"Yaah," Ardha Candra tersenyum. "Kurasa, laki-laki adalah bayi yang tidak pernah besar."
Clara Dimitrova terkikik, dan sang kekasih kembali menstimulai gunung kembar di dadanya.
"Hei…" ujar Clara sembari mengusap-usap kepala sang kekasih. "Kita tidak sedang berada di rumah. Bisakah kau membuat ini lebih cepat, Sayang?"
Ardha Candra menjauhkan mulutnya dari puncak-puncak kemerahan itu. "Aku benci ini, tapi… ya sudahlah."
Sang gadis tersenyum mengusap wajah sang pria. "Tolong berhati-hati, atau kau akan membuat luka di pahaku kembali berdarah."
"Jangan khawatir," ujar Ardha Candra sembari melorotkan celananya hingga ke batas bawah pinggulnya, begitu juga dengan celana dalamnya. "Aku pasti bisa."
"Dasar!" kikik Clara sembari membuka lebih lebar paha kanannya agar sang kekasih dapat mengakses pintu kewanitaannya dengan lebih baik tanpa harus mengganggu luka di paha kirinya.
"Aku hanya sedang mencoba mememuhi permintaan kekasihku."
"Aow, itu manis—sekali…!"
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com