webnovel

His Daddy (21+)

"Jika Aku mengatakan kau milikku maka kau adalah milikku, Baby Boy!" (Ashlan, a sexy and Hot daddy) Lucas Dalton (19 tahun) bertemu dengan Ashlan Wright (35 tahun) di sebuah bdsm hardcore club. Ashlan yang baru pertama bertemu Lucas tapi dia langsung menyatakan kepemilikannya. Ingin tau bagaimana jawaban Lucas? Fufufu first chapter is down below, baby!

Akigasuki · LGBT+
Pas assez d’évaluations
25 Chs

Mau Sekarang

WARNING 21+!!

------------------------------------------------------------------

"Mmnnhh dawddy ywess... it's so good"

"Ahhh~ lagiii.. please lagii..."

"Sshhh tenang baby, kau akan mendapatkan semuanya nanti"

"Gak mau, Luca mau sekarang dawddy"

"Please hisap niple ku lawgy daddy"

Daddy tersenyum puas melihat ku memohon dengan air mata yang menggantung disudut mataku. Aku sudah sangat horny sampai tidak bisa memikirkan apapun selain hasrat ku untuk dipuaskan.

"Dawddy pleaseee..." pintaku pada daddy yang saat ini sedang berdiri di depan ranjang sambil memperhatikanku.

Perlahan daddy melepaskan tuxedo dan neck tie nya, ketika ia membuka kancing kemeja nya satu persatu, aku menelan saliva ku. Dadanya yang bidang dan six pack nya sungguh sayang untuk dilewatkan.

"Daddy..."

"Yes baby?"

"Luca mau daddy"

"Bagian mana yang kau inginkan?"

"Semuaaa, Luca mau menggigit, menghisap dan menjilati semuanya"

Daddy tersenyum.

"Kau akan mendapatkannnya baby, tapi tidak sekarang"

"What? Why??" tanyaku panik, seketika aku meloncat turun dan berlari ke arah daddy, kupeluk daddy erat, takut dia pergi lagi.

"Do you miss me?"

"Mmnn" jawabku dengan anggukan

"Will you follow all of my command now?"

"Ywess, daddy" aku mengarahkan pandanganku ke atas, menatap daddy yang lebih tinggi dariku.

"Good boy. Sekarang, daddy ingin Luca berbaring di ranjang"

"Yes, daddy"

Menuruti perintah daddy, aku berbaring dengan sabar diranjang. Pen*s ku sudah sangat tertarik dengan segala permainan yang direncanakan dady untukku.

"Take off your clothes, baby boy!"

"Yes, daddy" dengan cepat kulepaskan semua yang menempel ditubuhku, tanpa terkecuali.

"Look at you! do you want daddy so bad?"

"Yes, daddy. I want you so bad"

"Now, be a good boy"

"Yes, daddy" Aku kembali berbaring.

"Touch yourself, boy!"

Aku terkejut mendengar perintah daddy, apa ini? daddy ingin melihatku mansturbasi?

"Daddy, I-I..."

"Why?"

"Ak-Aku... malu"

"Kenapa harus malu? it's just daddy"

"Ta-Tapiii..."

"Luca tidak mau menuruti perintah daddy? hmmn?"

Mendengar suara daddy yang lembut aku merasa bodoh jika menolaknya. Dengan ragu aku mulai menyentuh niple ku sendiri.

"Da..Dawddy?"

"Yes, baby. Daddy disini"

Ternyata rasanya cukup nikmat, apa ini gara-gara Daddy yang terus memperhatikanku?. Beberapa menit aku tetap memainkan niple ku, sampai nafasku terasa berat. Aku tidak tahu kalau memainkan niple ku sendiri bisa terasa se-enak ini.

"Mmnnhhh... daddy~"

"Gunakan tanganmu yang satunya untuk mengocok pen*s mu!"

"Yess, daddy"

Ashlan mengoleskan lube di pen*s ku dan aku mulai mengocoknya.

"Nnghh...Mnhhh... sooo good... mnnhhh..."

"That's it... good boy"

"Yes, daddy"

Aku dan daddy memandang satu sama lain, tidak sedetik pun daddy mengalihkan pandangannya dariku. Hal itu membuatku merasa menjadi sesorang yang berharga untuknya. Daddy membuka mulutku dengan tangannya dan memasukkan dua jarinya ke dalam. Aku menjilati dan menghisap jari daddy dengan lidahku.

"Mmnnhh... dawddwy, Lwuca wawnt yow pwenwish" (Daddy, Luca want your pen*s)

Daddy hanya tersenyum lagi.

"Sekarang, Daddy mau Luca mengatakan semua yang Luca rasakan!"

"Ywess, dawddwy"

Daddy menarik ibu jarinya dan aku mulai mengatakan apa yang kurasakan saat ini. Daddy duduk disampingku dan menatapku dengan nafsu yang jelas dimatanya.

"Rasanya enak banget daddy, pen*s Luca udah pengen keluar padahal hole Luca belum dimasukin pen*s nya daddy yang gede itu"

"Sentuhan mana saja yang membuatmu terangsang, baby?"

"Semuaa... Luca suka semua, daddy cepet masukin pen*s daddy ke dalem, Luca pengen... "

Bukannya memberikan apa yang kuminta, daddy malah menghisap niple ku lagi.

"Mmnnhhh... daddy... nngghh ywesss.. enak daddy, enakk bangetttt... mmnnhh~"

Aku mempercepat kocokan pen*s ku. Hisapan daddy membuat otakku tidak bisa berfikir jernih. Tanpa peringatan, daddy memasukkan dua jarinya ke dalam hole ku.

"Anngghhh.. daddyyy~"

"Ywesss daddy... ywessshh..." menyambut kenikmatan yang diberikan daddy, aku menggerakkan tubuhku mengikuti irama jari-jari daddy.

"It's so good, daddy~ terusss... nngghhh... terusss"

Kepalaku terasa berputar, seluruh tubuhku terasa panas. Meskipun begitu aku masih sempat harus mengatakan sesuatu yang sangat kuinginkan sejak pertama aku bertemu Daddy.

"Nghh.. Daddy, udahhh... Luca mau pen*s Daddy sekarang~"

Daddy menghentikan jari-jarinya dan mengarahkan pandangannya kepadaku.

"Tidak untuk hari ini, baby boy"

"Ke-Kenapa?? Luca sudah menuruti semua perintah Daddy, Lu-Luca sudah jadi good boy. Daddy... please!!"

"Baby, apa kau ingat tadi dokter bilang apa?"

Aku hanya diam, menatap daddy dengan air mata yang berusaha kutahan agar tidak keluar.

"Dokter bilang kemungkinan kau patah tulang, baby. Daddy tidak ingin kau merasakan sakit yang lebih parah lagi"

"Tidak Daddy, Luca baik-baik saja. Ini hanya patah tulang biasa, Luca masih bisaaa. Please Daddy, Luca mau pen*s daddy masuk di hole Luca"

Sepertinya ucapanku barusan berhasil mempengaruhi Daddy, mata daddy semakin bernafsu ingin menerkam ku.

"Please Daddy, Luca udah gak tahannn~ mau pen*s daddy sekarang~"

Daddy meneliti sekujur tubuhku, kemudian berkata,

"Baiklah, tapi Luca harus janji, bilang ke daddy kalau sakit, okay?"

"Yes, Daddyyy"

Ini dia yang kutunggu-tunggu, pen*s daddy yang besar akan segera menghujani hole ku. Saliva ku menetes hanya memikirkannya.

Daddy berbaring disampingku.

"Loh daddy?" tanyaku bingung

"Ssstt, sekarang daddy mau Luca naik ke atas daddy"

"Eh?"

"Kemarilah, baby boy!"

"Ta-Tapi..."

"Luca tidak suka posisi uke on top?"

Menyadari posisi yang ditawarkan daddy, wajahku yang sudah panas terasa semakin panas. Uke on top adalah posisi favoritku, jika aku ada diatas aku bisa mengendalikan ritme sesuai keinginanku. Hal itu akan membuatku merasakan kenikmatan yang berlipat.

"Baby Boy, apa yang kau fikirkan?"

"Eh? Ti-Tidak ada"

"Posisi ini akan mengurangi rasa sakit yang mungkin akan muncul karena luka mu tadi" Jelas daddy

Aku tidak menyangka daddy akan memperhatikanku sampai seperti ini. Jadi, daddy melakukan hal ini hanya untuk ku?. Dengan canggung dan bersemangat aku merangkak ke atas tubuh daddy yang kekar. Aku mengambil lube dan mengoleskannya di pen*s daddy dan hole ku.

"Kau siap, baby boy?"

"Yes, daddy. Luca siap bangettt"

Aku memposisikan tubuhku dan memasukkan pen*s daddy kedalam hole ku.

"Nnghhh..."

"Pelan-pelan baby"

"Y-Yes, daddy... mnnhh..."

Setengah pen*s daddy sudah masuk, karena sudah lama aku tidak melakukan ini jadi agak terasa sakit.

"Ah mnnhh..."

"Apa terasa sakit, baby?"

"Emm... ti-tidak daddy... nghh..." Aku berbohong, hehe... Tentu saja, kalau aku bilang iya maka daddy akan segera menghentikan ini.

Perlahan aku mencoba memasukkan pen*s daddy lebih dalam.

"Nngghh...Ahhhhhhh..." Akhirnya dengan tekanan lebih, pen*s daddy bisa masuk selurunya. Nafasku memburu, daddy menawarkan tangannya agar aku bisa pegangan dan mulai mengocok.

"Tarik nafas dulu, baby"

Aku menuruti perintah daddy dan seketika tubuhku lebih rileks, aku siap beraksi. Pelan-pelan aku menaik turunkan tubuhku sambil terus berpegangan pada daddy agar aku tetap seimbang. Beberapa menit kemudian akhirnya aku mulai terbiasa dengan posisi ini. Kupercepat gerakanku.

"Nngghh... daddyhhh... Rasanya aneh"

"Aneh kenapa sayang? hm?"

"Rasanya... mnnhh... Lu-Luca... jadiiihh... tidak bisahh... ahhh.."

"Tidak bisa kenapa, baby?"

"Ti-tidak bwisahhh... ahhh... berfi..kirr...mnnhhhh..."

"Rasanya enak?"

"Mnnhhh... ywesss... enakkk... bangetttt..."

"Such a good boy"

Mendengar pujian dari mulut daddy pen*s ku sendiri semakin bersemangat. Suara kocokan ku pada pen*s daddy memenuhi kamar ini. Aroma sex menggantung diudara, ini enak bangetttt...

"Aaakkkhhhh... dawddy ywesss... Ahhh... Ahhh..."

"Mmnnhhh... ywess, so goodd.. Ahhh~ dawddy... aahhh..."

Ku tutup mataku agar aku bisa lebih merasakan hujan kenikmatan ini. Aku tidak tahu kalau sex bisa terasa seenak ini. Pen*s daddy yang besar serasa pas di hole ku. Aku tidak bisa lagi menahannya...

"Ngghh daddy.. Pen*s daddy enak banget... Mnhhh... Luca sukakkk... Ahhh~"

Suara moan daddy yang terdengar serak dan dipenuhi kenikmatan mengisi telingaku bersamaan dengan suara hentakan kulit bertemu kulit yang akan membuat siapapun yang mendengarnya jadi terangsang. Aku melepaskan peganganku pada tangan daddy, aku merasa lebih percaya diri sekarang.

"Ahhh~ soo good.. mnnhhh..."

Sepertinya daddy juga sudah tidak sabar, dengan tangannya yang kekar daddy membantuku mempercepat gerakan sampai akhirnya kita menemukan ritme yang sama-sama membuat otak kita berhenti bekerja.

"Ngghh... ywesss... lebih cepet... lebihh... lagiii.. dawddy... Mnnnhhh... ywesss"

Sakit yang harusnya kurasakan karena patah tulang tidak terasa sama sekali, yang ada hanya kenikmatan.

"Ahhhh... terus daddy... enak bangettt... ahhh~"

"Ohhh ywesss... this is sooo gwooddd... mnhh..."

"Baby, you looks so damn sexy"

"Ngghhh... yweessss"

Aku sudah tidak bisa lagi fokus dengan sekitarku, yang ada diotakku saat ini hanya kenikmatan yang kurasakan saja.

"Daddy, Luca gakuwatttt... mnnhhh... pengennn... nggghhh... cepettt keluarrr..."

"Yes baby, I'm close too"

Aku dan daddy mempercepat gerakan kami dan hal ini membuat ku benar-benar gilaaa.

"Nnghh... Daddyyy... Aakkkkkhhhhh~"

"Ahhh~"

Aku dan daddy keluar bersamaan, Cairan putih kental menyembur ke dada daddy yang bidang. Nafasku masih berat karena high cum, aku jatuh tebaring di dadanya daddy. Daddy keluar di dalamku, rasanya sekarang hole ku penuh dengan cairan milik daddy. Setelah beberapa menit akhirnya kesadaran kami kembali. Aku mengangkat kepalaku dan menatap daddy yang sedang melihatku.

Daddy mendekatkan bibirnya ke bibirku kemudian kami berciuman dengan ritme yang lebih lambat dan lembut.