webnovel

Haruskah Kembali?

Kau bilang ingin kembali? Apakah kau lupa tentang pengkhianatan yang kau beri? Kau bilang maaf? Aku sudah memaafkanmu, namun luka ini terlanjur menancap di hati. Kau bilang beri kesempatan sekali lagi? Aku sendiri tidak tahu, apakah hati ini masih untukmu. Aku begitu mencintaimu, hingga aku letakan sumber kebahagiaanku padamu. Aku yakin kamupun begitu mencintaiku. Bagiku, kamu sungguh suami luar biasa. Namun, kejadian dua tahun silam, membuatku tidak lagi percaya denganmu. Cinta dan kesetiaanmu telah kau bagi dengan yang lain. Meski kamu mengatakan maaf dan itu sebuah kesalahan, namun kepercayaan tak bisa lagi aku pertahankan. Aku putuskan pergi dari hidupmu dengan membawa hati yang pilu.

DYAR · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
12 Chs

Mimpi yang Begitu Nyata

Malam ini Fitri sama sekali belum bisa memejamkan mata, karena terlalu banyak yang bergelayut di fikirannya. Berulang kali dia membolak-balikkan badan, mencari posisi nyaman untuk tidur, namun kantuk tak juga menghampiri. Putus asa dengan mata yang sulit terpejam, akhirnya Fitri bangun. Dia mengedarkan pandangan ke sekitar kamar, lalu menemukan jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 23.30.

Dengan langkah gontai Fitri menuju kamar mandi, berniat mengambil air wudhu untuk shalat malam. Sudah menjadi kebiasaannya, ketika sedang gelisah karena banyak yang difikirkan, Fitri selalu mencoba menenangkan hati dan fikiran dengan tilawah.

Selesai wudhu, dengan fikiran yang masih seperti bola kusut, Fitri mengambil alat solat yang tertata rapi di rak. Dia mulai menggelar sajadah, lalu mengambil mukena yang menggantung dan mengenakannya dengan perlahan.

Setelah aurat tertutup dengan sempurna, berbagai hal yang ada difikirkannya mulai dikesampingkankan. Fitri mencoba memfokuskan diri pada serangkaian ibadah sunat yang akan dia tunaikan sekarang, agar bisa mendapatkan kekhusyukan. 

Beberapa rakaat shalat sunat telah selesai dikerjakan. Fitri mulai mencurahkan segala kemelut hatinya dalam serangkaian doa dengan penuh kerendahan diri, memohon agar Allah memberikan ketenangan dan memberikan bimbingan disetiap langkah dan keputusan yang dia ambil, agar membawa pada kebaikan.

Semakin larut dalam doa, semakin deras air matanya mengalir. Sungguh, dalam keadaan seperti ini, manusia menunjukkan sisi terlemah dari dirinya. Sekuat apapun manusia, tetaplah Allah Yang Maha Kuat, tidak ada yang bisa menolak kuasa-Nya. Fitri menyadari bahwa semua yang terjadi atas dirinya semata-mata karena kehendak Allah. Maka kepada Allah lah sebaik-baik tempat mengadu, dan hanya Allah-lah Sang Maha Pemberi Solusi.

Setelah merasa lebih tenang, Fitri menutup doanya, lalu mengambil Al-Qur'an, dan mulai tilawah. Semakin bermesraan dengan Al-Qur'an, hatinya semakin merasakan ketenangan. Tepat pukul satu dini hari, Fitri mengakhiri tilawahnya. Dia menutup Al-Qur'an, merapihkan alat sholat, dan meletakkan kembali ke tempat semula, baru kemudian membaringkan badannya di tempat tidur. Tidak menunggu waktu lama, matanya pun berhasil terpejam.

***

Di Tempat yang berbeda, seorang pemuda terbangun dari tidurnya karena sebuah mimpi. Mimpi itu seolah-olah begitu nyata. Dia duduk bersandar pada dinding tempat tidur sambil merenungi mimpi yang baru saja dia alami.

Dia mencoba mengingat-ingat alur mimpi itu menjadi rangkaian cerita yang sempurna. Dalam mimpi, dia melihat dari kejauhan, seorang wanita berjilbab sedang duduk membelakanginya sambil bersimpuh memeluk kedua lutut. Sayup-sayup terdengar suara isak tangis berasal dari wanita itu. Rasa penasaran karena isak tangis yang terdengar begitu menyayat hati, membuatnya tergerak untuk menghampiri wanita itu. Lama dia berdiri di belakang, mendengar isak tangis wanita tersebut, yang semakin terdengar nyata. Setelah mematung begitu lama, akhirnya dia menyapanya. Mendengar suara sapaan dari belakang, perlahan wanita itu mengangkat wajahnya, mengusap air mata dengan kedua tanganya, lalu menoleh ke arah belakang. Ketika wanita itu menoleh ke arahnya, lama mereka beradu pandang. Tidak ada pembicaraan lagi diantara mereka. Mereka saling membisu dan hanya beradu pandang. Tiba-tiba pemuda itu terbangun dari tidurnya.

"Siapa ya wanita itu? Perasaan aku pernah melihatnya. Kenapa dia nangis? Suara tangisannya itu benar-benar memilukan. Ah mimpi yang aneh". Pria tersebut bergumam sendiri. Benar-benar merasa aneh dengan mimpinya.

"Ah rupanya sudah jam dua subuh, sebaiknya aku ambil wudhu untuk shalat tahajjud." Gumamnya lagi.

Hasbi beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Setelah mengambil air wudhu, dia kembali ke kamarnya, memakai peci dan sarung, lalu menggelar sajadah. Dia mulai shalat taubat, diikuti shalat tahajjud dan istikharah, lalu ditutup dengan shalat witir.

Selesai shalat sunat, Hasbi berdoa memohon diberikan petunjuk mengenai wanita pilihannya. Risa, wanita yang sudah dua tahun dia kenal lewat sahabatnya waktu dipesantren dulu, entah mengapa kedua orang tuanya kurang menyukainya. Mereka seolah terkesan enggan untuk memberikan restu. Kadang, ada saja omongan ibunya yang nyeplos begitu saja menunjukkan ketidaksukaannya. Meskipun kedua orang tuanya kurang menyukai Risa, namun Hasbi masih mempertahankannya, dengan alasan tidak mau memulai lagi mengenal wanita lain dari nol. Padahal, dia tau betul sifat Risa yang keras kepala, yang kadang membuatnya harus ekstra sabar. Dia masih berharap suatu saat, jika Risa sudah menjadi istrinya, sikap Risa bisa berubah. Dia juga berharap, secepatnya orang tuanya bisa menerima Risa dengan tangan terbuka.

Ketika tengah berdoa, tiba-tiba wajah wanita dalam mimpinya itu kembali muncul difikirannya. Dia begitu kaget ketika ingat kalau wanita itu sama persis dengan wanita yang pernah dia tolong waktu itu. Wanita yang dengan tatapan kosong menyebrangi jalan tanpa mengetahui ada kendaraan dengan kecepatan tinggi hampir saja menabraknya.

"Ya Allah, wanita itu? Ya wanita yang waktu itu aku tolong karena hampir tertabrak, dia sama persis dengan wanita yang tadi aku mimpiin. Siapa dia? Mengapa tangisannya begitu terdengar menyayat hati? Mungkinkah dia sedang mengalami banyak kesedihan? Saat itu dia hampir tertabrak karena sedang melamun. Apa waktu itu dia sedang mengalami banyak masalah? Tadi di mimpiku dia menangis. Siapa dia sebenarnya? Kenapa sampai ada di mimpiku? Masalah apa yang sedang kamu alami wahai wanita berjilbab? Dimanapun kamu berada semoga kamu baik-baik saja." Gumam Hasbi di sela-sela doa yang tengah ia panjatkan.

Akhirnya tanpa dia sadari, justru doa untuk wanita itulah yang menjadi penutup doanya. Selesai menutup doa, Hasbi masih duduk di sajadah yang masih tergelar, sambil terus merenungi mimpinya. Apa mungkin mimpi itu hanya sebuah bunga tidur yang tidak mempunyai makna apa-apa. Tapi mimpi itu begitu nyata. Pertemuannya kala itu dan mimpi yang dia alami beberapa menit kebelakang seolah-olah ada hubungannya. Lalu, apa hubungannya dengan dia? Kenapa wanita itu harus muncul di mimpinya? Kenapa dia harus melihat wanita itu dalam keadaan menyedihkan seperti itu di mimpinya? Ah semakin difikirkan, membuatnya semakin merasa aneh.

Lama bergelut dengan lamunannya sendiri, akhirnya Hasbi beristighfar. Dia tidak mau terlalu jauh memikirkan wanita yang sama sekali tidak dia kenal. Kemudian mengatur suasana hati dan fikirannya agar tenang kembali. Lalu merapihkan alat shalat. Melihat jam yang menggantung di dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul tiga dini hari, Hasbi memutuskan untuk tidur kembali.

Tepat pukul empat subuh, alarm hp berbunyi. Hasbi kembali bangun dari tidurnya. Kemudian duduk sejenak guna mengumpulkan kesadarannya. Setelah itu, dia segera ke kamar mandi untuk mandi dan mengambil wudhu. Selesai bersih-bersih, Hasbi mengenakan baju koko dan sarungnya, keluar kamar, membuka pintu rumah, kemudian berjalan menuju masjid. Sesampai masjid, sambil menunggu tibanya waktu adzan subuh, Hasbi mengisi waktu dengan tilawah Qur'an sampai waktu adzan subuh tiba.