webnovel

Menjahili Rafi

Setelah kepergian Megan, kini tinggallah Rayhan dan Rafi yang berada di dalam kamar. Karena tadi Rafi yang meminta agar tak ke sekolah akhirnya di bolehin oleh Megan, asal dia menjaga Rayhan dengan baik.

Rayhan benar Benar bosan, moodnya hancur, kalo sakit begini ia akan mudah sensitif dan mudah menangis. Anak manja yang selalu di sayang pasti akan berperilaku sama seperti Rayhan.

Rayhan menatap jengah pada Rafi yg duduk membelakanginya sambil bermain game.

Bukannya menjaga Rayhan malah si Rafi asik sendiri, mengabaikan Rayhan yg mati kebosanan.

"Kak raf,"panggil Rayhan dengan lirih.

"Kak Rafi," panggilnya lagi karena Rafi mengabaikannya atau hanya berpura pura tuli.

"KAK RAFIIIII," teriak rayhan dengan kencang.

"Apasih bocah" ketus Rafi karena di ganggu.

"Ray bosan," rengek rayhan kayak anak TK. Ini lah alasan rafi itu sering sekali memanggilnya dengan sebutan bocil. Karena jika sedang sakit, maka rayhan akan berubah menjadi bocah yang hobi nangis dan harus di turuti kemauan nya. Membuat orang lelah saja.

"Terus?" tanya rafi masih sibuk dengan game nya. Ingin mengabaikan Rayhan, tapi suara anak itu ketika menangis akan sangat keras. Dan hal itu membuat Rafi harus was was, takut jika ada tetangga yang malah menuduhnya menyakiti Rayhan.

"Kak rafi sini dulu deh," panggil Rayhan.

"Gak, gue sibuk," jawab Rafi cuek.

"Sibuk apaan cuma main game doang, sini atau Ray bakal kasih tahu Tante kalo kak Rafi gak jaga Rayhan malah main game. Bolos sekolah cuma main game," ancam rayhan.

Rafi dengan kesal menghampiri rayhan.

"Dasar bocah, mainnya ngancem."

"Biarin."

"Apaan," tanyanya ketus.

"Gak usah di jelek jelekin mukanya, udah tau jelek malah tambah jelek nantinya," ejek rayhan melihat wajah kusut rafi.

"Heh Bocah asal Lo tau yah gue ini manusia tertampan di muka bumi ini," kata Rafi kelewat pede sedangkan Rayhan hanya memutar bola matanya malas menanggapi omongin Rafi.

"Main yuk," kata rayhan mengalihkan topik.

"Main apaan?"tanya rafi udah terbujuk.

"Main kuda,"kata rayhan dengan bersemangat.

"Kalo gue jadi kudanya gue gak mau yah,"tolak rafi, meskipun ia sudah tahu, kalo dirinya lah yang bakalan jadi korban.

"Ih kok gitu. Kan Rayhan lagi sakit jadi kak Rafi lah yg jadi kudanya."

"Enak aja Lo. Gak. Gue kagak mau" tolak rafi keras.

"Yaudah kalo gak mau, ray telepon tante. Kalo rafi gak nurut sama rayhan."

"Kasih tau aja, gue gak takut," balas rafi seolah tak peduli dan tak takut sama sekali.

"Beneran nih? Yaudah aku telpon dulu," kata Rayhan sambil mengambil ponselnya yg berada di atas meja. namun belum sempat ia menggenggam nya tiba tiba saja Rafi mengambilnya lebih dulu.

"Yaelah cil, lu seriusan," kata rafi menyembunyikan ponsel rayhan di belakang tubuh nya.

"Iyalah, siniin ponsel gue," kata rayhan hendak merebut kembali ponsel nya.

"Gak, yg ada lu ngadu lagi."

"Biarin. Biar nanti kak Rafi di gantung sama Tante."

"Mana mungkin mama tega gantung gue, gue kan kesayangan mama."

"Tapi Tante lebih saya gue dari elu kak fi."

"Terserah Lo cil," pasrah rafi di banding nanti beneran ia di gantung. Kan udah gak ada lagi tuh manusia tertampan dan terkece di dunia ini.

"Sekarang ayo main," kata rayhan kembali bersemangat.

"Kalo gue mati gimana? Lo mau tanggung jawab. Mending main yang lain aja deh, yang lebih menyenangkan," kata rafi masih ingin menolak berharap ray bakal memainkan permainan yang lain.

"Ya enggaklah, kan gue gak bunuh Lo cuma minta main doang. Ray cuma mau main ini, gak mau yang lain."

"Main sih main, tapi elu itu berat banget. Meskipun badan Lo kurus kerempeng."

"Gak usah ngehina yah. Udah ah cepat."

Rafi dengan terpaksa menuruti permintaan rayhan.

"Jika saja Lo gak sakit, mana Sudi gue jadi babu Lo," kata Rafi saat Rayhan mulai menaiki punggung nya.

"Udah ah bawel, Ayo cepat jalan," kata rayhan memukul punggung rayhan.

"Cuma keliling kamar Lo kan?" Tanya Rafi.

"Ya enggak lah," jawab rayhan.

"Terus?"tanya rafi mulai gak enak perasaan nya.

"Dari kamar Ray, turun ke ruang tamu habis itu ke halaman belakang lalu naik lagi ke kamar Ray," kata Rayhan santai.

"Woy bocah mikir dong, dikamar Lo aja gue udah pingsan. Gimana kalo harus turun ke lantai bawah terus naik lagi yg ada gue mati beneran," protes rafi.

"Yaudah lah kak, anggap aja ini permintaan terakhir dari gue, masa Lo gak tega sih. Gue kan lagi sakit. Lagian menyenangkan adik itu dapat pahala loh kak."

"Emang Lo udah mau ke akhirat?" Tanya Rafi asal.

"Iya." jawab Rayhan ngasal pula.

"Gue sumpah in beneran."

"Amit amit, bercanda elah."

Rafi pun mulai berjalan merangkak dengan Rayhan yg berada di punggungnya dan saat sampai di tangga dia bingung gimana cara turunnya.

"Woy turun Napa."

"Apaan, baru bentar. Belum ke ruang tamu, belum ke halaman, belum balik lagi ke kamar,"kata rayhan tak ingin turun dari posisi nyaman nya. Lebih tepat nya senang ketika melihat wajah tersiksa dan kesal dari rafi.

"Coba Lo liat di depan mata Lo ada apa?"

"Ada tangga," jawab rayhan polos.

"Pintar, cara kita turunnya gimana kalo Lo masih ada di punggung gue."

"Turun, ya tinggal turun kak," kata rayhan kelewat santai.

"Kalo Lo mau ke akhirat sekarang sih, gue mau," kata rafi ngasal.

"Lo aja, gue belum berbakti pada orang tua gue," ucap rayhan.

"Makanya Lo turun dulu, entar di bawah baru lanjutin main kuda kudanya."

"Enggak, Lo bohong, bilang aja Lo mau kabur."

"Masa Lo gak percaya sama sepupu lo yang tampan ini."

"Tau ah bete gue sama Lo."

"Ok, ok. Sekarang Lo maunya gimana?" Tanya Rafi dengan sabar

"Gendong koala keliling kompleks," rengek Rayhan dengan merentangkan kedua tangannya pengen di gendong padahal posisi nya masih ada di punggung rafi.

"Whattt??? Gak. Gue kagak mau. Tau gini mending tadi gue kabur aja. Lebih baik gue di hukum sama bu Julia," kata rafi menyesal, karena tak ikut ke sekolah bereng rafa.

"Yaudah kalo gak mau. Gak usah," jawab Rayhan dan berlari ke kamarnya tak lupa mengunci dan membanting pintunya sangat keras.

"Rey Lo ngambek?" Kata Rafi menyusul dan memukul pintu kamar Rayhan.

"Ray Lo marah sama gue," teriak nya dari luar. Namun di abaikan.

"Yaelah baperan Lo," kata Rafi dan pergi keluar rumah karena teman temannya mengajaknya nongkrong.