"DITOLAK"
Lagi-lagi.... kata itu yang kembali terdengar di kupingku. Sudah berapa kali aku mendengarkannya. Setelah berulang-kali mencoba untuk melamar pekerjaan. Mereka selalu mengatakannya saat melihat resume yang kuajukan kepada mereka. Aku sendiri tidak begitu tahu apa yang membuatku ditolak setiap wawancara. Aku telah berpakaian rapi, memakai kemeja putih dan jas hitam yang kurental. Pertanyaan demi pertanyaan yang mereka ajukan pun kujawab dengan sebisaku. Namun kenapa...
Setiap hari aku mencoba untuk melamar pekerjaan di berbagai perusahaan software yang terkenal, selalu ditolak. Aku memutuskan pergi ke sini karena cita-citaku yang ingin menjadi Game Designer. Diriku sudah kuliah selama kurang lebih 4 tahun untuk mengejar cita-citaku tersebut.
Tetapi kenyataannya... Hingga umurku yang menginjak 25 tahun ini. Aku masih belum mendapatkan pekerjaan. Setiap hari diriku melamar, ditolak dan kembali ke apartemen. Menghabiskan waktuku menjadi penyendiri sepanjang hari, di depan layar monitornya.
Bahkan orang tuaku juga mengomel menyuruhku untuk pulang saja ke rumah mereka berdua di desa, daripada tidak mendapatkan pekerjaan di kota. Aku tahu mereka mungkin khawatir padaku... atau mungkin saja tidak ingin anaknya menjadi semakin tidak berguna. Tapi, memangnya aku sudi kembali ke desa apa..... Aku ingin mengadu nasibku di kota ini !
"Mengadu nasib apanya.... hah. Sampai sekarang pun aku tidak mendapat pekerjaan.”
Helaan nafas ini terasa begitu berat setiap kali kulangkahkan kakiku menuju melalui jalanan kota. Pikiranku sekarang hanya ingin segera pulang ke apartemen, lalu menyalakan komputerku. Hidup ini terasa begitu sulit. Aku hanya lulus kuliah dengan nilai yang pas-pasan saja. Hal yang kumiliki hanyalah imajinasiku yang berjibun untuk membuat berbagai game.... seperti fantasy yang dipenuhi sihir dan pahlawan, atau fps dengan aksinya yang memukau !
Perusahaan tidak butuh cerita-cerita seperti itu. Mereka hanya ingin bukti nyata dari pengalaman serta nilai yang aku peroleh dari universitas. Terlebih lagi jika universitas yang terkenal, pasti sangat mudah untuk masuk ke sana. Seperti kawan-kawan sma-ku dahulu. Mereka banyak yang sudah diterima kerja dan bahkan beberapa diantara mereka sudah menikah.
Memikirkan mereka kembali justru membuatku semakin kesal.
"Cih... sialan kalian. Aku pasti akan mendapatkan kehidupan yang layak juga !" kataku sambil menendang sebuah kaleng yang berada di depanku.
BUK
Suara keras terdengar ketika kaleng kaleng yang kutendang tadi mengenai seseorang. Aku sangat kaget ketika perbuatanku tadi justru membawa masalah, segera kudekati seseorang yang barusan terkena kaleng tendangku. Dia mengenakan pakaian aneh berwarna hitam dan memiliki jubah yang tertutup dari atas sampai bawah, sangat misterius.
"Ah.... maafkan saya. Saya tidak bermaksud..."
"Tidak apa-apa.... tidak apa-apa."
Dari balik tudung hitamnya, aku sama sekali tidak dapat melihat matanya. Tetapi ia tersenyum kepadaku. Menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak marah kepadaku yang telah menendang kaleng ke arahnya. Namun, aku terus meminta maaf padanya karena takut terbawa pada masalah. Dan dia kembali mengatakan tidak apa-apa.
Walaupun penampilannya begitu mencurigakan karena jubahnya itu, serta tudung yang menutupi wajahnya. Tetapi sepertinya orang baik, apakah gaya berpakaian seperti ini yang remaja sekarang sebut dengan cosplay atau semacamnya ?
"Tadi... anda mengatakan ingin mendapatkan kehidupan yang layak bukan ?"
EH ?! Dia mendengar perkataanku tadi ?!
"A-Ah..... i-iya... aduh begitu memalukannya....." Aku mengelus-elus rambutku karena malu. Bagaimana bisa dia mendengar perkataanku ?!
"Kalau begitu aku akan mewujudkannya."
Ia mendekatiku, tidak menghiraukanku yang kaget olehnya. Perlahan menggunakan kedua tangannya, ia sentuhkan pada kedua pundakku. Tepat saat ia mencengkeram bahuku, getaran yang kencang terasa hebat pada sekujur tubuhku. Aku seperti disetrum oleh listrik secara tiba-tiba walaupun hanya disentuhnya. Genggamannya berubah menjadi dorongan lembut, ia mendorongku mundur kebelakang. Tubuhku yang bagaikan terkena setruman listrik, lemah dan tak bisa kugerakkan.
Kupikir tubuhku akan terjatuh keras pada trotoar. Tetapi tidak ada..... aku tidak membentur apapun. Yang kurasakan hanyalah diriku yang terasa terhisap oleh ruang dan waktu. Suasana kota yang ramai dan penuh orang yang berjalan di sekitarku pun menjadi gelap dan semakin menjauh dariku. Aku melayang pada ruang gelap, melihat dirinya yang berada di atasku sementara kegelapan semakin membawaku menjauh.
Berulang-kali aku menanyakan apa yang terjadi padaku ?
Apa yang terjadi padaku ?
Apakah aku akan mati ?
Tidak ada siapapun yang menjawab... Hanyalah diriku, keheningan, dan kegelapan saja yang berada disini.
-o-
"Errmmm...."
Sekujur badanku terasa sakit.... Meski tubuhku masih sulit digerakkan, perlahan aku dapat menggerakkan jari-jari tanganku. Kedua kakiku pun dapat kurasakan, meski terasa agak nyeri setiap kali aku mencoba mengangkatnya.
Sekuat tenaga kucoba untuk membuka kedua mataku, yang tertutup oleh beberapa tanah dan dedaunan. Sebentar.... dedaunan ? Daun yang menutup mataku kuambil dan kuangkat keatas. Kenapa bisa ada daun di wajahku ? Serta, saat aku melihat ke atasku, terdapat lebatnya pepohonan tinggi dengan daun-daunnya. Berada dimanakah diriku sebenarnya.
Baju kemeja putih dan jas hitam yang kusewa semuanya kotor dan terdapat banyak tanah yang masuk ke sakuku. Tas kotak hitam berisikan dokumen yang kutenteng bersamaku sebelumnya pun tidaklah bersamaku, menghilang entah kemana.
Aku tidak tahu sekarang diriku berada di mana sebenarnya. Barang bawaanku hanyalah pakaian satu set dan sebuah bolpoin yang masih berada di saku kemejaku.
Seingatku.... aku masih berada di kota. Lalu kenapa bisa diriku berada pada tempat seperti ini ?
Ah.... Aku ingat. Orang bertudung itu. Setelah ia menyentuh kedua bahuku, aku sama sekali tidak dapat mengingat apa-apa setelahnya. Apakah ia memakai semacam hipnotis, merampok semua barangku, lalu membuangku di hutan ?! Sialan.... rupanya dia seorang kriminal ! Aku harus segera keluar dari sini dan melapor ke polisi.
"Oh iya.... handphoneku kan berada di tas itu..."
LALU BAGAIMANA CARAKU MELAPOR ATAU MENGETAHUI DIMANAKAH DIRIKU ?!
SREK SREK
Suara apa itu ? Aku menengok pada semak-semak yang berada di belakangku. Terdapat beberapa semak-semak yang bergerak. Apakah itu hewan... ? Bagaimana jika itu beruang ?! Semak-semak yang bergerak itu bertambah banyak, bukan hanya satu. Setelahnya mulai terdengar suara aneh gemerisik, seperti sesuatu yang tengah berbicara menggunakan bahasa yang aku tidak ketahui.
Aku berancang-ancang untuk bersiap berlari. Lalu salah satu dari mereka keluar dari semak-semak. Aku mengamati hewan apa yang keluar dari sana. Sebentar.... Hewan apa ini ? Kenapa hewan itu berukuran seperti anak kecil dengan gigi tajam keluar dari mulutnya, mata berwarna merah dan tubuhnya berwarna hijau ? Dia berdiri dengan kedua kakinya. Baru kutahu ada jenis hewan seperti itu, yang dapat berdiri dengan kaki belakangnya selain monyet. Selain itu... dia memegang benda tajam yang nampak seperti sebilah pisau di tangan kanannya.
Makhluk itu mengatakan kata-kata yang aneh dan sepertinya sangat marah, mengacung-acungkan pisaunya kepadaku. Aku pun hanya melihatnya dengan hati-hati, lalu menggertaknya dengan menghentakkan kakiku kebawah. Hewan itu langsung mundur dan berteriak melengking. Seluruh sosok yang berada di semak-semak keluar, makhluk yang sama sepertinya. Hijau cebol dengan mata berwarna merah, mereka semua bersenjata dan menatapku dengan tajam, seperti berniat untuk membunuhku.
CRASH
Aku merasakan darah segar mengalir dari pipi kiriku. Kugerakkan tangan kiriku untuk mengeceknya. Terdapat darah di telapakku.... darah berwarna merah segar.... apakah mereka barusan melemparkan pisau padaku? Apa yang terjadi bila serangan itu tidak meleset ?! Oi.... yang benar saja.... memangnya aku berada dimana.... Seingatku.... Di bumi tidak ada yang seperti ini.....
Sebenarnya.... Berada dimanakah diriku sekarang ?!