webnovel

Hidup Beralaskan Duri

Seorang laki-laki tampan yang gemar gonta-ganti wanita. Ia juga pemabuk dan suka mengikuti balapan liar. Dia mengalami kecelakaan yang membuatnya koma. Laki-laki ini bertemu dengan seorang wanita yaitu Arini. Yang tak lain adalah perawatnya yang bekerja di Rumah Sakit tempat laki-laki ini dirawat. Mereka pun menikah dan hidup bahagia. Tapi kebahagiaan itu berbalik menjadi sebuah derita. Suami tercinta ditangkap oleh Polisi. Kesetiaan di uji selama tujuh tahun. Berharap setelah tujuh tahun, kehidupan rumah tangga akan kembali bahagia. Namun, Tuhan punya rencana lain. Arini mengidap kanker. Masalah pun tidak henti menerpa hidup Arini yang malang.

Ayu_Lestari_507 · Histoire
Pas assez d’évaluations
238 Chs

Kehamilan Pricilla

Satu minggu kemudian

Pricilla akhirnya ditemukan oleh orang suruhan Pak Rudy. Pricilla dan Anton pun di bawa oleh orang-orang suruhan ayahnya itu ke rumah. Mereka akan segera bertemu Pak Rudy yang sudah menunggu di kediamannya.

"Lepaskan aku," Pricilla marah kepada salah satu orang suruhan Pak Rudy yang menyeretnya keluarga, begitu pun juga Anton yang mendapat perlakuan yang sama.

Mereka masuk ke dalam mobil dan di bawa menghadap Pak Rudy. Di dalam mobil, Anton melihat Pricilla yang memasang wajah penuh amarah, seolah ia benar-benar ingin pergi dari kehidupan ayahnya.

'Kasihan Pricilla.' Anton merasa iba melihat Pricilla seperti itu. Ia mengusap rambut kekasihnya itu dengan memberi pelukan hangat untuk sekadar menenangkan.

Setelah menempuh perjalanan hampir tiga jam, Pricilla, Anton dan juga pesuruh Pak Rudy tiba di rumah mewah nan sunyi itu. Anton dan Pricilla di bawa ke ruangan yang berada di pojok melewati lorong. Ya, ruangan yang pernah Anton datangi pada malam itu.

Pak Rudy yang duduk di kursi sembari menyilangkan kakinya itu, sedang menghisap sebatang rokok yang ia pegang di jarinya. Ia berdiri dan berjalan mendekati Anton juga Pricilla. Pak Rudy berjalan mengelilingi Anton dan putrinya tersebut.

"Apa mau kalian?  apa kalian berpacaran?" Anton dan Pricilla tetap diam dan enggan menjawab. Pricilla hanya bisa menangis karena ketakutan. Anton pun merundukkan kepalanya dan tidak mau menatap wajah laki-laki yang telah membuat ia kehilangan rumah.

"Jawab!" Pak Rudy membentak Anton dan Pricilla. Kemudian ia memegang wajah Anton dengan menegakkan ke depan wajah Pak Rudy. Anton gemetar hingga tubuhnya dipenuhi dengan keringat dingin. Ia menjawab pertanyaan Pak Rudy.

"Saya cinta dengan Pricilla." Dengan lantang ia menyuarakan isi hatinya di depan ayah kekasihnya itu. Lalu Pak Rudy melihat wajah Anton dan menamparnya. "Jangan pernah lagi menemui Pricilla!"

Pak Rudy memberi isyarat kepada pesuruhnya untuk membawa Anton dan mengusirnya. "Anton ...." Teriak Pricilla yang melihat Anton di seret ke luar oleh orang suruhan ayahnya. Pricilla hendak berlari mengejar Anton, namun Pak Rudy berhasil menahan putrinya.

"Ayah hanya ingin kamu menikah dengan Bobby teman ayah."

"Aku nggak mau. Sampai kapan pun aku nggak akan nikah sama bandar narkoba itu!"

Pricilla pun di tampar oleh Pak Rudy. Sehingga membuat Pricilla marah dan berlari ke kamarnya. Dia menangis di bawah bantal. Teriak histeris dan merasa hancur.

Sementara Pak Rudy menerima telepon dari seorang laki-laki yang tak lain adalah Bobby temannya yang akan ia jodohkan dengan putrinya.

"Gimana anakmu, Rud?" tanya Pak Bobby yang tidak sabar ingin menikah dengan Pricilla.

"Kasih aku waktu satu bulan lagi lah, aku yakin, dia pasti mau kok." Pak Rudy tidak bisa menolak permintaan temannya itu karena hutang budi pada Pak Bobby.

Pak Bobby akan menganggap lunas uang yang dipinjam Pak Rudy dengan syarat, ia menikah dengan anaknya yaitu Pricilla. Bobby sangat menginginkan Pricilla menjadi istri keduanya.

Pak Rudy yang menganggap Bobby temannya ini sudah membantu ia bangkit dari kebangkrutan, merasa berhutang budi dengan temannya itu. Pak Rudy harus mengerahkan tenaganya untuk membujuk Pricilla mau menikah dengan laki-laki pilihannya.

Keesokan harinya, Pricilla keluar dari kamarnya. Ia hendak berangkat kuliah. Pak Rudy sedang duduk di kursi makan dan meminum seteguk kopi. Pricilla mengambil selembar roti dengan dilapisi selai kacang kesukaannya tanpa melirik sedikit pun pada ayahnya.

"Pricilla" sapa Pak Rudy. Sepertinya Pricilla masih sangat marah pada Pak Rudy. Laki-laki berusia sekitar empat puluh tujuh tahun itu mengurungkan niatnya untuk membujuk Pricilla.

Pricilla berangkat ke kampus tanpa bersalaman dengan ayahnya, ia pun tidak memakai mobil. Pricilla lebih memilih naik taksi onlain yang sudah menunggu di depan rumahnya.

Rumah mewah yang sepi, semakin sunyi ketika para penghuni tidak bersuara. Pagi yang cerah, namun hati gelap riuh dirundung amarah yang semakin membara.

Saat di kampus, Pricilla bertemu Anton. Namun saat Pricilla hendak menyapa Anton, tiba-tiba telepon berbunyi. Panggilan itu dari ayahnya. "Jangan coba-coba bertemu Anton di belakang ayah. Karena kamu akan tahu akibatnya nanti." Ancaman dari Pak Rudy membuat Pricilla takut jika nanti terjadi sesuatu pada Anton.

Pricilla pergi meninggalkan Anton yang menunggu kedatangannya. Anton mengejar Pricilla, namun Anton tidak berhasil membuat Pricilla mau berbicara dengannya.

Di bawah pohon rindang yang berada di taman kampus, Pricilla duduk seraya mengeluarkan ponselnya. Ia membuka galeri dan melihat betapa banyaknya moment saat bersama Anton. Air mata pun jatuh membasahi pipi ketika merenungkan keadaan yang kini harus jauh dari Anton.

Satu bulan kemudian..

Pricilla masih kekeh pada pendiriannya yang ingin menikah dengan laki-laki pilihannya. Ia membuka pintu kamarnya yang terus di ketuk oleh Pak Rudy. Malam itu, adalah malam pertama Pricilla akhirnya mau berbicara lagi dengan sang ayah.

Mereka bicara empat mata di sofa ruang tamu. Pak Rudy membuka percakapan dengan menanyakan apakah Pricilla baik-baik saja selama ini. Pricilla pun menjawabnya dengan singkat. "Aku baik-baik saja." Pak Rudy mulai menanyakan tentang jawaban dari apa yang ia minta sebulan yang lalu.

Pricilla tetap menolak ayahnya itu. Lalu Pak Rudy mulai mengungkit masa lalu Pricilla yang bukan darah dagingnya. "Kamu tahu kan Pricilla, ayah sudah merawat kamu sejak kamu berusia tujuh tahun. Ayah tidak meminta imbalan lebih. Hanya ingin kamu menuruti ayah kali ini saja."

"Apa? Kali ini saja? Ayah tahu kan dulu ayah pernah meminta apa dariku~~?" tiba-tiba Pricilla mual dan tidak sadarkan diri. Ia tergeletak di sofa. Sementara Pak Rudy memanggil asisten rumah tangganya untuk membantu menggendong Pricilla ke dalam mobil untuk ia bawa ke rumah sakit.

Sesampainya Pricilla dan ayahnya di rumah sakit, Pricilla langsung ditangani oleh oleh Dokter yang berjaga saat itu. Hampir lima belas menit Pricilla diperiksa, akhirnya ia pun keluar dengan dibantu oleh perawat di sana. Pricilla diperbolehkan pulang dan langsung menemui ayahnya.

"Kamu sakit apa?" tanya Pan Rudy yang mendorong kursi roda menuju ke parkiran. "Nanti saja di rumah aku jelaskan." Lalu Pricilla menelepon Anton dan memintanya untuk datang ke rumah Pricilla.

"Buat apa kamu menyuruh laki-laki itu ke rumah?" Pak Rudy membentak Pricilla saat ia membantu Pricilla masuk ke dalam mobil. Pak Rudy menyusul masuk dan langsung melihat ke kursi belakang mobil. "Jawab Pricilla, untuk apa kamu menyuruh Anton ke rumah?" Pricilla hanya diam dan memejamkan matanya. Pak Rudy menancap gas dan pergi dari Rumah Sakit tersebut.

Sementara Anton, ia bergegas pergi ke rumah Pricilla dengan harapan bahwa akan ada kabar baik untuknya.

Anton, Pricilla dan Pak Rudy, Tiba di rumah secara bersamaan. Anton memarkirkan motornya, sedang Pricilla dan Pak Rudy turun dari mobil. Anton menghampiri Pak Rudy dan kekasihnya Pricilla. Ia hendak menjabat tangan ayah dari wanita yang ia cintai. Tapi, Pak Rudy menarik ulur tangannya dan menolak sapaan dari Anton.

Mereka bertiga masuk dan mengobrol di ruang tamu. "Ada apa Pricilla?" tanya Anton yang tidak sabar. Pricilla menatap wajah Anton dan menangis.

"Aku ... Ha- ...."