Di teras atas itu Sitar masih terlihat gemetar sembari memeluk boneka beruangnya.
"Jangan marah," gumamnya. "Jangan marah."
Dan saat pintu satu-satunya yang ada di sisi kanan itu terbuka, gadis kecil itu pun menjadi kaget.
"Hei," sahut Levy sembari tersenyum. "Kenapa kau sampai kaget begitu? Apa aku membuka pintu ini terlalu kencang?"
"Levy…!"
Sitar berseru seraya menjulurkan kedua tangannya. Sangat jelas bagi si pria asing bahwa gadis kecil itu sedang dalam ketakutan.
Maka, dengan cepat pula Levy menghampiri Sitar, ia menaruh begitu saja makanan dan minuman yang ia bawa ke atas meja, lantas berjongkok di hadapan si gadis kecil nan buta, dan kemudikan memeluknya.
"Hei, tenanglah," ujar Levy. Dan ya, ia dapat merasakan tubuh gadis kecil tersebut menggigil. "Tenanglah. Tidak akan ada yang bisa mengganggumu di sini."
Pelukan Sitar ke tubuh Levy itu terlihat begitu erat, seolah kesepuluh jari tangannya yang mungil mencengkeram punggung Levy.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com