webnovel

Bab 02 Pesan, Pesta, dan Puisi Cinta

Di Kantin Sekolah..

"Kalian duduk di sini dulu, biar aku yang pesankan makanan dan minuman untuk kalian." kata Santi.

"Oke, boleh.." seru Titah.

"Sin, elu pesan apaan?" tanya Santi.

"Gue mau siomay dan es jeruk saja San.." jawab Sinta.

"Oke, elu tah, pesan apa?" tanya Santi lagi.

"Yang biasa saja San.." jawab Titah.

"Tunggu, tunggu San.." kata Sinta.

"Apa lagi sih Sinta?"

"Tanya Titah dulu dong yang biasa itu siomay, batagor, atau bakso, nanti salah pesan lagi kaya waktu itu."

"Oh iya ya, benar juga kamu. Jadi.."

"I'm a meatball message with a yellow noodle and do not wear the beam."

"Okay, what do we drink?"

"Iced tea sweet."

"Santi.." seru Sinta.

"Do not forget the mineral water yes, three .."

"Right, so are you too, you also want your mineral water?"

"Yes is true .."

"Okay, oh ya tah, Sin .."

"What's more Santi?" tanya Sinta.

"One more question." jawab Santi.

"What is Santi?" tanya Titah.

"Anything else, who wants to be in the message?" tanya Santi juga.

"Not there .." jawab Titah dan Sinta.

"Oh okay, if so I have a meal and feedback first yes."

"Oh ya Agan, Ian, kita mau duduk dimana nih?" tanya Rivan.

"Di sini saja deh.." jawab Afgan.

"Oke.." seru Budi.

"Catat pesanan deh.." pinta Ardian.

"Oh my god .." seru Sinta yang histeris ketika melihat Afgan di kantin sekolah.

"Why are you?" tanya Titah.

"Itu tah.." jawab Sinta.

"Orders come .."

"Tah, Sinta kenapa?"

"Not know .."

"Is it what Sinta?"

"It was Afgan, oh my god, Afgan's oath is so handsome."

"Haha.. Cowok mesum seperti itu, kamu bilang ganteng. Halo.. Sinta katarak ya mata kamu, ke dokter mata gih sana. Orang mesum di bilang ganteng haha.. Haduh Sinta, Sinta.." keluh Titah.

"Hemm.. Eh mbak, mbaknya ngomong apa barusan hah?" tanya Afgan.

"Nasty guy, what, don't like it?" tanya Titah juga.

"I hate to, uh… Look, I'm not a pervert." jawab Afgan.

"By the way, not a pervert, if not a pervert, in a bathroom what's his name if not a pervert, huh.."

"Hadeh.. Afgan mulai lagi, Ian pisahkan tuh teman kamu." keluh Budi.

"Iya, iya.. Haduh gan, Afgan.." seru Ardian yang mengeluh Afgan dan Titah membuat kerusuhan di kantin sekolah.

"Sin, kamu sih.." sambung Santi.

"Ya maaf, tapi benarkan Afgan itu ganteng banget.."

"Iya sih benar, tapi.."

"Tapi apa Sinta?"

"Tapi kita pisahkan dulu Titah dan Afgan nya."

"Tunggu, tunggu, tunggu Afgan, Titah sudah cukup ya. nanti guru piket ke sini lagi dan kalian di kasih hukuman, mau kalian berdua di kasih hukuman memangnya?" tanya Ardian.

"Aku dan dia, di hukum berdua, ih.. Enggak maulah.." jawab Afgan.

"Sama saya juga nggak mau di hukum, dengan cowok mesum seperti dia, ih.. Gak mau" jawab Titah juga.

"Oke, kalau kalian berdua gak mau di hukum, ya sudah kembali ke tempat kita yuk Afgan. Pesanan kita sudah datang, yuk.." kata Ardian.

"Okay.." seru Afgan.

"Bagus, pergi sana.." sambung Titah.

"All right, all right, get his friends away from us." sambung Santi.

"Yes.. , Afgan let's go back to our place."

"Already sitting again, oh yes we talk about the other just yes." kata Sinta.

"Membicarakan soal apa?" tanya Titah.

"Wait a minute, thought first .." jawab Sinta.

"Haduh Sinta kebiasaan deh, tulalit nya kumat.." keluh Santi.

"Hai semua, Afgan.." kata Fano.

"Yes, what's up?" tanya Afgan.

"This, invitation, party, party, my birthday, come yes."

jawab Fano.

"Oh oke.." seru Afgan, Ardian dan teman-temannya.

" Dia ada di sini, nanti saja deh saya kasih ke dia dan teman-temannya. sekalian ngajak dia pulang bareng.. " kata Fano dalam hati.

"Ya sudah, saya duluan ya, mau bagikan undangan ini ke yang lainnya." kata Fano.

"Ya.." sambung Afgan.

"Hi, this is for you two, do not forget to come yes." kata Fano memberikan undangan pesta ulang tahun pada Santi dan Sinta.

"Haa.. Kita berdua, kok hanya kita berdua doang sih, ini teman kami yang satu lagi gak sih kak Fano?" tanya Sinta.

"Habis yang saya bawa untuk di bagikan ke kantin sekolah, tapi tenang saja ada kok di kelas nanti saya antar ya ke kelas kamu." jawab Fano.

"Oh gitu.." seru Sinta.

"Iya, ya sudah kalau begitu duluan ya." sambung Fano.

"Iya kak.."

"Tah pesta, kira-kira.."

"Selesai, Sinta.."

"Iya tah, kenapa?"

"Ini uangnya, nanti bayar ya, oh ya Santi soal pesta itu gue gak tertarik. kalau kalian mau datang, datang saja gue nggak.." jawab Titah.

"Oh oke Titah, Santi, kamu sih di bahas segala soal pesta ulang tahun kak Fano. Gue mau nyusul Titah dulu ya, ini uangnya kamu bayar ya. Tah tunggu.." kata Sinta yang memberikan uang pada Santi dan Sinta mengejar Titah.

"Yah, yah, Sinta. Kok jadi gue yang bayar sih hemm.." keluh Santi.

Sinta pun mengejar Titah, sedangkan Santi masih di kantin sekolah, Santi pun juga menyusul Sinta dan Titah.

Dan di mading sekolah Titah, Sinta, dan Santi melihat puisi cinta yang di buat oleh Andin untuk Afgan, karena Afgan sudah menolongnya di lapangan sekolah.

"Hemm.." keluh Titah.

"Titah, maaf ya kami.." kata Santi.

"Iya gak apa-apa santai saja kok, emm kita duduk-duduk di depan yuk." kata Titah yang mengajak teman-temannya keluar kelas.

Di Lapangan Sekolah..

"Kamu gak apa-apa kan?" tanya Afgan pada Andin yang hampir saja kena bola.

"Iya gak apa-apa kok, terimakasih ya." jawab Andin yang berterimakasih pada Afgan. Karena Afgan sudah menolongnya.

"Iya sama-sama, Ian ikut dong main futsal." kata Afgan.

"Ya hayuk sini, gabung." sambung Ardian.

"Oke.." seru Afgan.

"Huh hampir saja kena bola. Eh tapi ngomong-ngomong Afgan ganteng juga ya. buatkan puisi untuk Afgan ah, lalu ku pajang di mading deh.." kata Andin.

----

"Eeh tah..!!" seru Sinta.

"Ada apa Sinta?" tanya Titah.

"Here and see this." jawab Santi.

"Haa .. See what?"

"You come here first."

"Mager ah.. Lebih baik kasih tau saja deh, emang ada apa sih di mading sekolah?"

"Ini loh tah, si Andin tulis puisi, kata-katanya tuh romantis banget."

"Haa.. Romantis, rokok makan gratis maksudnya?"

"Bukan itu, emm ini anak ya sudah ikut-ikutan Sule ya. Ngelawak mulu kerjaannya."

"Eh, jangan bawa-bawa Sule ah.." kata Titah.

"Lah emang kenapa tah, gak boleh bawa-bawa Sule?" tanya Santi.

"Itu idolaku tau, aku ngefans banget sama Sule, eh kok kita jadi ngomongin Sule ya." jawab Titah.

"Tau nih Sinta.." seru Santi.

"Sudah, sudah kembali ke cerita."

"But this is serious, the romantic is really .." kata Santi.

"Romantic, is it a poem?"

"Yes a poem."

"Poetry of love."

"Who wrote it?"

"Wait, wait, wait a minute, meet." jawab Santi lagi sambil mencari penulis puisi di mading sekolah.

"Who is Santi who wrote it?"

"Who wrote it was Andin."

"Oh Andin, yes I'm not surprised again, the chicken died just made a poem with her." kata Titah.

"Tunggu, tunggu, ada satu lagi."

"Apa itu Sinta?" tanya Santi.

"Ini di bawah tulisannya untuk A.F.G.A.N" jawab Sinta.

"Haa.. Serius?"

"Iya serius.."

"Santi pinjam pulpen, dan sekarang coba saya jadikan satu kata lalu menjadi Afgan. Oh ya ingat saya, Afgan itu yang tadi pagi banting hp ku sampai hp ku retak kan?"

"Iya tah."

"Aha.. Foto ah dan masukin deh ke grup wa sekolah deh. Hehe.." kata Titah.

Dan di kelas Andin bertanya pada Titah, karena Titah telah menyebarkan puisi yang baru saja di tulis oleh Andin untuk Afgan.

Titah pun mendapatkan jawabannya yaitu beralasan bahwa Andin dan Afgan itu cocok menjadi sepasang kekasih.

Lalu Afgan dan teman-temannya kumpul di depan kelasnya dan meledek Afgan. Afgan pun berkata kalau Andin bukan lah wanita yang dia suka, Andin yang mendengar Afgan berbicara seperti itu langsung datang pada Titah lagi.