webnovel

Prolog

"Anjir gue kalah nih?!" Streta mengumpat kesal. Lalu menatap kelima sahabatnya secara bergantian.

"Tenang Ncess, kali ini lo bukan seorang yang kalah terakhir. Liat, masih ada Udin dan Glea," celetuk Aruna kemudian.

Gadis yang masih meneguk beberapa gelas air karena tersedak kuah bakso yang panas dan pedas itu hanya melirik sinis Aruna yang stausnya kali ini ialah sebagai pemenang. "Tapi tetep aja, biar bagaimanapun gue bakal kena prank chat!"

"Cuma satu doi Ncess. Sans!" Maura yang masih sibuk mendinginkan badan ikut menimpali.

Streta memutar bola matanya kesal. Ini kekalahan entah ke-barapa baginya. Yang pasti, dia sangat membenci momen saat seperti ini. Atas hukuman tertidakmanusiawi.

"Akhirnya gue bakal ngeprank dua doi!" Audina yang baru saja tuntas melahap semangkuk bakso pedas itu, tampak kegirangan menerima kekalahannya. Berbeda dari Glea yang kini terus mengeluh pada kelima sahabatnya untuk membebaskan dirinya untuk tidak usah menghabiskan kuah bakso tersebut.

"Sumpah ya gila, udah deh gue gak mau nerusin makan!" rengek Glea. Tetapi tetap saja kelima sahabatnya itu tak mengizinkan. Biar bagaimanapun peraturan tetap peraturan. "Sumpah si, kalian bener-bener tega!" Glea kembali memberontak. Yang kemudian diikuti tawa sahabat-sahabatnya.

"Ayo Glea semangat!" Aruna lagi-lagi memberi dukungan.

"Hore akhirnya gue bisa ngeprank Mas Rayhan dan Mas Rycard." Suara kebahagiaan Audina kembali terlontar. Hal ini membuat sahabatnya menyidik heran.

Glea yang masih sibuk menghabiskan pun ikut menatap Audina sinis. "Dasar Udin! Lo sengaja kalah kan kali ini, biar samaan kayak gue?!"

Sementara orang yang ditanyai hanya manggut-manggut sambil tertawa kecil. Dan, itu semakin memperkuat argumen dari masing-masing bahwa kali ini Audina sengaja mengalah. Streta hanya menggeleng pasrah, tak tahu lagi dengan apa yang sahabatnya itu rencanakan.

"Oke, gue selesai," ucap Glea, mulutnya masih berusaha mengunyah. "Ah sialan, gue bakal ngusilin tiga cowok dong."

"Iya Gle. Lo kan yang kalah terakhir." sambung Aline mencelos. "Em, sekarang kita tentuin siapa aja yang bakal jadi sasaran buat Glea prank."

Terlihat keenam gadis itu kembali berpikir. Siapa kira-kira cowok yang masuk dalam daftar prank dari Glea kali ini. "Plis jangan Hilmi atau Arsya lagi! Kalau bisa ke yang kelas dua belas aja. Mereka kan bentar lagi pada lulus tuh." Glea menawar.

"Gak bisa Gle, lo harus prank Hilmi sama Arsya kali ini, gak mau tahu!" protes Aline galak.

Tak lama sebuah kata setuju dari keenam gadis itu pun yang langsung memenuhi telinga gadis yang bernama Glea itu. Membuat Glea tak ingin mengomentari atau memberontak lagi. Dia setuju saja.

"Em, kalau gue gak usah dipilihkan ya. Gue udah nemu calon orang yang mau gue prank." Audina menyeringai.

"Lah itu lo si udah ketebak," selidik Aline sinis.

"Terserah lo deh! Sini mana ponselnya. Gue kan yang menang." Maura memaksa, dan tak perlu berdebat terlalu lama bagi Maura untuk akhirnya bisa meraih ponsel Audina.

Begitu juga ponsel Glea, kini telah berpindah pada genggaman Aline. Dan kini, saatnya tersisa Aruna yang siap melakukan aksi perayaan kemenangannya pada Streta Alrisa Marganya. "Mana ponsel lo?" tanya Aruna.

Gadis itu ragu untuk kali ini. Tapi, ini resikonya. Bahwa hal yang harus dia lakukan adalah menerima kekalahan. "Emang lo mau ngeprank siapa?"

"Biasa," jawab Aruna tanpa menoleh. Ia masih sibuk mengotak-atik ponsel Streta.

Streta mendengus kesal. Jika kalah, maka sasaran prank paling utama yang sahabatnya incar adalah Gavin Nikola Leonardo. Dan ini sudah keberapa kalinya dia harus menjalani aksi prank murahan itu pada kakak kelasnya. "Tunggu, kalian pada gak bosen apa ngusik Kak Gavin?" Streta mendengus kesal. "Lama-lama gue kasihan sama dia deh."

"Bacot lo Ncess!" Aruna yang masih sibuk mengetik pada ponsel Streta kini berkomentar. "Terlepas dari semua itu, lo seneng kan?"

Streta malas jika Aruna sudah mulai mengoceh. Ya, dia juga suka pada Gavin Nikola Leonardo. Itu alasan mengapa dia selalu mendebat jika tentang pria itu. "Bukan gitu Na, maksud gue kenapa kali ini gue gak nge-prank ke sasaran yang lain aja si?"

"Siapa?" Aruna menatap sinis sahabatnya, sementara yang lain mulai sibuk dengan kegiatannya. "Fayzan yang udah punya pacar dan masih ada satu tahun bersama, atau Arsya yang bau kencur itu?!"

Streta mengangguk pelan. "Mungkin, keliatannya mereka lebih menarik," katanya.

"Gak!" Aruna masih tetap pada ketetapan pertama. Lalu diam, menatap Streta yang tampaknya mulai kesal mendebat. "Eh Ncess, gue punya satu cowok yang sekiranya cocok buat dijadiin sasaran prank chat lo."

"Siapa?" Streta malas menanggapi.

"Kenan Aksa Rajendra."