webnovel

Tamu tak di undang

Seperti perkataan dari Richard beserta anggota blackcarlos yang lain nya, pagi pagi sekali mereka mendatangi apartement Raka.

Dinda yang masih tidur itu terganggu dengan suara bel yang terus berbunyi ditambah teriakan dari orang luar yang bisa memekakkan telinga.

Dinda terbangun dengan kesal, ia pun keluar dari kamar hendak membukakan pintu pada tamu yang tak di undang itu.

Ketahuilah ini itu masih dini hari, masih jam 4 pagi. Gimana Dinda gak marah dan kesal ia baru saja memejamkan matanya 3 jam yang lalu.

Ceklek.

Dengan sedikit kasar, Dinda membuka pintu apartement, dapat ia lihat 20 pria tengah berdiri di depan pintu apartement nya. Untung aja pada ganteng, kalo enggak udah Dinda tendang tuh para manusia yang menganggu tidur nya.

"Eh Din kok bengong," kata Ferro karena istri dari ketua blackcarlos itu hanya menatap mereka tak berniat menyuruh nya masuk.

"Suruh masuk kek," kata Risal yang udah capek berdiri. Mereka sudah datang dari 45 menit yang lalu, maka nya mereka capek berdiri.

"Kayak gembel kita berdiri di apartement orang," sahut Zico, karena melihat Dinda yang seakan tak peduli pada mereka, kan kasian para bujang bujang itu.

"Lu aja kali bang yang kayak gembel gue mah nggak," kata Ardi gak ingin di katai gembel.

"Gak usah ribut lu berdua," kata Richard.

"Masuk," kata Dinda akhirnya dan berjalan mendahului mereka.

Mereka semua tersenyum cerah, mereka kira Dinda bakal mengusir mereka. Menyadari kesalahan mereka telah membuat ribut di apartement orang menganggu jam tidur lagi.

"Din Raka mana?" Tanya Richard setelah ia mendudukkan dirinya di sofa.

"Tidur," balas dinda singkat.

"Bangunin gih," suruh zico dengan santai.

Tak menjawab perkataan dari Zico Dinda berjalan ke kamarnya untuk membangunkan si ketua blackcarlos yang hobi bermalas malasan itu.

"Bangun," kata Dinda dengan dingin.

"Raka bangun Lo," Dinda meninggikan sedikit suara nya, tapi bukan Raka yg bangun melainkan Rayhan yang menggeliat dalam tidur nya.

Rayhan memang tidur bersama Raka dan Dinda, dengan posisi Rayhan yang di tengah antara Raka dan dinda.

"Raka bangun, kalo nggak gue jual motor kesayangan Lo itu," ancam Dinda dengan Suara yang agak rendah.

Mendengar motor kesayangan nya, refleks Raka membuka matanya sembari memohon pada Dinda.

"Jangan dong yang, itu kan kesayangan gue, istri kedua gue," kata Raka langsung terbangun sambil memegang tangan Dinda.

"Makanya kalo disuruh bangun itu, bangun, jangan kek kebo," omel Dinda melepaskan tangan Raka.

"Jam berapa sekarang?"

"Empat."

"Whatt?? Baru jam empat, kenapa lo bangunin gue sepagi ini," pekik Raka dan kembali berbaring di kasur.

"Ada maling," kata Dinda santai Sedangkan Raka kembali berdiri dan langsung berlari ke sumber suara yang memang berisik sedari tadi. Raka syok mendengar apartement nya kemalingan. Padahal penjagaan begitu ketat, masa maling masih bisa masuk.

Raka sampai di ruang tamu dengan penampilan yang kacau, rambut yang acak acakan, piyama yang kusut serta hanya memakai sendal sebelah. memberhentikan langkahnya ketika melihat maling yg di maksud Dinda itu adalah anggota blackcarlos.

Sedangkan para anggota blackcarlos ketika melihat penampilan dari ketua mereka yang biasanya terlihat keren itu menahan tawanya melihat penampilannya yang sekarang. Ingin tertawa tapi takut di amuk nanti sedangkan Raka ia merasa malu, ia kira beneran maling tapi ternyata tamu tak diundang rupanya.

Dengan santainya Raka duduk di sofa paling ujung "ngapain lo semua kesini."

"Nagih janji Lo lah,"kata Rion.

"Janji apa? Gue gak pernah janji sama Lo pada."

"Ketemu Rayhan," kata Richard.

"Yah kalo cuma itu, kenapa harus datang sepagi ini, ganggu tidur aja lo."

"Soalnya Lo gak bisa dipercaya,"balas langit.

Raka mendelik tak suka mendengar perkataan dari langit.

"Rayhan mana?" Tanya Richard

"Tidur."

"Bangunin gih," suruh Zico.

"Enak banget ngomong nya."

"Kita udah kangen banget loh Rak sama Rayhan, udah 6 tahun kita gak liat dia," kata langit.

"Demi Rayhan Kita bahkan gak tidur demi buat ketemu sama dia."

"Sana bangunin sendiri, tapi ijin dulu sama Dinda."

"Kalo itu sih gue gak berani," kata Ardi.

"Lo aja Rak bilangin sama Dinda, Lo kan tau sendiri dia kalo marah serem. Wajah sih imut tapi kalo marah kayak macam betina."

"Lu aja pada takut. gimana gue,"ucap Raka.

"Dia kan istri Lo, eh tapi elu kan suami takut istri," kata Rion sambil ngakak.

"Diam njir, nanti Ray kebangun."

"Bagus dong, kan tujuan kita bangunin dia."

Di dalam kamar...

Dinda kesal setengah mati karena di luar sangat berisik membuat Rayhan bergerak gelisah dalam tidur nya.

Dinda marah Dinda keluar dari kamar menghampiri mereka sambil berkacak pinggang.

"Woy lu pada diam," teriak Dinda, seketika ruangan yang tadi berisik dengan suara mereka mendadak hening.

"Siapa yang nyuruh kalian berisik hah, Raka suruh para babu Lo itu diam "

"Iya yang, sorry."

"Lo pada denger kan jangan berisik nanti anak gue bangun."

Setelah hening, Dinda hendak berbalik ke kamar, takut nya malah bangun. Tapi,

"Mah," panggil seorang remaja yang berjalan menghampiri mereka dengan mata yang masih tertutup.

Mendengar suara Rayhan, Dinda segera menghampirinya "kenapa bangun?" Tanya Dinda sambil membantu Rayhan berjalan ke sofa.

"Berisik," katanya dan duduk di samping Raka. Matanya masih terpejam.

"Gila anjir, itu Rayhan?" Pekik Vano dengan suara yang sangat keras.

Mereka semua menganga tak percaya pada sosok remaja tampan yang berada di dekat Raka. Seakan mereka semua tak percaya apa yang mereka lihat kini.

"Lo jangan berkata kasar, disini ada anak di bawah umur," peringat Richard.

"Gue masih gak percaya," celetuk Radit.

"Lo kira cuma lo, gue juga kali," ucap Rama membalas ucapan Radit.

"Berasa mimpi," ucap Roy menatap Rayhan tak berkedip.

Raka sih bodoh amat dengan tingkah para sahabat nya. Dirinya lebih memilih memainkan handphone, entah darimana dia mendapatkan handphonenya itu, padahal ia keluar dari kamar dengan keadaan syok.

"Ganteng banget lagi, pasti dia juga pintar." ucap Richard.

"Kalau ini mimpi, tolong jangan bangunin gue dari mimpi indah ini, gue gak mau apa gue liat saat ini bukanlah kenyataan. Gue beneran rindu banget sama Rayhan setelah sekian lama kita tak bertemu sejak ia di bawa sama bang Bima," ucap Langit.

"Gue setuju. Kita bahkan gak liat tumbuh kembang Rayhan, padahal itulah tujuan kita saat Rayhan baru pertama kali lahir. Ternyata apa yang di idamkan, apa yang di inginkan ternyata takdir bisa saja berubah. Tapi gue bersyukur bisa bertemu Rayhan, dan rasa rindu gue sudah terobati," ujar Richard.

"Kita semua rindu sama Ray dan sekarang kita senang banget Rayhan sudah kembali," ucap Risal.