webnovel

CHAPTER 15 HAMIL

Adeline ikut ke kantor Smith lagi kemudian mereka kini makan di kantin perusahaan, kedekatan mereka membuat semua karyawan perempuan itu memuji karena bos mereka sangat mencintai istrinya.

Kedekatan Adeline dan Smith dalam mempertontonkan kemesraan mereka sangat di minati dan di ikuti kisahnya bahkan di sosial media.

Tiba-tiba di tengah makan Adeline merasa mual dan tidak bisa menerima makanan yang ia sendok an ke mulutnya.

"Sayang,apakah kamu baik-baik saja? apakah makanan ini mengandung udang, alergi mu kambuh?"Smith tampak sangat khawatir. Ia tahu bahwa Adeline tak bisa memakan hal yang berbau udang sedikit pun.

"Tidak, ini bukan udang perutku sedikit sakit sampai ulu hati!" jawabnya sembari menutup mulutnya dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya ada di perutnya.

Smith langsung memangku Adeline saat itu juga dan menyuruh Sofia menelepon Dokter pribadi mereka.

Namun Adeline menolak ia merasa tidak enak badan biasa.

Semua pasang mata menatap mereka. "Smith, aku bisa berjalan sendiri!" lirih nya di pangkuan suaminya itu.

"Kamu tidak bisa, sudah jelas kamu sakit."

Smith hanya diam, bahkan dari lantai mereka berada, bahkan tidak menurunkan Adeline sama sekali, dan menggendong sampai ke mobil sampai semua orang di lobby juga melihat adegan mesra itu.

Mereka pulang ke rumah, sementara Sofia menelpon Dokter untuk segera menuju mansion milik nya.

Sesampainya di sana Smith kembali memangku Adeline, sampai ke lantai dua dan membawa gadis itu ke kamar.

Semua pegawai menatapnya juga, tak terkecuali Sofia. Para pelayan lain sangat khawatir terhadap nona mudanya.

"Sayang, aku hampir muntah sekarang"

"Lakukan di sini aku akan mengambil kan tempat untukmu"

"Sayang, aku akan tidur saja sebentar"

"Aku akan menemani mu aku takut kamu memerlukan sesuatu"

Raut wajah Smith tampak sangat mengkhawatirkan Adeline, ia pun hanya memejamkan matanya sembari menunggu Dokter datang.

Setengah jam kemudian, Dokter pribadi yang selalu siap datang saat di hubungi jam berapapun itu kini sudah berada Mansion milik Smith.

Dokter itu naik ke lantai dua bersama Sofia dan beberapa pegawai yang membawakan air hangat untuk kompres Adeline.

Tampak mereka antusias melihat penampakan kamar Nona muda dan Tuan muda mereka yang sangat membuat mereka penasaran, karena hanya ada Sofia dan dua pelayan pribadi Adeline saja yang bisa mengakses kamar ini.

Memang ini area terbatas yang hanya bisa di masuki beberapa orang yang dipercaya oleh Smith.

Dokter mulai mengeluarkan peralatan nya guna mendeteksi keadaan tubuh Adeline. Perempuan itu mengeluh di area perutnya, kemudian setelah beberapa saat Dokter juga menyentuh pergelangan tangan gadis itu.

"Nona apakah anda merasakan mual namun tidak muntah?" tanya Dokter itu, karena baru pertama kali melihat Adeline.

"Iya!" jawab Adeline lirih.

"Selamat anda sedang mengandung, untuk mengetahui jelas silahkan datang ke rumah sakit agar lebih pasti untuk melihat perkembangan bayinya!" ucap Dokter.

Smith membelalakkan matanya, ia menatap mata Adeline yang membulat dan juga menatap mata semua orang bergantian.

Sofia tampak sangat terkejut dan segera menyuruh semua pegawai keluar dari kamar itu dan Dokter itupun pamit pulang.

Adeline menatap wajah Smith dengan seksama, ia masih tak percaya apa yang di dengarnya.

Smith meraih tangan Adeline sembari duduk di samping gadis itu. "Aku benar-benar tidak percaya akan memiliki seorang anak, ini diluar dugaan ku."

Adeline sungguh tak menyangka melihat reaksi Smith yang tampak sangat bahagia, ia juga tak menyangka akan hamil sekarang karena masa haidnya memang seharus nya sudah tiba.

"Apakah kamu senang?" tanya Adeline.

"Tentu saja! this my child."

Jawaban Smith sontak membuat perempuan itu terharu.

Kabar itu sudah terdengar oleh Sofia langsung, ia hampir kehilangan keseimbangan karena informasi ini. Kemudian ia berlari keluar, dadanya sakit ia tak menyangka hal ini terjadi.

Selama ini ia selalu memberikan Adeline minuman herbal yang menyumbat kesuburan nya.

Namun setelah Adeline selalu di bawa Smith ke kantor, ia lupa memberikan ramuan itu. Hal itu membuatnya kesal bukan kepalang.

Seharian Smith tidak turun dari lantai dua bahkan tak menelpon pegawai nya. Ia sangat senang hingga mencium tangan Adeline sepanjang waktu yang membuat perempuan itu sangat bahagia di perlakukan seperti ini.

"Terimakasih!"

"Untuk apa?" tanya Adeline.

"Mengandung bayi ini!"

"Tentu saja, karena aku ibunya" lanjut Adeline. Dan Smith hanya tersenyum.

Kabar itu langsung ia sampaikan secara pribadi pada Jeremy Thomas Ayahnya. Yang langsung membuat lelaki paruh baya itu berteriak kencang karena senang.

Kali ini wajah Sharon dan Maria lah yang berubah. Mereka bahkan tak tersenyum sedikitpun. Sharon terluka karena Smith akan memiliki putra dari wanita lain. Sementara di kepala Maria hanya tentang uang yang akan segera jatuh ke tangan Smith sesuai perjanjian.

Pagi yang sejuk membuat Smith sangat bersemangat memulai hari. Dia sudah siap dengan stelan jas yang membentuk tubuhnya. Menapaki anak tangga di ikuti Istrinya yang sejajar menapaki tangga. Ia khawatir Adeline terpeleset.

Kedua insan itu sih seperti keluarga lengkap yang bahagia, beberapa kali mereka bercanda di tangga sebelum akhirnya tiba di lantai satu. Semua makanan yang akan di masukan ke mulut Adeline akan di cicipi oleh Smith semuanya, ia tak ingin bayi di dalam perut Adeline sakit.

Karena itulah Sofia tak bisa mengacaukan kehamilan Adeline dengan makanan yang di siapkan nya, karena tidak ingin Smith ikut sakit.

"Tuan, ada tamu di ruang tamu!'' ucap Claire begitu mereka tiba di lantai satu.

"Siapa?" Smith melihat jam di pergelangan tangannya, menyadari ini masih sangat lagi untuk seseorang bertamu.

Dia berjalan ke ruang tamu, sedangkan Adeline ke meja makan untuk menata makanan.

Gestur tubuh Smith yang mendukung begitu enak di pandang walau dari jarak jauh, tatapannya fokus pada tamu yang di maksud pelayannya itu.

Seorang perempuan yang tampak tak asing membelakangi Smith sedang duduk di sofa ruang tamu. Langkahnya semakin dekat.

Mendengar suara mendekat, perempuan itu bangun dari duduknya dan kemudian berdiri dan berbalik.

Smith langsung menghentikan langkahnya begitu ia melihat siapa perempuan itu.

"Hi, Smith?" ucapnya.

Lelaki itu mematung, tatapannya berkaca-kaca namun menyiratkan kekecewaan yang mendalam.

"Bagaimana kabarmu?" perempuan dengan rambut pirang dan tatapan mata hijau yang indah kini melontarkan pertanyaan.

"Kenapa kamu disini?" suara Smith benar-benar halus tidak seperti biasanya.

"Aku sudah memikirkan apa yang kamu ucapkan, sekarang aku mau kembali kesini!"

Smith membelalakkan matanya, perempuan yang ia tunggu sedari tiga tahun lalu kini datang di hadapannya.

"Sayang sarapannya sudah siap!" Adeline datang dari belakang Smith untuk mengajaknya segera sarapan.

Perempuan itu melihat pada Adeline yang memanggil Smith dengan panggilan sayang.

"Hai, siapa kamu?'' tanya nya pada Adeline si nona muda Tuan rumah disini.

" Aku?" Adeline menunjukkan dirinya sendiri menyiratkan pertanyaan wanita itu.

"Yes!" jawab wanita itu.

"Adeline, istri Smith" dengan ringan ia menjelaskan padanya.

Pandangan wanita itu langsung terarah pada Smith yang juga mematung menatap nya. "Istrimu?" tanya wanita itu, namun di tujukan pada Smith seolah menunggu jawaban dari lelaki itu.

Sofia datang dari belakang dan mengambil tugas Claire untuk mengantarkan minum ke ruang tamu tanpa tahu siapa tamu itu.

Begitu ia tiba di sana, semua orang sedang berdiri mematung. "Nona Clarissa!" ucap Sofia yang tengah memegang nampan berisi gelas minuman itu, dengan mata terbelalak juga.