tersenyum meskipun di hatinya ia sangat sedih.

"Bagaimana kalau kamu ikut?" tanya Cian.

"Tidak, aku tidak mau merepotkan. Lagian kalian akan bertemu dengan kakek dan nenek kan?"

"Ikut saja Senja." ujar Bumi dari belakang.

Senja terdiam sejenak, kemudian dia mengatakan."Iya aku mau!"

"Bagus!" senang Cian.

30 menit berlalu, akhirnya mereka sampai di sekolah. Tidak lupa mereka mengunci sepeda agar tidak di bawa sembarangan oleh orang lain.

"Senja, nanti aku akan ke rumahmu dulu. Lalu aku akan pergi bersamamu ke rumahku, bagaimana?"

"Oke!" setuju Senja.

Bumi hanya terdiam, menggeleng pelan melihat kelakuan merema berdua.

"Daahh Senja, sayang kelas kita beda lagi!"

"Iya!"

Senja berjalan menuju kelasnya, namun ia tidak sendirian. Melainkan ada Bumi yang mengantarnya terlebih dahulu, takut terjadi apa-apa dengan Senja.

"Kak Bumi bisa kembali, aku tidak apa-apa. Lagian kelas kak Bumi masih jauh, dan tidak belok kearah sini." ujar Senja.

"Iya, aku akan mengantarmu terlebih dahulu. Lalu aku akan pergi ke kelasku, kamu kan sudah menjadi tanggung jawabku." ujar Bumi dengan lembut.

Ah! Saat ini juga Senja merasa tidak percaya bahwa Bumi akan bergitu lembut kepadanya. Ingatkan dulu? Bahwa Bumi sangatlah dingin dan wajahnya datar seperti batu. Sekarang sepertinya Bumi menjadi pria hello kitty.

Sampai di kelas Senja, Bumi menyuruh Senja masuk kedalam kelas dan memastikan bahwa Senja duduk.

Bumi melambaikan tangan pada Senja sebelum ia pergi, sontak hal itu membuat seisi kelas menjadi kegeeran karena Bumi yang tersenyum dengan manis.

Oh ya, sekarang ini Bumi sudah menjadi ketua OSIS di SMA. Bukan kah keren? Dia menjadi ketua OSIS di SMP dan sekarang SMA. Pantas saja ia populer serta banyak sekali gadis-gadis yang menyukai nya. Terutama Zeana.

Zeana menatap kearah Senja ketika Bumi sudah tidak ada."Kenapa kamu tersenyum kearah kak Bumi?"

"Memangnya kenapa Zeana? Dia kan temanku. Apa ada yang salah?" tanya Senja dengan lembut.

Zeana menggebrak meja.

Brak!"

"Tentu, dia itu milikku Senja. Lihat senyuman nya tadi, dia tidak pernah tersenyum pada gadis lain selain dirimu!" kesal Zeana dengan mata terbelalak tajam kearah Senja.

Senja merasa ketakutan melihat Zeana seperti itu. Kalau Bumi tidak menyukainya, lantas apa yang akan di lakukan oleh Zeana?

"Kalau kamu suka kepada kak Bumi kenapa harus marah seperti itu? Kamu ungkap kan saja." ujar Senja.

"SENJA!"

Zeana sudah mengangkat tangan kanan nya, ingin menampar Senja yang sudah membuatnya kesal. Namun Zeana mengurungkan niatnya karena ada guru yang melintas di depan kelas mereka.

"Awas kamu Senja!" ancam Zeana yang pergi ke luar bersama dengan teman-temannya.

Senja terpatung, di dalam kelas ia merasa hanya sendirian. Semua teman-teman kelasnya tidak ada yang membantu, mereka seolah-olah tidak melihat itu semua. Padahal jelaa di hadapan mereka ada seseorang yang tengah di rundung.

Disaat jam pelajaran di mulai. Zeana menukar kursinya bersama dengan teman yang duduk di belakang Senja. Di pikiran Senja, dia sudah bisa menebak apa yang akan Zeana lakukan.

Pelajaran Bahasa Indonesi, itu adalah kesukaan Senja karena ia pasti akan di suruh membuat puisi atau cerpen.Tapi ketika ia membuat puisi, Zeana selalu saja mengganggu dengan cara menarik rok Senja hingga pahnya terlihat.

Senja yang tidak nyaman, kemudian menariknya kembali. Setelah itu Zeana malah menendang kursi Senja hingga tulisan yang indah dari tangan Senja menjadi tidak rapih dan tercoret-coret tinta.

Ingin sekali Senja menoleh dan mengatakan bahwa seharusnya Zeana tidak melakukan itu. Sayang sekali, karena ia tidak memiliki keberanian.

Tringg! Tring! Tringggg!

Bel istirahat berbunyi, artinya pelajaran Bahasa Indonesia sudah berakhir. Senja merasa sedih karena ia tidak bisa menyelesaikan puisinya itu, tapi ia masih punya banyak waktu.

Senja bangkit, ia sudah di jemput oleh Cian di depan kelas.

"Senja, apa Zeana mengganggumu?" tanya Cian sambil menatap Zeana yang malah melambaikan tangan, mengejek Cian.

"Tidak, apa ada yang salah denganku?"

"Jangan berbohong Senja, aku bisa melihat semuanya dari matamu. Hanya satu yang tidak bisa berbohong, itu adalah mata." ujar Cian.

"Tidak Cian, ayo kita pergi ke kantin. Mungkin kak Bumi juga ada di sana, menunggu kita."

"Tidak, dia sedang berada di ruangan OSIS. Katanya dia akan makan bersama dengan teman-temannya."

"Oh seperti itu, baiklah."

Mereka berdua pergi ke kantin. Sedangkan Zeana dan teman-temannya sedang menyusun rencana untuk membuat Senja kapok.

"Bagaimana? Bagus?" tanya Zeana berbisik pada temannya Yura.

"Bagus, aku menyukainya."

"Baik, kita lakukan itu." ujar Zeana.

Entah kemana mereka akan pergi, dan ide apa yang menurut mereka bagus.

Apa tentang mengerjai Senja?

Senja makan dengan lahapnya, rasanya seakan dia belum pernah makan selama satu bulan.

"Pelan-pelan Senja, kamu tidak harus makan cepat!"

"Bukan itu, ini enak sekali Cian!"

"Wah kalau begitu bagaimana kalau kita pesan lagi?"

"Baiklah!"

Mereka berdua memang satu circle dalam masalah makanan, jadi tidak perlu di tanya lagi kenapa mereka jadi sahabat. Itu karena kebiasaan mereka yang sama.

"Eh Cian, itu sepertinya kak Bumi." ujar Senja yang melihat kearah tempat dudul paling ujung.

"Iya, tapi dia dengan siapa?"

"Aku tidak tahu, sepertinya seorang wanita. Kakak kelas!"

"Ah aku tahu, itu adalah kak Devi. Wakil OSIS, kalau aku tidak salah." ujar Cian.

"Oh jadi begitu, tapi sebentar. Kenapa mereka sangat mesra sekali?" tanya Senja.

"Mungkin pacaran."

"Kak Bumi sama dia?"

"Iya, soalnya kak Bumi banyak doa mulu waktu malam. Aku kira dia kayaknya mau deketin wanita, soalnya aku ngupin hehehe.." ujar Cian.

"Hmmm..." entah kenapa Senja merasa sedih.

"Sepertinya aku cemburu!" batin Senja.